Hadits Ke-13
"Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, pembantu
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda: "Tidak beriman salah seorang diantara kalian
hingga dia mencintai saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya
sendiri."
(HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menafikkan kesempurnaan iman yang bersifat wajib
dari seorang muslim hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai
untuk dirinya sendiri, yaitu dalam hal duniawi dan ukhrawi. Termasuk bergaul
dengan manusia sebagaimana dia suka dipergauli oleh orang lain dengannya. Dalam
Shahih Muslim [1844] disebutkan dari
Abdullah bin Amru bin Ash radhiyallahu 'anhuma dalam hadits yang panjang:
"Barangsiapa yang ingin diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam syurga, maka hendaklah ketika kematian menjemputnya dia dalam keadaan
beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan hendaklah dia mempergauli manusia
dengan cara yang ia senangi dipergauli oleh orang lain."
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi."
(QS. Al-Muthaffifin: 1-3).
Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata dalam Jami'ul Ulum Wal Hikam [I/306]: "Hadits Anas menunjukkan
bahwa seorang mukmin merasa senang dengan apa yang membuat saudara seimannya
senang. Dia mengharapkan bagi saudaranya seiman apa yang dia harapkan untuk
dirinya sendiri berupa kebaikan. Ini semua sejatinya timbul dari kebersihan
sempurna sebuah hati dari sifat menipu dan mendengki. Sesungguhnya kedengkian
membuat seseorang tidak senang jika orang lain melebihinya dalam kebaikan, atau
bahkan menyamainya sekalipun. Karena dia senang melebihi orang lain dengan
segala keutamaan yang dia miliki dan ingin memilikinya sendiri. Sedangkan
konsekuensi iman adalah kebalikan dari hal tersebut. Sesungguhnya iman membuat
seseorang ingin seluruh kaum mukminin ikut merasakan kebaikan yang diberikan
Allah kepadanya, tanpa kurang sedikitpun."
Dia juga berkata [308]: "Kesimpulannya, seorang mukmin
hendaknya mencintai bagi kaum mukminin apa yang ia cintai untuk dirinya, dan
membenci bagi mereka apa yang dia benci bagi dirinya. Jika dia mendapati
kekurungan pada agama saudaranya se-Islam maka dia berusaha untuk
memperbaikinya."
Diantara kandungan hadits ini adalah:
1. Hendaklah seorang muslim mencintai untuk saudara se-Islam
nya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri, dan membenci untuknya apa yang
dia benci untuk dirinya sendiri.
2. Motivasi untuk menerapkan perkara ini, sebab kesempurnaan
iman yang bersifat wajib adalah dinafikan dari diri seseorang sampai dia
menerapkan perkara tersebut.
3. Kaum mukminin bertingkat-tingkat dalam iman mereka.
4. Penggunaan ungkapan "Saudaranya" bertujuan
untuk menumbuhkan kasih sayang pada seorang muslim agar hal tersebut diterapkan
untuk saudaranya.
Sumber: