Bismillaahir rahmaanir rahiim
Assalamu'alaykum wa rahmatullaah wa barakaatuh.
"Innal hamdalillaah
nahmaduhu wanasta'iinuhu wanastaghfiruhu wana'uzdubillaahi minsyururi anfusinaa
waminsayyi aati 'amaalinaa mayyahdihillaahu falaa mudhillalah wamayyudlil falaa
hadiyalah."
"Asyhadu alaa ilaha
illallaah wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu warasuuluh laa nabiy ya
ba'da."
"Segala puji hanya milik
Allah 'Aza wa Jalla, kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan kepada-Nya, kita
memohon ampun kepada-Nya, dan kita berlindung kepada-Nya dari kejelekan-kejelekan
diri kita dan kejelekan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi hidayah
oleh Allah 'Aza wa Jalla maka tidak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya,
dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah 'Aza wa Jalla maka tidak seorangpun
yang dapat memberi hidayah kepadanya."
"Aku bersaksi bahwa tidak
ada yang patut disembah dengan haq (benar) kecuali Allah 'Aza wa Jalla saja,
dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu
'alaihi wasallam adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Dan tidak ada Nabi
setelahnya"
Qola Allaahu Ta'ala fii Kitabul Karim: "Yaa
ayyuhal ladziina aamanu taqullaaha haqqo tuqootih walaa tamuutunna illaa wa
antum muslimun."
Allah Ta'ala berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan
janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam."
(QS. Ali Imran: 102).
Wa qola Allaahu Ta'ala: "Yaa ayyuhan naasuttaquu
robbakumul ladzii kholaqokum min nafsi wa hidah wa kholaqo minhaa dzaujaha wa
batstsa minhuma rijaalan katsiiran wanisaa a wattaqullaah alladzii tasaa
aluunabihi wal arhaama innallaaha kaana 'alaikum roqiibaa."
Dan AllahTa'ala berfirman: "Hai sekalian manusia,
bertaqwalah kepada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang
satu, daripadanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan nama-Nya) kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kalian."
(QS. An Nisaa: 1).
Wa qola Allaahu Ta'ala: "Yaa ayyuhal ladziina
aamanut taqullaah waquuluu qaulan sadiida yushlih lakum a'maalakum wa yaghfir
lakum dzunuubakum wamayyuti 'illaah wa rasullahuu waqod faaza fauzan 'adzhiima."
Dan Allah Ta'ala berfirman: "Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan katakanlah dengan perkataan yang
benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagi kalian amal-amal kalian dan
mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa mentaati Allah dan
Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."
(QS. Al Ahzab: 70-71).
Amma ba'du,
"Fa inna ashdaqol hadiitsi kitaabullaah wa khairal hadi hadi muhammadin
shallallaahu 'alaihi wasallam wasyarril umuuri muhdatsaa tuhaa wakulla muhdatsa
tin bid'ah wakulla bid'atin dholaalah wakulla dholaalatin fiinnar."
Amma ba'du: "Sesungguhnya
sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, dan sejelek-jelek perkara
adalah yang diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan
setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan ada di neraka."
"Pembahasan Ringkas KITAB RIYADHUSH SHALIHIN"
65. Bab Mengingat Mati dan Memendekkan Angan-angan.
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada
hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia
itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan."
(QS. Ali-Imran: 185).
Dalam ayat ini diterangkan janji bagi orang-orang yang
membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) dan bertakwa, serta ancaman bagi orang-orang
yang mendustakan (Allah dan Rasul-Nya) dan orang-orang yang durhaka. Juga bahwa
orang yang beruntung ialah orang yang diselamatkan dari neraka dan dimasukkan
kedalam surga, dan orang yang tertipu dengan dunia maka ia adalah orang yang
terpedaya dan merugi.
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa
yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di
bumi mana dia akan mati."
(QS. Luqman: 34).
Qatadah berkata, "Ada
beberapa perkara yang Allah (berhak) memonopolinya, sehingga malaikat yang
terdekat (kepada Allah) maupun nabi yang diutus tidak dapat mengetahuinya.
'Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari
Kiamat,' sehingga tidak satu pun manusia mengetahui kapan terjadinya hari
kiamat, pada tahun berapa atau pada bulan apa. 'Dan Dia-lah yang menurunkan
hujan,' sehingga tidak seorang pun mengetahui kapan hujan akan turun; apakah
malam atau siang.
'Dan mengetahui apa
yang ada dalam rahim,' laki-laki atau perempuan, merah atau hitam, serta
siapakah ia. 'Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa
yang akan diusahakannya besok,' baik ataukah buruk. Dan kamu, wahai anak Adam,
tidak mengetahui kapan kamu akan mati. Bisa jadi esok kamu mati, dan bisa jadi
pula esok kamu tertimpa bencana. 'Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui
di bumi mana dia akan mati,' yakni tidak satu pun manusia mengetahui di bumi
bagian manakah tempat kematiannya; di laut, di daratan, di tanah datar, ataukah
di gunung'."
Ath-Thabrani meriwayatkan dari Usamah bin Zaid ia berkata,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidaklah Allah menjadikan kematian seorang hamba di bumi,
melainkan Allah menjadikan juga untuknya kebutuhan terhadap bumi."
A'sya Hamdan berkata:
Tidaklah ia berbekal
dari apa-apa yang ia kumpulkan
Selain balsam,
sebidang tanah dan secarik kain
Tanpa wewangian batang
kayu yang membuatnya beruban
Katakan itu kepada
yang menambah bekal orang yang dilepaskan
jangan putus asa atas
sesuatu karena setiap pemuda itu
Dapat berjalan cepat
menuju harapannya.
Setiap yang menyangka
bahwa kematian tidak menimpa dirinya
Ia telah terkena
penyakit dari penyakit-penyakit kebodohan
Di negeri manapun ditetapkan
harapannya
Ia akan mengejarnya
secara sukarela penuh nafsu.
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya."
(QS. Al-A'raf: 34).
Maksudnya adalah, jika telah tiba ajal mereka, mereka tidak
dapat mengundurkannya maupun memajukannya.
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang yang merugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang
telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di
antara kamu; lalu ia berkata, 'Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan
(kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan
aku termasuk orang-orang yang salih?' Dan Allah sekali-kali tidak akan
menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan
Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Munafiqun: 9-11).
Ayat-ayat tersebut menerangkan tentang larangan menyibukkan
diri dengan harta dan anak hingga lalai dari menaati Allah 'Aza wa Jalla. Juga tentang perintah berinfaq sebelum datang
kematian, serta anjuran untuk bersegera melaksanakan amal salih dan bertaubat
sebelum ajal tiba.
Alllah 'Aza wa Jalla
berfirman, "(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila
datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, 'Ya Rabbku,
kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang salih terhadap yang
telah aku tinggalkan.' Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan
yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka
dibangkitkan. Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab
di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.
Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikannya)nya, maka mereka itulah
orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya,
maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di
dalam neraka Jahannam. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam
neraka itu dalam keadaan cacat. Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu
sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya? Mereka berkata, 'Ya Rabb kami,
kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang
sesat. Ya Rabb-kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke
dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang zalim'."
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman, "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara
dengan Aku. Sesungguhnya, ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa'a (di
dunia), 'Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami
rahmat dan Engkau adalah pemberi rahmat yang paling baik! Lalu kamu menjadikan
mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu
lupa mengingat Aku, dan adalah kamu selalu menertawakan mereka. Sesungguhnya
Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka;
Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang." Allah bertanya,
"Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab,
"Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada
orang-orang yang menghitung." Allah berfirman, "Kamu tidak tinggal
(di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui."
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?"
(QS. Al-Mukminun: 99-115).
Firman Allah 'Aza wa
Jalla: '(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang
kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Rabbku
kembalikanlah aku (ke dunia),' maksudnya adalah kembalikanlah aku
kedunia. 'Agar aku berbuat amal yang salih terhadap yang telah aku tinggalkan.
Sekali-kali tidak,' penolakan terhadap permintaan kembali (ke dunia)
dan menunjukkan kemustahilannya. 'Sesungguhnya itu adalah perkataan yang
diucapkannya saja,' itu pasti, dan sekiranya mereka dikembalikan ke
dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang
mengerjakannya.
'Ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. Apabila sangkakala ditiup',
Ia adalah masa yang di dalamnya Israfil meniupkan sangkakala
kebangkitan. 'Maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari
itu,' maksudnya tidaklah bermanfaat. 'Dan tidak ada pula mereka
saling bertanya,' maksudnya seorang kerabat tidak akan menanyai
(meminta) kerabatnya, bahkan ia senang menghapuskan hak dirinya walaupun atas
anaknya sendiri.
'Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya,' maksudnya
ialah timbangan amalan-amalan (kebaikannya). 'Maka mereka itulah orang-orang yang
dapat keberuntungan,' yaitu orang-orang beruntung yang mendapatkan
keselamatan dan derajat. 'Dan Barangsiapa yang ringan timbangannya,
maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di
dalam neraka Jahannam. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam
neraka itu dalam keadaan cacat,' yakni bermuka masam, dan mereka adalah
orang-orang kafir. 'Bukanlah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu
selalu mendustakannya?' Adapun orang-orang Islam yang ringan timbangan
amalan-amalan kebaikannya, ia berada di bawah kehendak Allah. Jika menghendaki,
Dia akan mengampuninya atau mengazabnya sesuai dengan dosa-dosanya. Namun,
tempat kembalinya sesudah itu ialah di surga.
'Mereka berkata,' yaitu orang-orang kafir. 'Ya Rabb kami, kami telah
dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat. Ya Rabb
kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka
jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang zalim. Allah berfirman, 'Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah
kamu berbicara dengan-Ku. Sesungguhnya, ada segolongan dari hamba-hamba-Ku
berdo'a (di dunia), 'Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan
berilah kami rahmat dan Engkau adalah pemberi rahmat yang paling baik. Lalu
kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukannya) kamu mengejek
mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan adalah kamu selalu
mentertawakan mereka. Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari
ini, karena kesabaran mereka; Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang
menang.' Allah bertanya, 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka
menjawab, 'Kami tinggal (di bumi) sehari."
Mereka lupa berapa lama mereka tinggal di dunia karena
dahsyatnya azab yang ada di hadapan mereka. Ada juga yang berpendapat, bahwa
maksudnya adalah pertanyaan tentang masa lamanya mereka tinggal di dalam kubur
karena mereka mengingkari hari kebangkitan. Sehingga tatkala mereka bangkit dari
kubur, ditanyakanlah kepada mereka, 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di
bumi?' Mereka menjawab, 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka
tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Yaitu mereka adalah
malaikat.
"Allah berfirman, 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar
saja'," maksudnya kamu tidak tinggal di dalamnya kecuali dalam
masa yang hanya sebentar. 'Kalau kamu sesungguhnya mengetahui,' yakni
ketika kami lebih mengutamakan yang fana atas sesuatu yang kekal. 'Maka
apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja),' yakni secara main-main dan sia-sia. 'Dan bahwa kamu tidak akan
dikembailkan kepada kami,' yakni di akhirat untuk diberi balasan.
'Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya,' yakni Maha Suci
Dia dari menciptakan sesuatu secara main-main tanpa hikmah. Karena Dia-lah Raja
yang sebenarnya, dan Maha Suci dari semua itu. 'Tidak ada Ilah yang berhak
diibadahi selain Dia, Rabb (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia.'
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk
tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun
(kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang yang fasik."
(QS. Al-Hadid: 16).
Ayat-ayat yang berkaitan dengan bab ini sangat banyak dan
telah diketahui.
'Belumkah datang waktunya,' belumkah tiba waktunya bagi
orang-orang yang beriman. 'Untuk tunduk hati mereka mengingat Allah
dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka),' yakni menjadi
lembut ketika berdzikir, mendengar nasihat, dan mendengar Al-Qur'an, sehingga
ia memahaminya dan tunduk kepada-Nya.
Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya
Allah menganggap lambat orang-orang beriman sehingga Dia mencela mereka pada
permulaan tiga belas dari turunnya Al-Qur'an."
Diriwayatkan dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda, "Sesungguhnya
hal pertama yang diangkat dari manusia adalah kekhusyukan."
Ibnu Mas'ud berkata, "Sesungguhnya
Bani Israil, tatkala berlalu masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka
menjadi keras, mereka menciptakan sebuah kitab sendiri, yang telah disesatkan
oleh hati mereka dan dianggap halal oleh lidah mereka. Dan kebenaran
menghalangi antara mereka dan kebanyakan nafsu mereka. Sehingga mereka berkata,
'Kemarilah! Kita seru Bani Israil kepada kitab-kitab ini. Barangsiapa yang
mengikuti kita dengan berpedoman kepada kitab ini, maka kita biarkan ia. Dan
barangsiapa yang enggan mengikuti kita, maka kita bunuh ia.' Lantas mereka pun
melakukan hal itu."
Diriwayatkan juga dari Ibnul Mubarrak, bahwa ketika ia masih
kanak-kanak, ia pernah menggerak-gerakkan dahan kayu untuk memukul. Tiba-tiba
ketika diucapkan ayat ini, Ibnul Mubarrak pun bertobat dan mematahkan dahan
kayu itu. Dan datanglah kepadanya taufik serta kekhusyukkan.
'Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik', yakni
mereka keluar dari ketaatan kepada Allah.
Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam telah bersabda:
"Sungguh kalian akan mengikuti tradisi (jalan) orang-orang sebelum
kalian."
1/574.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam pernah memegang pundakku seraya bersabda, "Jadilah
kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang pengembara." Ibnu
Umar radhiyallahu 'anhuma juga
berkata, "Jika kamu berada di waktu sore, janganlah kamu menunggu datangnya
waktu pagi, dan jika kamu berada di waktu pagi, janganlah menunggu datangnya
waktu sore. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum
matimu."
[HR. Al-Bukhari].
[Shahih:
Al-Bukhari (6416); At-Tirmidzi (2334)].
Penjelasan hadits:
Di dunia, manusia adalah orang asing dan tempat tinggalnya
yang hakiki ialah surga. Dari surgalah diturunkannya 'kedua orang tua (Adam dan
Hawa)' kita yang pertama kali. Namun, kepada surga jua-lah tempat kembali kita,
insya Allah, dengan karunia dan rahmat Allah.
Di dunia, manusia adalah pengembara dengan amalan-amalan
salih dan meninggalkan amalan-amalan keburukan. Seorang pengembara tidak akan
mengambil harta benda kecuali sebatas tuntutan kebutuhannya. Dunia adalah
negeri persinggahan, sedang akhirat adalah negeri tempat tinggal yang kekal.
Karena itu, carilah perbekalan dari tempat persinggahan kalian untuk menuju
tempat tinggal kalian yang kekal. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang
kekal.
Pensyarah, Muhammad bin Allan rahimahullah berkata:
Jika kamu di sore hari
maka awalilah dengan keberuntungan
Jangan kamu remehkan
ia dengan menunggu waktu pagi
Bertobatlah dari
dosa-dosamu, sebab berapa banyak manusia
Yang mati padahal di
malam harinya dalam keadaan sehat
2/575.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma juga meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada hak bagi seorang
muslim yang memiliki sesuatu yang bisa diwasiatkan untuk bermalam selama dua
malam kecuali wasiatnya tersebut sudah ditulis di sisinya."
[Muttafaqun 'alaih,
dan ini adalah lafal Al-Bukhari].
[Shahih:
Al-Bukhari (2738); Muslim (1627)].
Sedangkan dalam riwayat Muslim, "Bermalam selama tiga
malam." Lalu Ibnu Umar mengatakan, "Tidak berlalu dariku satu malam pun semenjak mendengar sabda
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tersebut, melainkan di sisiku sudah ada
surat wasiatku."
Penjelasan hadits:
Hadits ini menerangkan tentang disunnahkannya memberikan
wasiat dan menulisnya. Jika seseorang memiliki tanggungan utang atau amanah
maka ia wajib menulisnya.
Hadits ini juga menerangkan bahwa tidak sepantasnya bagi
seorang muslim lalai dari kematian dan bersiap menghadapinya.
3//576.
Dari Anas radhiyallahu
'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam membuat sebuah garis, lalu bersabda, "Ini (angan-angan) manusia
dan ini adalah ajalnya. Tatkala ia seperti itu (dalam angan-angannya),
tiba-tiba datanglah garis yang paling dekat (ajalnya)."
[HR. Al-Bukhari].
[Shahih:
Al-Bukhari (6418); At-Tirmidzi (2335)].
4/577.
Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu
'anhu berkata, "Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam pernah membuat sebuah garis persegi empat dan membuat garis di
tengah di persegi empat tersebut hingga sedikit keluar darinya. Juga membuat
beberapa garis kecil pada sisi garis tengah dari tengah garis tersebut.
Kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Ini adalah manusia dan ini adalah ajalnya yang telah mengelilinginya
dan garis yang sedikit keluar ini adalah angan-angannya. Sedangkan garis-garis
kecil ini adalah rintangan-rintangan. Apabila ia luput dari (garis) ini, maka
ia akan digigit (garis) ini. Dan apabila ia luput dari (garis) ini, ia akan
digigit (garis yang ini)'."
[HR. Al-Bukhari].
[Shahih:
Al-Bukhari (6417); At-Tirmidzi (2456)].
Penjelasan hadits:
1. Banyak penggambaran (ilustrasi). Dan, yang mendekati
(kebenaran) ialah sebagai berikut: garis tengah ialah manusia; garis berbentuk
persegi empat ialah ajal; garis kecil-kecil ialah rintangan-rintangan yang
menghadang manusia; dan garis yang keluar dari persegi empat ialah
angan-angannya.
2. Anjuran untuk memperpendek angan-angan dan mempersiapkan
diri menghadapi ajal yang datangnya tiba-tiba.
5/578.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Segeralah beramal sebelum
datangnya tujuh perkara; tidaklah kalian menunggu kecuali kefakiran yang
membuat lupa, kekayaan yang membuat melampaui batas, penyakit yang merusak,
masa tua yang menguruskan, kematian yang mendadak, atau Dajjal, seburuk-buruk
perkara gaib yang dinanti-nanti, atau kiamat dan kiamat itu sangat membinasakan
dan sangat pahit."
[HR. Tirmidzi dan
ia berkata, "Hadits hasan"].
[Dha'if:
At-Tirmidzi (2307); Didha'ifkan oleh Syaikh Al-Bani dalam kitab Adh-Dha'ifah (166), dan kitab Dha'if Al-Jami' (2314)].
Penjelasan hadits:
Dalam hadits ini terdapat perintah untuk bersegera
melaksanakan amal salih sebelum menjumpai salah satu dari bencana-bencana yang
bisa menjadikan manusia bingung dari menjalankan berbagai macam ibadah.
6/579.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu juga berkata, Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, "Perbanyaklah mengingat si pemutus
segala kenikmatan." Yakni kematian.
[HR. Tirmidzi,
dan ia berkata, "Hadits hasan"].
[Hasan:
At-Tirmidzi (2307); Ibnu Majah (4258). Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam
kitab Al-Irwa' (682) dan kitab Shahih Al-Jami' (1210)].
Kosakata asing:
(Hadzimil ladzdzat dengan
huruf dzal) artinya pemutusnya. Diriwayatkan juga ia dengan huruf dal (Hadimil
ladzdzat) yang berarti mencabutnya dari akarnya.
Penjelasan hadits:
Dalam sebuah hadits marfu' dari Anas disebutkan, "Perbanyaklah
mengingat pemutus segala kenikmatan. Sebab, tidaklah seseorang selalu mengingatnya
di dalam kehidupannya yang sempit kecuali kehidupan itu akan diluaskan baginya,
dan jika ia tidak mengingatnya dalam keadaan lapang maka akan disempitkan
kelapangan itu baginya."
7/580.
Dari Ubay bin Ka'ab bahwa apabila dua pertiga malam telah
berlalu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam pun bangun lalu bersabda, "Wahai segenap manusia, ingatlah Allah.
Tiupan pertama datang dan diikuti oleh tiupan kedua. Kematian datang dengan apa
yang ada padanya." Aku berkata, "Wahai Rasulullah, aku banyak bershalawat untukmu, maka seberapa
banyak aku jadikan shalawatku untukmu?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Sekehendakmu."
Aku bertanya, "Seperempat?"
Rasulullah menjawab, "Sekehendakmu, tapi jika kamu tambah
lagi maka lebih baik bagimu." Aku bertanya, "Setengah?" Beliau menjawab, "Sekehendakmu, tapi jika
kamu tambah lagi maka lebih baik bagimu." Aku bertanya, "Dua pertiga?" Beliau
menjawab, "Sekehendakmu, tapi jika kamu tambah lagi maka lebih baik
bagimu." Aku pun berkata, "Aku
jadikan untukmu seluruh shalawatku". Beliau bersabda, "Jika
demikian, dukamu akan dicukupkan dan dosamu diampuni."
[HR. Tirmidzi,
dan ia berkata, "Hadits hasan."].
[Hasan: Ahmad
(5/136); At-Tirmidzi (2459). Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Shahih At-Tirmidzi (1999)].
Kosakata asing:
(Ar-Rajifah) ialah
tiupan pertama.
(Ar-Radifah) ialah
tiupan kedua.
Penjelasan hadits:
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan
di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu
sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya
masing-masing)."
(QS. Az-Zumar: 68).
Sabda Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam, 'Kematian datang dengan segala apa yang ada
di dalamnya', maksudnya adalah segala bentuk ketakutan saat sakaratul
maut dan saat di alam kubur.
Hadits ini menerangkan tentang bolehnya seseorang
menyebut-nyebut amal salihnya untuk suatu tujuan seperti meminta fatwa dan yang
semisal dengannya.
Wa Allahu Ta'ala a'lam.
Wassalamu'alaykum wa rahmatullah wa barakatuh.
Sumber:
Kitab 'RIYADHUSH SHALIHIN' - Imam
An-Nawawi Rahimahullaahu Ta'ala.
Syarah: Syaikh Faishal Alu Mubarak.
Takrij: Syaikh Nasiruddin Al-Albani.
Alih bahasa: Tim
Penterjemah UMMUL QURA.
Penerbit: Ummul Qura - Jkt.