AHLAN WA SAHLAN YA IKHWAH...
Sedikit kata untuk kita renungkan bersama...

Jumat, 22 Agustus 2014

SYARAH HADITS ARBA’IN AN NAWAWI, Hadits ke-7.

Hadits ke-7:



"Dari Abu Ruqayah Tamim ad-Daari radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Agama adalah nasihat." Kami berkata: "Kepada siapa?" Beliau bersabda: "Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpin kaum muslimin dan rakyatnya."
(HR. Bukhari dan Muslim).



Penjelasan:



Sabda beliau Shallallahu 'alaihi wasallam: "Agama adalah nasihat." ini merupakan kalimat yang bersifat universal, menunjukkan pentingnya nasihat dalam agama ini. Bahwasanya nasihat adalah asas dan pilarnya. Tercakup di dalamnya perkara-perkara yang disebutkan dalam hadits Jibril, yaitu penafsiran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tentang Islam, Iman dan Ihsan, dan beliau menyebutnya sebagai agama. Beliau bersabda: "Itu adalah Jibril. Dia datang untuk mengajari kalian agama kalian." Serupa dengan kalimat ini sabda beliau Shallallahu 'alaihi wasallam:



"Haji itu adalah Arafah."



Sebab Wukuf di Arafah merupakan rukun paling agung dalam ibadah haji, haji akan batal jika tidak melakukannya.



Disebutkan dalam Mustakhraj Abu Awanah bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mengulangi kalimat: "Agama adalah nasihat." sebanyak tiga kali. Namun riwayat di dalam Shahih Muslim tanpa pengulangan. Ketika para shahabat mendengarkan perhatian terhadap nasihat ini serta kedudukannya yang agung ini, mereka bertanya: "Bagi siapa wahai Rasulullah?" Beliaupun menjawab mereka dengan lima perkara yang tersebut dalam hadits. Para ulama telah menjelaskan lima perkara ini. Di antaranya yang paling bagus adalah penjelasan  Abu Amru bin Shalah dalam kitabnya Shiyanatu Shahih Muslim Minal Ikhlal wal Ghalath Wa Himayatuhu Minal Isqath Was Saqath, dia berkata (Halaman 223-224): "Nasihat merupakan kalimat universal, cakupannya adalah seorang yang memberikan nasihat melakukan berbagai kebaikan dengan niat dan perbuatan kepada orang yang dinasihatinya. Sehingga nasihat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah mentauhidkan-Nya, mensifati-Nya dengan sifat-sifat sempurna dan mulia, mensucikan-Nya dari sifat-sifat yang berlawanan dan bertentangan dengan sifat-sifat sempurna dan mulia, menghindari maksiat kepada-Nya, melaksanakan ketaatan kepada-Nya dengan ikhlas, cinta karena-Nya dan benci karena-Nya, jihad melawan orang-orang yang kafir kepada-Nya dan semisalnya, serta mengajak kepada semua itu.



Adapun nasihat kepada Kitabullah adalah mengimaninya, memuliakannya, mensucikannya, membacanya dengan benar, menjalankan perintah dan menjauhi larangannya, mempelajari maknanya dan perumpamaan-perumpamaan yang dikandungnya, merenungi ayat-ayatnya, menyeru kepadanya, melawan penyelewengan orang-orang yang melampaui batas dan celaan orang-orang yang menyimpang darinya. Adapun nasihat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mirip dengan yang telah disebutkan tersebut. Yaitu mengimaninya beserta apa yang beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bawa, memuliakannya, berpegang teguh kepada ketaatan kepadanya, menghidupkan sunnahnya, mempelajari ilmu-ilmu yang dikandung sunnah beliau dan menyebarkannya, memusuhi orang-orang yang memusuhinya, mencintai orang-orang yang mencintainya, berhias dengan akhlaq dan adab-adabnya, mencintai keluarga dan para shahabatnya dan lain-lainnya.



Adapun nasihat kepada para imam kaum muslimin, yaitu para pemimpin mereka adalah tolong-menolong bersama mereka diatas kebenaran dan mentaati mereka di dalamnya, mengingatkan mereka dengan lemah lembut, menghindari pemberontakan terhadap mereka, mendo'akan mereka taufik dan mengajak orang lain untuk melakukan semua itu. Dan nasihat bagi seluruh kaum muslimin -yaitu selain para pemimpin- adalah membimbing mereka menuju maslahat mereka, mengajari mereka ajaran agama dan dunia, menutupi aib mereka, menutupi kekurangan mereka, menolong mereka atas musuh mereka, membela mereka, tidak menipu dan mendengki mereka, mencintai untuk mereka apa yang dicintai untuk diri sendiri, membenci untuk mereka apa yang dibenci untuk diri sendiri dan sejenisnya."



Diantara kandungan hadits ini adalah:



1. Penjelasan tentang agungnya kedudukan nasihat dalam agama ini.



2. Keterangan tentang untuk siapakah nasihat.



3. Anjuran untuk memberikan nasihat dalam kelima perkara yang tersebut dalam hadits.



4. Semangat para shahabat untuk mengenal perkara-perkara agama. Yaitu dengan bertanya untuk siapakah nasihat.



5. Agama dimutlakkan atas amal. Sebab dalam hadits ini nasihat disebut sebagai agama.



Sumber:

Kitab "Fathul Qawiyyil Matin fi Syarhil Arba'in wa Tatimmatil Khamsin Lin Nawawi wa Ibni Rajab Rahimahumallah."
Ditulis Oleh: Syaikh 'Abdul Muhsin bin Hamd al-'Abbad al-Badr.
Diterjemahkan oleh:
Abu Habiib Sofyan Saladin.
Dalam Judul Versi Indonesia: "Syarah Hadits Arba'in an-Nawawi" (Plus 8 Hadits Ibnu Rajab).
Penerbit: "Darul Ilmi", Cileungsi-Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar