Bismillaahir rahmaanir rahiim
Assalamu'alaykum wa rahmatullaah wa barakaatuh.
"Innal hamdalillaah
nahmaduhu wanasta'iinuhu wanastaghfiruhu wana'uzdubillaahi minsyururi anfusinaa
waminsayyi aati 'amaalinaa mayyahdihillaahu falaa mudhillalah wamayyudlil falaa
hadiyalah."
"Asyhadu alaa ilaha
illallaah wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu warasuuluh laa nabiy ya
ba'da."
"Segala puji hanya milik
Allah 'Aza wa Jalla, kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan kepada-Nya, kita
memohon ampun kepada-Nya, dan kita berlindung kepada-Nya dari
kejelekan-kejelekan diri kita dan kejelekan amal perbuatan kita. Barangsiapa
yang diberi hidayah oleh Allah 'Aza wa Jalla maka tidak ada seorangpun yang
dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah 'Aza wa Jalla
maka tidak seorangpun yang dapat memberi hidayah kepadanya."
"Aku bersaksi bahwa tidak
ada yang patut disembah dengan haq (benar) kecuali Allah 'Aza wa Jalla saja,
dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu
'alaihi wasallam adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Dan tidak ada Nabi
setelahnya"
Qola Allaahu Ta'ala fii Kitabul Karim: "Yaa
ayyuhal ladziina aamanu taqullaaha haqqo tuqootih walaa tamuutunna illaa wa
antum muslimun."
Allah Ta'ala berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan
janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam."
(QS. Ali Imran: 102).
Wa qola Allaahu Ta'ala: "Yaa ayyuhan naasuttaquu
robbakumul ladzii kholaqokum min nafsi wa hidah wa kholaqo minhaa dzaujaha wa
batstsa minhuma rijaalan katsiiran wanisaa a wattaqullaah alladzii tasaa
aluunabihi wal arhaama innallaaha kaana 'alaikum roqiibaa."
Dan AllahTa'ala berfirman: "Hai sekalian manusia,
bertaqwalah kepada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang
satu, daripadanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan nama-Nya) kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kalian."
(QS. An Nisaa: 1).
Wa qola Allaahu Ta'ala: "Yaa ayyuhal ladziina
aamanut taqullaah waquuluu qaulan sadiida yushlih lakum a'maalakum wa yaghfir
lakum dzunuubakum wamayyuti 'illaah wa rasullahuu waqod faaza fauzan
'adzhiima."
Dan Allah Ta'ala berfirman: "Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan katakanlah dengan perkataan yang
benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagi kalian amal-amal kalian dan
mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa mentaati Allah dan
Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."
(QS. Al Ahzab: 70-71).
Amma ba'du,
"Fa inna ashdaqol hadiitsi kitaabullaah wa khairal hadi hadi muhammadin
shallallaahu 'alaihi wasallam wasyarril umuuri muhdatsaa tuhaa wakulla muhdatsa
tin bid'ah wakulla bid'atin dholaalah wakulla dholaalatin fiinnar."
Amma ba'du: "Sesungguhnya
sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, dan sejelek-jelek perkara
adalah yang diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan
setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan ada di neraka."
Ringkasan "KITAB RIYADHUSH SHALIHIN"
Bab (253) Karamah dan
Keutamaan Para Wali.
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka
dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa
bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan
yang agung."
(QS. Yunus: 62-64).
Karamah adalah kejadian luar biasa. Wali adalah orang yang
taat kepada Allah 'Aza wa Jalla.
Siapa pun yang bertakwa, dia adalah wali Allah.
Ibnu Abbas dan lainnya berkata, "Para wali Allah adalah orang-orang yang jika dilihat, mereka
mengingatkan kepada Allah."
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Sungguh,
diantara hamba-hamba Allah, ada sebagian yang para nabi dan syuhada iri pada
mereka.' Beliau ditanya, 'Siapa mereka, wahai Rasulullah, agar kami
mencintai mereka.' Beliau menjawab, 'Mereka
adalah suatu kaum yang saling mencintai karena Allah, bukan karena (ikatan)
harta benda ataupun nasab. Wajah-wajah mereka cahaya, (mereka berada) di atas
mimbar-mimbar dari cahaya, mereka tidak takut ketika semua orang takut, tidak
bersedih ketika semua orang bersedih.' Setelah itu beliau membaca, 'Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada
rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati'." (QS.
Yunus: 62-64).
[HR. Ibnu Jarir dan lainnya].
Dari Abu Darda' radhiyallahu
'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi
wasallam terkait firman-Nya 'Aza wa
Jalla, "Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat." (QS. Yunus: 64). Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Mimpi baik yang dialami
seorang muslim, atau diimpikan orang lain untuknya." (HR. Ahmad).
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, 'Tuhan kami adalah Allah,'
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun
kepada mereka (dengan berkata), 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan kepadamu.' Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan
akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan
memperoleh apa yang kamu minta. Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang
Maha Pengampun, Maha Penyayang'."
(QS. Fushshilat: 30-32).
Firman-Nya, "Tidak ada perubahan bagi janji-janji
Allah." (QS. Yunus: 64). Yaitu tidak ada perubahan bagi
firman-Nya, dan tidak ada pelanggaran pada janji-Nya. "Demikian itulah kemenangan
yang agung." (QS. Yunus: 62-64).
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon)
itu akan mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan
bersenang-hatilah engkau."
(QS. Maryam: 25-26).
Ini termasuk hal-hal luar biasa. Ini adalah karamah Maryam 'Alaihissalam.
Melalui firman-Nya 'Aza
wa Jalla:
"Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak) nya. Mereka berkata,
'Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?' Dia
(Isa) berkata, 'Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan
Dia menjadikan aku seorang Nabi'." (QS. Maryam: 29-30), Allah 'Aza wa Jalla mengisyaratkan Isa untuk
berbicara kepada kaumnya saat masih bayi, sebagai pertanda kebenaran nubuwah
kelak, juga sebagai karamah Maryam.
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus
ibadah), dia dapati makanan disisinya. Dia berkata, 'Wahai Maryam! Dari mana
ini engkau peroleh?' Dia (Maryam) menjawab, 'Itu dari Allah.' Sesungguhnya
Allah memberi rizki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan'."
(QS. Ali 'Imran: 37).
Ada yang mengatakan, Zakaria melihat buah-buahan musim
dingin saat musim panas di dekat Maryam, dan buah-buahan musim panas saat musim
dingin. Ada sejumlah karamah dalam kisah Maryam, di antaranya; hamil tanpa
suami, mendapatkan kurma basah dan segar dari pelepah pohon kurma yang kering,
rizki datang menghampirinya di luar musimnya. Maryam bukan seorang nabi.
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah
selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu
akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang
berguna bagimu dalam urusanmu. Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit,
condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam,
menjauhi mereka ke sebelah kiri."
(QS. Al-Kahfi: 16-17).
Sebagian mufassir menjelaskan, Allah memalingkan matahri
dari mereka dengan kuasa-Nya, menghalangi matahari untuk menyengat mereka,
karena pintu gua berada di sisi di mana sinar matahari tepat mengenai sisi
tubuh mereka. Ini adalah karamah mereka, seperti yang Allah 'Aza wa Jalla sampaikan, "Itulah
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah," karena Allah
menunjukkan mereka untuk bersembunyi di gua tersebut dan mengalihkan berbagai
hal berbahaya dari mereka.
Tinggal di dalam gua selama tigaratus tahun lebih, tidur
selama itu dalam kondisi masih hidup tanpa tertimpa penyakit apa pun, dan
energi normal mereka tetap stabil meski tanpa makan ataupun minum, ini termasuk
bagian dari hal-hal luar biasa.
1/1503.
Dari Abu Muhammad Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhuma , "Ashabush shuffah adalah orang-orang
fakir. Suatu ketika, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Siapa memiliki makanan dua orang,
hendaklah mengajak orang ketiga. Siapa memiliki makanan empat orang, hendaklah
mengajak orang kelima dan keenam', atau seperti yang beliau sabdakan.
Abu Bakar radhiyallahu
'anhu membawa tiga orang, sementara Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam membawa
sepuluh orang. Abu Bakar makan malam di tempat Nabi Shallallahu 'alaihi
wasallam, setelah itu bertahan di sana hingga shalat Isya', setelah itu pulang.
Setelah berlalu sebagian dari malam hari seperti yang dikehendaki, Abu Bakar
datang. Istrinya bertanya padanya, 'Apa yang menghalangimu untuk melayani
tamu-tamumu?' Abu Bakar bertanya, 'Bukankah kau sudah memberi mereka makan
malam?' Istrinya menjawab, 'Mereka enggan (makan) sebelum kau datang. Pihak
keluarga sudah menawarkan mereka untuk makan'."
Abdurrahman meneruskan, "Aku kemudian pergi dan bersembunyi. Abu Bakar memanggil, 'Hai orang
bodoh!' Abu Bakar kemudian mencaci dan mencela, setelah itu berkata, 'Makanlah
kalian, tidak dengan nikmat. Demi Allah, aku tidak akan memberinya makan
selamanya'. Abdurrahman berkata, 'Demi Allah, setiap kali kami mengambil satu
suap makan, dari bawahnya muncul makanan lebih banyak lagi hingga mereka semua
kenyang, dan makanan menjadi lebih banyak dari sebelumnya.'
Abu Bakar melihat
makanan itu lalu bertanya kepada istrinya, 'Hai orang Bani Firas, apa ini?' Ia
menjawab, 'Duhai penyejuk mata hatiku! Makanan itu saat ini lebih banyak tiga
kali dari sebelumnya!' Abu Bakar kemudian memakan sebagiannya, lalu berkata,
'Itu tadi -sumpah maksudnya- hanya dari setan.' Setelah memakan satu suap, ia
membawa makanan itu untuk Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam hingga pagi hari.
Saat itu, antara kami dan suatu kaum terikat suatu perjanjian, lalu batas
waktunya berakhir. Kami kemudian berpencar, jumlah kami ada dua belas orang,
masing-masing di antara mereka membawa beberapa orang. Allah 'Aza wa Jalla
lebih tahu, berapa jumlah orang yang dibawa oleh masing-masing dari duabelas
orang tersebut. Mereka semua memakan makanan tersebut'."
Riwayat lain menyebutkan:
"Abu Bakar
kemudian bersumpah untuk tidak memberinya makan, istri Abu Bakar juga bersumpah
untuk tidak memberinya makan. Tamu -atau para tamu- bersumpah tidak makan
sebelum ia makan. Abu Bakar kemudian berkata, 'Itu tadi -sumpah maksudnya- dari
setan!' Ia kemudian meminta makanan, lalu makan, dan para tamu ikut makan.
Setiap kali mereka mengangkat sesuap makan, dari bagian bawahnya muncul makanan
lebih banyak, lalu Abu Bakar berkata, 'Hai orang Bani Firas! Apa ini?' Istrinya
menjawab, 'Duhai penyejuk mata hatiku! Makanan ini saat ini lebih banyak dari
sebelum kita makan.' Mereka kemudian makan, lalu Abu Bakar mengirim makanan
tersebut kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam , ia bilang bahwa ia sudah
makan sebagian'."
Riwayat lain menyebutkan:
Abu Bakar berkata kepada Abdurrahman, "Uruslah tamu-tamumu, aku akan pergi menemui Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam , berilah mereka makan sebelum aku pulang.' Abdurrahman
kemudian pergi lalu datang membawakan makanan untuk mereka, ia berkata,
'Silahkan kalian makan!' Mereka bertanya, 'Mana tuan rumah kita?' Abdurrahman
berkata, 'Makanlah!' Mereka berkata, 'Kami tidak akan makan sebelum tuan rumah kami
pulang.' Abdurrahman kembali berkata, 'Terimalah jamuan kalian ini, karena jika
dia (Abu Bakar) pulang sementara kalian belum makan, kami pasti dimarahi.'
Mereka tetap enggan makan. Aku tahu, dia (Abu Bakar) pasti marah padaku. Saat
Abu Bakar pulang, aku menjauh lalu ia bertanya, 'Apa yang sudah kalian
lakukan?'
Mereka memberitahu
kepada Abu Bakar. Abu Bakar kemudian memanggil, 'Abdurrahman!' Aku diam. Ia
kembali memanggil, Abdurrahman!' Aku diam. Setelah itu Abu Bakar berkata,
'Wahai orang bodoh! Aku bersumpah padamu jika kau mendengar suaraku,
datanglah!' Aku kemudian keluar (dari persembunyian) lalu aku berkata,
'Tanyakan pada tamumu!' Mereka berkata, 'Dia benar, dia sudah membawakan
makanan untuk kami.' Abu Bakar berkata, 'Mereka menungguku (pulang). Demi
Allah, aku tidak akan memberinya makan malam ini.' Yang lain berkata, 'Demi
Allah, kami tidak akan makan sebelum kau memberinya makan.' Abu Bakar kemudian
berkata, 'Apa-apaan kalian ini! Kenapa kalian tidak menerima jamuan makan kami?
Bawa kemari makananmu.' Abdurrahman kemudian membawa makanan dan ia letakkan di
hadapan Abu Bakar, ia membaca basmalah, 'Bismillaah. Yang tadi -sumpah
maksudnya- adalah dari setan.' Abu Bakar makan, mereka kemudian makan'."
(Muttafaqun 'alaih).
[Shahih:
Al-Bukhari (3581), Muslim (2057) dan Ahmad (1/198)].
Kosakata asing dalam
hadits ini:
(Ghuntsaru)
artinya orang bodoh dan jahil.
(Fajadda'a)
artinya mencaci. Makna asal (Ajadda')
adalah memotong.
(Yajidu 'alayya)
yaitu marah kepadaku.
Penjelasan hadits:
Hadits ini menunjukkan karamah nyata Abu Bakar radhiyallahu 'anhu.
2/1504.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Sungguh,
di antara umat-umat sebelum kalian, ada sejumlah orang yang mendapat ilham. Jika
pun seseorang (yang diberi ilham) di antara umatku, maka Umar-lah (orangnya)'."
[HR. Al-Bukhari].
[Shahih:
Al-Bukhari (3689) dan Muslim (2398)].
Penjelasan hadits:
Juga diriwayatkan Muslim dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha.
Disebutkan dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim; Ibnu Wahab
berkata, "Muhaddatsun yaitu
orang-orang yang diberi ilham."
Muhaddats adalah
orang yang benar dugaannya. Sesuatu dari golongan tertinggi dihujamkan ke dalam
hatinya. Riwayat At-Tirmidzi menyebutkan; "Sungguh, Allah menjadikan kebenaran
sesuai lisan dan hati Umar."
Hadits lain; "Andai setelahku ada nabi, tentu
Umar-lah (orangnya)."
Hadits ini menunjukkan karamah nyata Umar radhiyallahu 'anhu.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata, "Saat Utsman
berkhotbah, tiba-tiba Jahjah Al-Ghifari berdiri menghampirinya, ia merebut
tongkat dari tangan Utsman lalu ia patahkan dengan lututnya, lalu ada potongan
kayu yang menyusup ke lututnya, akhirnya kanker masuk ke lututnya."
Diriwayatkan dari Hasan bin Ali, ia berkata, "Ali berkata, 'Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam mengusap punggungku pada suatu malam dalam mimpiku, lalu aku
bertanya, 'Apa yang harus aku lakukan terhadap umatmu yang memberontak dan
memusuhi (ku)?' Beliau menjawab, 'Do'akan keburukan kepada mereka.' Aku berdo'a,
'Ya Allah, berilah aku pengganti orang-orang yang lebih baik dari mereka, dan
berilah mereka pengganti pemimpin yang lebih buruk dariku.' Ali kemudian keluar
rumah, lalu ia ditikam seseorang'." Keduanya diriwayatkan Ibnu
Sayyidinnas.
Kedua riwayat ini menunjukkan karamah Khalifah Utsman dan
Ali radhiyallahu 'anhuma.
3/1505.
Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Penduduk
Kufah mengadukan Sa'ad -Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu'anhuma- kepada Umar
bin Khaththab radhiyallahu'anhu, lalu Umar mencopotnya, dan menunjuk Ammar
untuk memimpin mereka (sebagai pengganti Sa'ad). Mereka mengadukan, bahkan
mereka mengatakan Sa'ad tidak bisa shalat dengan baik. Umar kemudian mengirim
utusan untuk menemui Sa'ad. Utusan berkata, 'Wahai Abu Ishaq, mereka mengatakan
bahwa kau tidak shalat dengan baik.' Sa'ad berkata, 'Demi Allah, aku mengimami
mereka seperti shalatnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, aku tidak
menyimpang dari itu. Aku shalat Isya', aku memanjangkan dua rakaat pertama, dan
aku ringankan dua rakaat berikutnya.'
Utusan umar berkata,
'Itulah dugaan yang diarahkan kepadamu, wahai Abu Ishaq.' Bersama utusan ini,
Umar juga mengirim seseorang -atau beberapa orang- ke Kufah untuk menanyakan
kepada penduduk Kufah perihal Sa'ad. Utusan ini selalu bertanya di setiap
masjid. Mereka semua memberikan pujian baik, hingga utusan memasuki masjid Bani
Abas. Seseorang diantara mereka kemudian berdiri, ia bernama Usamah bin
Qatadah, kuniah-nya Abu Sa'ad. Ia berkata, 'Karena kau menyumpah kami (baik
kami akan berkata sejujurnya) Sa'ad tidak pernah ikut bersama pasukan dan tidak
membagi secara merata, dan tidak adil dalam memutuskan perkara.'
Sa'ad kemudian berkata, 'Demi
Allah, aku akan mengucapkan tiga do'a; ya Allah! Jika hamba-Mu ini berdusta,
jika dia berdiri karena riya' dan sum'ah, maka panjangkan umurnya, panjangkan
kemiskinannya, dan timpakan fitnah-fitnah kepadanya.' Setelah itu, setiap kali
ia ditanya, ia selalu menjawab, 'Aku orang tua renta yang terkena fitnah. Aku
tertimpa do'a Sa'ad'."
Abdul Malik bin Umair, perawi hadits ini dari Jabir bin
Samurah, berkata, "Aku melihatnya
dengan dua alis sudah menjulur ke bawah menutupi kedua matanya karena sangat
tua. Ia menggoda gadis-gadis remaja di jalanan, mengedipkan mata kepada
mereka."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih:
Al-Bukhari (755) dan Muslim (453)].
Penjelasan hadits:
Hadits ini menunjukkan karamah nyata Sa'ad bin Abi Waqqash.
4/1506.
Dari Urwah bin Zubair radhiyallahu
'anhu, bahwa Arwa binti Aus memperkarakan Sa'id bin Zaid bin Amr bin Nufail
radhiyallahu 'anhu dihadapan Marwan
bin Hakam. Arwa menuduh Sa'id mengambil sebagian dari tanah miliknya. Sa'id
kemudian berkata, "Patutkah aku
mengambil sedikit pun dari tanahnya setelah aku mendengar sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam itu?' Marwan bertanya, 'Apa yang kau dengar dari
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ?' Sa'id menjawab, 'Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Siapa mengambil sejengkal tanah secara zalim, tanah itu dikalungkan
kepadanya hingga tujuh bumi.' Marwan kemudian berkata kepada Sa'id, 'Aku
tidak akan meminta bukti apa pun kepadamu setelah (sabda Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam) ini.' Sa'id kemudian berdo'a, 'Ya Allah! Jika wanita itu
berdusta, maka butakan matanya dan bunuhlah dia ditanahnya.' Urwah berkata,
'Sebelum mati, wanita itu buta. Saat ia berjalan di tanahnya, tiba-tiba ia
jatuh di sebuah lubang dan mati'."
(Muttafaqun 'alaih).
Penjelasan hadits:
Kisah serupa juga disebutkan dalam riwayat Muslim dari
Muhammad bin Zaid bin Abdullah bin Umar. Urwah melihat wanita tersebut dalam
kondisi buta, ia meraba-raba dinding seraya mengatakan, "Aku terkena do'a
Sa'id." Ia melintas di sebuah sumur di tanah yang ia sengketakan, ia jatuh
ke dalam sumur itu, dan sumur itu menjadi kuburan baginya. Hadits ini
menunjukkan karamah nyata Sa'id bin Zaid radhiyallahu
'anhu.
5/1507.
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Saat perang
Uhud tiba, pada malam hari menjelang perang ini, ayahku memanggilku, ia
berkata, "Menurutku, aku orang pertama yang terbunuh di antara
shahabat-shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Sungguh, aku tidak
meninggalkan sesuatu pun yang lebih aku cintai melebihimu, kecuali nyawa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, dan aku meninggalkan utang, maka
bayarkanlah utang itu. Dan perlakukan saudari-saudarimu dengan baik.' Pada pagi
harinya, ayahku adalah korban tewas pertama. Aku mengubur orang lain bersama
ayah di makamnya. Setelah itu, aku merasa tidak berkenan membiarkan ayahku
bersama orang lain, aku kemudian mengeluarkan jenazah ayahku enam bulan setelah
itu. Rupanya jenazah ayah masih seperti pada hari saat aku meletakkannya (di
dalam kubur), kecuali telinganya. Aku kemudian menempatkan ayahku di kuburan
secara terpisah'."
(HR. Al-Bukhari).
[Shahih:
Al-Bukhari (1351) dan Al-Hakim (3/203)].
Penjelasan hadits:
Hadits ini menjelaskan karamah nyata Abdullah, ayahnya Jabir
radhiyallahu 'anhu.
6/1508.
Dari Anas radhiyallahu
'anhu, dua shahabat Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam pulang dari tempat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam di tengah malam gelap, bersama
keduanya ada seperti dua lampu di depan mereka berdua. Saat keduanya berpisah,
masing-masing di antara keduanya disertai satu lampu, hingga tiba di rumah.
[Shahih:
Al-Bukhari (3805)].
Al-Bukhari meriwayatkan hadits ini dari sejumlah jalur.
Sebagian di antaranya menyebutkan bahwa dua shahabat yang dimaksud adalah Usaid
bi Hudhair dan Abbad bin Bisyr radhiyallahu
'anhuma.
Penjelasan hadits:
Hadits ini menunjukkan karamah nyata Usaid bin Hudhair dan
Abas bin Bisyr radhiyallahu 'anhuma.
7/1509.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, "Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam mengirim sepuluh orang sebagai mata-mata dan menunjuk Ashim
bin Tsabit Al-Anshari sebagai pemimpin regu. Mereka pergi hingga tiba di Had'ah
antara Usfan dan Mekkah. Kabar mereka ini disampaikan kepada salah satu
perkampungan Hudzail bernama perkampungan Bani Lahyan. Mereka kemudian mengirim
hampir sekitar seratus pemanah. Mereka mencari jejak utusan Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam ini. Ketika Ashim dan shahabat-shahabatnya merasa
dibuntuti, mereka berlindung di suatu tempat. Mereka kemudian dikepung musuh,
mereka berkata, "Turunlah kalian dan menyerahlah, kami berjanji tidak akan
membunuh seorang pun di antara kalian.
Ashim bin Tsabit
berkata, 'Wahai kaum! Aku tidak akan turun dengan jaminan orang kafir. Ya
Allah! Sampaikan kepada nabi-Mu tentang kami.' Mereka menghujani anak panah
hingga Ashim gugur. Tiga diantaranya turun dengan jaminan orang-orang kafir,
mereka adalah Khubaib, Zaid bin Datsinah dan seorang lainnya. Setelah mereka
menangkap ketiganya ini, mereka melepas tali busur lalu mengikat ketiganya.
Orang yang ketiga lalu berkata, 'Ini pengkhianatan pertama. Demi Allah, aku
tidak akan menemani kalian. Sungguh, mereka (teman-temannya yang sudah gugur)
adalah teladan baik bagiku.' Mereka kemudian menyeretnya, ia tidak mau berteman
dengan kedua rekannya, mereka kemudian membunuhnya. Mereka membawa Khubaib dan
Zaid bin Datsinah lalu mereka jual di Mekkah selepas perang Badar.
Bani Harits bin Amir
bin Naufal bin Abdi Manaf membeli Khubaib. Khubaib sebelumnya membunuh Harits
saat perang Badar. Khubaib ditawan, hingga mereka sepakat untuk membunuhnya.
Khubaib kemudian meminjam pisau kepada salah satu putri Harits untuk mencukur
rambut kemaluan. Putri Harits meminjami Khubaib pisau. Saat lengah, anak kecil
putri Harits ini masuk ke tempat Khubaib. Ia merasa takut sekali ketika anaknya
berada di atas paha Khubaib yang tengah memegang pisau, lalu Khubaib berkata,
'Apa kau takut anakmu ini aku bunuh. Aku tidak akan melakukan tindakan seperti
itu!' Putri Harits berkata, 'Demi Allah, belum pernah aku melihat tawanan yang
lebih baik dari Khubaib. Demi Allah, suatu ketika aku mendapati Khubaib memakan
setandan anggur di tangannya saat ia tengah dirantai, padahal saat itu di
Mekkah tidak ada buah apa pun.' Ia berkata, 'Itu adalah rizki yang Allah
berikan kepada Khubaib.'
Saat mereka membawa
Khubaib keluar dari tanah Haram untuk mereka bunuh, Khubaib berkata kepada
mereka, 'Biarkan aku shalat dua rakaat dulu.' Mereka membiarkannya, lalu ia
shalat dua rakaat. Ia berkata, 'Demi Allah, kalau saja bukan kalian mengira aku
melakukan ini karena takut mati, pasti aku shalat lebih banyak lagi.' Setelah
itu Khubaib berdo'a, 'Ya Allah, hitunglah jumlah mereka, binasakan mereka
semua, dan jangan sampai Kau biarkan seorang pun di antara mereka tetap hidup.'
Ia kemudian bersyair;
Aku tiada perduli kala
terbunuh sebagai seorang Muslim
Di atas lambung mana
pun aku terbaring mati karena Allah
itu sepenuhnya karena
Zat Ilah, jika berkehendak
Ia akan memberkahi
bagian-bagian tubuh yang terurai ini
Khubaib memberi contoh
kepada setiap muslim untuk shalat terlebih dahulu sebelum dibunuh.
Saat khubaib dan
rekan-rekannya terbunuh, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan kabar
mereka ini kepada para shahabat. Quraisy mengirim beberapa orang untuk menemui
Ashim bin Tsabit kala mereka mendapat kabar bahwa Khubaib telah dibunuh, mereka
meminta diberi suatu tanda yang dikenal sebagai bukti bahwa Khubaib telah
dibunuh, karena Khubaib sebelumnya telah membunuh salah seorang pembesar
mereka. Allah kemudian mengirim sekawanan lebah seperti awan lalu melindungi
jasad Khubaib dari utusan Quraisy ini, sehingga mereka tidak mampu memotong
sedikit pun bagian tubuhnya'."
(HR. Al-Bukhari).
[Shahih:
Al-Bukhari (4086)].
Penjelasan hadits:
(Had'ah) adalah
nama sebuah tempat.
(Zhullah) : awan.
(Dabr) : lebah.
Do'a khubaib, "Uqtulhum
bidada," bisa dibaca bidada
atau badada. Bidada
adalah jamak dari biddah, artinya
bagian.
Maksudnya, bunuhlah mereka dengan bagian masing-masing,
setiap orang di antara mereka mendapatkan bagian tertentu. Sementara badada artinya terpisah, maksudnya
terbunuh satu persatu secara terpisah. Badada
berasal dari akar kata tabdid (tercerai-berai).
Disebutkan dalam Al-Qamus;
dabar adalah sekawanan lebah dan
kumbang.
Hadits ini menunjukkan karamah nyata Khubaib dan Ashim bin
Tsabit radhiyallahu 'anhuma.
Masih banyak hadits shahih lain terkait masalah ini telah
disebutkan di tempatnya tersendiri dalam Kitab Riyadhush Shalihin, di antaranya
hadits seorang pemuda yang berguru kepada seorang rahib dan tukang sihir,
hadits Juraij, hadits para penghuni gua yang tertutup oleh batu besar, hadits
seseorang yang mendengar suara di awan yang mengatakan, "Hujanilah kebun si fulan," dan hadits-hadits lain.
Dalil-dalil dalam masalah ini banyak dan familiar. Billahit tawfiq.
8/1510.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Tidaklah aku
mendengar Umar radhiyallahu 'anhu berkata terkait sesuatu pun, 'Sungguh, aku
mengira demikian,' melainkan terjadilah tepat seperti perkiraannya'."
(HR. Al-Bukhari)
[Shahih:
Al-Bukhari (3866); silahkan dirujuk kembali hadits no. 259 dan 562].
Penjelasan hadits: