AHLAN WA SAHLAN YA IKHWAH...
Sedikit kata untuk kita renungkan bersama...

Minggu, 25 Oktober 2015

SYARAH HADITS ARBA'IN AN-NAWAWI, Hadits Ke-10

Assalamu'alaykum wa Rahmatullah wa Barakaatuh..
Bismillahirahmannirrahiim..


"Yaa ayyuhalladziina aaamanut taqullah haqqo tuqootihi wala tamutunna illa wa antum muslimun."


"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam."
(QS. Ali Imran: 102).


"Yaa ayyuhannasut taqu robbakumulladzii kholaqokum min nafsin wa hidah wa kholaqo minha dzaujaha wa batstsa minhuma rijaalan katsiiron wa nisaa a wattaqullahalladzii tasaa alunnabihi wal arhaama innallaaha kaana 'alaykum roqiiba."


"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, daripadanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan nama-Nya) kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian."
(QS. An Nisaa: 1).


"Yaa ayyuhalladziina aaamanut taqullaha wa qulu qaulan sadida yushlih lakum a'maalakum wa yaghfirlakum dzunubakum wa mayyuti 'illaha wa rasulahu faqod faaza fauzan 'adzhiima."


"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan katakanlah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagi kalian amal-amal kalian dan mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."
(QS. Al Ahzab: 70-71).


Fa inna ashdaqol hadiitsi kitaabullaah wa khairal hadi hadi muhammadin shallallaahu 'alaihi wasallam wasyarril umuuri muhdatsaa tuhaa wakulla muhdatsa tin bid'ah wakulla bid'atin dholaalah wakulla dholaalatin fiinnar.


Syarah Hadits Arba'in an Nawawi


Hadits Ke-10:


Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana Dia memerintahkan para Rasul-Nya. Allah Ta'ala berfirman: 'Wahai para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah.' Dan Dia berfirman: 'Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian'." Kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan: "Ada seseorang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berkata: 'Ya Rabbku, Ya Rabbku', sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka bagaimana do'anya akan bisa dikabulkan."
[HR. Muslim].


Sabda beliau Shallallahu 'alaihi wasallam: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik." Menunjukkan bahwa salah satu asma Allah adalah Ath-Thayyib (Maha Baik). Dia menerima amal yang memiliki sifat baik, ini umum untuk setiap amal, termasuk di antaranya mata pencaharian. Seseorang tidak boleh beramal kecuali amal shalih, tidak boleh bekerja kecuali pekerjaan yang baik, dan tidak boleh membelanjakan hartanya kecuali untuk yang baik dan dari harta yang baik pula.


Sabda beliau Shallallahu 'alaihi wasallam: "Dan sesungguhnya Allah Ta'ala memerintahkan orang beriman sebagaimana Dia memerintahkan para Rasul-Nya dengan firman-Nya: 'Wahai para Rasul, makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah.' Dan Dia berfirman: 'Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian'." Dalam dua ayat ini Allah Ta'ala memerintahkan kepada para Rasul ututsan-Nya sekaligus orang-orang yang menjadi tujuan diutusnya mereka untuk makan dari yang baik-baik. Sebagaimana halnya para Rasul tidak memakan kecuali dari makanan yang baik, maka demikian pula para pengikutnya wajib untuk tidak makan kecuali yang baik.


Ucapannya: "Ada seseorang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya kelangit seraya berkata: 'Ya Rabbku, Ya Rabbku', padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka bagaimana do'anya akan bisa dikabulkan." Ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan bahwa Allah Ta'ala tidak menerima kecuali yang baik dan bahwasanya para Rasul dan kaum mukminin diperintahkan untuk makan dari yang baik, beliau menerangkan bahwa di antara manusia ada yang menyelisihi hal ini. Makanannya tidak baik, sebaliknya mata pencahariannya haram dan dia menggunakannya dalam setiap urusannya, seperti makanan, pakaian dan gizi. Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan bahwa semua itu merupakan sebab tidak dikabulkannya do'anya. Padahal pada dirinya terkumpul sebab dikabulkannya do'a, yang dalam hadits ini disebutkan empat hal: Sedang dalam perjalanan jauh, berpenampilan kusut, mengangkat kedua tangannya dalam do'anya dan memanggil Allah dengan Rububiyah-Nya, ditambah lagi dia mengulang-ulang permohonannya.


Makna sabda beliau Shallallahu 'alaihi wasallam: "Bagaimana bisa do'anya dikabulkan", beliau menerangkan bahwa kemungkinan diterima do'anya adalah sangat kecil, karena adanya sebab-sebab yang menghalangi untuk terkabul.


Diantara kandungan hadits ini adalah:


1. Di antara nama Allah adalah Ath-Thayyib, artinya Maha Baik dari segala kekurangan. Demikian pula salah satu sifat-Nya adalah Ath-Thayyib. Sebab semua nama Allah musytaqqah dan menunjukkan sifat yang diambil dari nama tersebut.


2. Seorang muslim wajib melakukan amal dan mata pencaharian yang baik.


3. Sedekah tidak diterima kecuali dari harta yang halal. Telah kuat dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:


"Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci, tidak pula sedekah dari harta curian."
[HR. Muslim (224)].


4. Allah memberikan keutamaan kepada para hamba-Nya dengan berbagai nikmat, dan memerintahkan mereka untuk makan dari yang baik.


5. Mengkonsumsi yang haram merupakan salah satu sebab tidak dikabulkannya do'a.


6. Di antara sebab dikabulkannya do'a adalah musafir dan fakir (dalam hadits ini orang yang berpakaian lusuh).


7. Sebab lain dikabulkannya sebuah do'a adalah mengangkat tangan ketika berdo'a.


8. Sebab lainnya adalah bertawassul hanya dengan nama-nama Allah Ta'ala.


9. Sebab lainnya adalah memohon dengan perulangan kepada Allah Ta'ala dalam berdo'a.


Sumber:


Kitab "Fathul Qawiyyil Matin fi Syarhil Arba'in wa Tatimmatil Khamsin Lin Nawawi wa Ibni Rajab Rahimahumallah."
Ditulis Oleh: Syaikh 'Abdul Muhsin bin Hamd al-'Abbad al-Badr.
Diterjemahkan oleh:
Abu Habiib Sofyan Saladin.
Dalam Judul Versi Indonesia: "Syarah Hadits Arba'in an-Nawawi" (Plus 8 Hadits Ibnu Rajab).

Penerbit: "Darul Ilmi", Cileungsi-Bogor.

KITAB RIYADHUSH SHALIHIN, Bab Keutamaan Shalat

Assalamu'alaykum wa Rahmatullah wa Barakaatuh..
Bismillahirahmannirrahiim..


"Yaa ayyuhalladziina aaamanut taqullah haqqo tuqootihi wala tamutunna illa wa antum muslimun."


"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam."
(QS. Ali Imran: 102).


"Yaa ayyuhannasut taqu robbakumulladzii kholaqokum min nafsin wa hidah wa kholaqo minha dzaujaha wa batstsa minhuma rijaalan katsiiron wa nisaa a wattaqullahalladzii tasaa alunnabihi wal arhaama innallaaha kaana 'alaykum roqiiba."


"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, daripadanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan nama-Nya) kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian."
(QS. An Nisaa: 1).


"Yaa ayyuhalladziina aaamanut taqullaha wa qulu qaulan sadida yushlih lakum a'maalakum wa yaghfirlakum dzunubakum wa mayyuti 'illaha wa rasulahu faqod faaza fauzan 'adzhiima."


"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan katakanlah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagi kalian amal-amal kalian dan mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."
(QS. Al Ahzab: 70-71).


Fa inna ashdaqol hadiitsi kitaabullaah wa khairal hadi hadi muhammadin shallallaahu 'alaihi wasallam wasyarril umuuri muhdatsaa tuhaa wakulla muhdatsa tin bid'ah wakulla bid'atin dholaalah wakulla dholaalatin fiinnar.


KITAB RIYADHUSH SHALIHIN


187. Bab Keutamaan Shalat


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar."
(QS. Al-Ankabut: 45)


Al-Baghawi berkata, "Al-Fahsya' adalah amal yang jelek, sedangkan al-munkar adalah sesuatu yang tidak dikenal oleh syari'at."


Ibnu Mas'ud dan yang lainnya berkata, "Di dalam shalat itu terdapat sesuatu yang bisa mencegah dan menghentikan kemaksiatan kepada Allah 'Aza wa Jalla. Maka barang siapa yang shalatnya tidak dapat memerintahnya pada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka shalatnya tersebut justru tidak akan menambah kecuali semakin jauh dari Allah 'Aza wa Jalla."


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Seseorang datang menemui Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Si fulan melakukan shalat malam, tapi dipagi harinya ia mencuri.' Maka beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Sesungguhnya ia akan dihalangi oleh shalatnya dari hal-hal yang engkau sebutkan'."
(HR. Ahmad)


1/1042.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian, lalu dia mandi lima kali setiap hari didalamnya, apakah kalian menganggap masih ada kotoran (daki) yang tersisa padanya?' Para shahabat menjawab, 'Tidak akan ada kotoran yang tersisa sedikitpun padanya.' Lalu beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Seperti itu pula halnya dengan shalat lima waktu, yang dengannya Allah Ta'ala akan menghapus semua kesalahan'."
(Muttafaq 'alaih).
[Shahih: Al-Bukhari (528); dan Muslim (667)].


2/1043.
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Perumpamaan shalat lima waktu bagaikan sungai yang mengalir deras di depan pintu salah seorang dari kalian, yang mana ia bisa mandi darinya sebanyak lima kali sehari'."
(HR. Muslim).
[Shahih: Muslim (668)].


Kosakata asing:


(Al-Ghamru): Banyak.


Penjelasan hadits:


Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menyerupakan shalat lima waktu dengan sungai yang mengalir dan menyerupakan dosa dengan kotoran yang dicuci air. Shalat lima waktu dapat menghapus dosa-dosa kecil, sedang dosa besar tidak. Karena air pun tidak dapat membasuh penyakit lepra dan yang semisalnya. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Shalat lima waktu dan shalat Jum'at ke Jum'at berikutnya, serta puasa Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa di antara keduanya selama tidak mengerjakan dosa besar."


3/1044.
Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, bahwasanya ada seorang laki-laki mencium seorang wanita, lalu ia mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dan mengabarkan kejadian tersebut kepada beliau. Maka turunlah firman Allah 'Aza wa Jalla, 'Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.' (QS. Hud: 114). Laki-laki itu lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah ini khusus untukku?" Beliau menjawab, "Untuk semua umatku".
(HR. Muslim).
[Shahih: Al-Bukhari (4687); dan Muslim (2763)].


Penjelasan hadits:


Perkataan Ibnu Mas'ud, "Lalu Allah 'Aza wa Jalla menurunkan ayat 'Dan dirikanlah shalat.' Dalam riwayat Ahmad dan Muslim, "Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam membacakan kepadanya, 'Aqimish shalata'."


Awal kisahnya adalah, seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata, "Wahai Rasulullah, sungguh aku menjumpai seorang wanita di kebun. Aku melakukan apa saja terhadapnya, kecuali jimak. Aku mencium dan membelainya dan tidak mengerjakan selain itu. Oleh karenanya, hukumlah aku sekehendakmu." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tidak berkata sedikitpun, sampai orang tersebut pergi. Lalu Umar berkata, "Sesungguhnya, Allah telah menutupi kesalahannya, seandainya ia menutupi kesalahan dirinya." Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Panggillah ia kembali." Seseorang menyusul dan memanggilnya kembali. Kemudian beliau membacakan kepadanya ayat, "Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada permulaan daripada malam. Sesungguhnya segala perbuatan yang baik menghapuskan (dosa) segala perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat." (QS. Hud: 114).


4/1045.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Shalat lima waktu dan shalat hari Jum'at ke Jum'at berikutnya adalah penghapus dosa di antara keduanya selama dosa-dosa besar tidak dilakukan."
(HR. Muslim).
[Shahih: Muslim (233)].


Penjelasan hadits:


Hadits ini merupakan dalil bahwa amal-amal kebaikan hanya dapat menghapus dosa kecil saja. Allah 'Aza wa Jalla berfirman, "Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (syurga)." (QS. An-Nisa': 31).


5/1046.
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Tidaklah seorang muslim didatangi shalat fardhu, lalu dia membaguskan wudhunya, kekhusyukannya dan rukuknya, melainkan hal itu menjadi penebus dosa-dosanya terdahulu, selama dia tidak melakukan dosa-dosa besar. Dan itu (berlaku) pada setiap zaman'."
(HR. Muslim).
[Shahih: Muslim (228)].


Penjelasan hadits:


Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang umumnya pengampunan terhadap dosa kecil dengan dilakukannya berbagai ketaatan, dan hal itu berlaku di sepanjang zaman.


“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisaa: 103)


Allahu Ta'ala a'lam bishowab.


Sumber:

Kitab 'RIYADHUSH SHALIHIN' - Imam An-Nawawi.
Syarah: Syaikh Faishal Alu Mubarak.
Takrij: Syaikh Nasiruddin Al-Albani.
Alih bahasa: Tim Penterjemah UMMUL QURA.

Penerbit: Ummul Qura - Jkt.

Kamis, 22 Oktober 2015

KITAB RIYADHUSH SHALIHIN, Bab Keutamaan Zuhud di Dunia dan Anjuran untuk Mengambil Sedikit Dunia dan Keutamaan Fakir.

Assalamu'alaykum wa Rahmatullah wa Barakaatuh..
Bismillahirahmannirrahiim..


"Yaa ayyuhalladziina aaamanut taqullah haqqo tuqootihi wala tamutunna illa wa antum muslimun."


"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam."
(QS. Ali Imran: 102).


"Yaa ayyuhannasut taqu robbakumulladzii kholaqokum min nafsin wa hidah wa kholaqo minha dzaujaha wa batstsa minhuma rijaalan katsiiron wa nisaa a wattaqullahalladzii tasaa alunnabihi wal arhaama innallaaha kaana 'alaykum roqiiba."


"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, daripadanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan nama-Nya) kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian."
(QS. An Nisaa: 1).


"Yaa ayyuhalladziina aaamanut taqullaha wa qulu qaulan sadida yushlih lakum a'maalakum wa yaghfirlakum dzunubakum wa mayyuti 'illaha wa rasulahu faqod faaza fauzan 'adzhiima."


"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan katakanlah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagi kalian amal-amal kalian dan mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."
(QS. Al Ahzab: 70-71).


Fa inna ashdaqol hadiitsi kitaabullaah wa khairal hadi hadi muhammadin shallallaahu 'alaihi wasallam wasyarril umuuri muhdatsaa tuhaa wakulla muhdatsa tin bid'ah wakulla bid'atin dholaalah wakulla dholaalatin fiinnar.


KITAB RIYADHUSH SHALIHIN


16. Bab Keutamaan Zuhud di Dunia dan Anjuran untuk Mengambil Sedikit Dunia dan Keutamaan Fakir.


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya) datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman) nya seperti pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir."
(QS. Yunus: 24).


Zuhud ialah ridha kepada Allah 'Aza wa Jalla. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sungguh, beruntung orang yang masuk Islam, diberi kecukupan rezeki, dan diberikan rasa puas akan apa yang diberikan oleh Allah kepadanya."


Az-Zuhri ditanya mengenai orang yang bersikap zuhud, lalu ia menjawab, "Orang yang kesabarannya tidak dikalahkan oleh harta yang haram dan harta halal tidak menyibukannya sehingga meninggalkan bersyukur."


Ayat berikut ini merupakan perumpamaan yang dibuat Allah 'Aza wa Jalla terhadap perhiasan dunia, cepat hilangnya perhiasan dunia, dan rusaknya.


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Dan buatkanlah untuk mereka (manusia), perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan."
(QS. Al-Kahfi: 45-46).


Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata, "Harta benda dan anak-anak merupakan tanaman di dunia, sedangkan amal kebajikan merupakan tanaman akhirat. Terkadang Allah mengumpulkan semuanya pada suatu kaum."


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu."
(QS. Al-Hadid: 20).


Orang-orang kafir terlalu tergila-gila dengan keindahan dunia, sedangkan orang Mukmin apabila melihat sesuatu yang mengagumkan, maka pikirannya mengarah kepada kekuasaan Allah dan dia tahu bahwa hal itu akan sirna. Dan ia berdo'a, "Ya Rabb, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka."


Dan firman Allah 'Aza wa Jalla :


"Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya."
(QS. Ali Imran: 185).


Maksudnya, bagaikan barang dagangan yang menipu orang yang menawar, sehingga ia merasa tertarik dan akhirnya membelinya. Barang siapa tertipu dengan barang tersebut dan lebih memilihnya, maka ia adalah orang yang tertipu.


Dan firman Allah 'Aza wa Jalla :


"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."
(QS. Ali Imran: 14).


Di dalam ayat ini terdapat pesan untuk mendorong bersikap zuhud terhadap dunia dan mendorong untuk senang kepada akhirat.


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah."
(QS. Fathir: 5).


Maksudnya, jangan sampai kesenangan dunia menjadikan kalian terlena dari mencari akhirat dan berusaha mendapatkannya. Sungguh jangan sampai kalian tertipu oleh setan dengan memberi harapan kepada kalian akan adanya ampunan tetapi masih terus-menerus berbuat maksiat.


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Maka setelah mereka, datanglah generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini. Lalu mereka berkata, 'Kami akan diberi ampun'."
(QS.Al-A'raf: 169).


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti."
(QS. At-Takatsur: 1-5).


Maksudnya, seandainya kalian mengetahui dengan penuh keyakinan, pastilah tidak ada sesuatu pun yang melalaikan kalian dari mencari akhirat hingga kalian berada di alam kubur.


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui."
(QS. Al-Ankabut: 64).


Maksudnya, seandainya kalian mengetahui, pastilah kalian tidak mendahulukan dunia atas akhirat, yang mana akhirat merupakan kehidupan yang sesungguhnya dan abadi, karena sesungguhnya dunia akan sirna dan kenikmatan dunia hanyalah senda gurau dan permainan belaka sebagaimana benda yang digunakan sesaat untuk bergembira oleh para anak-anak, kemudian mereka meninggalkannya tiada gunanya lagi.


Ayat-ayat yang berkaitan dengan bab ini banyak sekali dan terkenal. Sedangkan hadits-haditsnya lebih dari kata terbatas. Oleh karenanya, kami hanya menyebutkan beberapanya saja.


1/457.
Dari Amr bin Auf Al-Anshari radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengirim Abu Ubaidah bin Al-Jarrah radhiyallahu 'anhu ke daerah Bahrain. Ia datang kesitu untuk mengambil pajak. Kemudian ia datang dengan membawa harta dari Bahrain. Ternyata kaum Anshar mendengar akan kedatangan Abu Ubaidah, lalu mereka menunaikan shalat fajar bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam selesai melakukan shalat, maka beliau pun kembali. Selanjutnya mereka bermaksud untuk menemui beliau. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tersenyum ketika melihat mereka, kemudian beliau bersabda, "Aku kira kalian semua sudah mendengar bahwa Abu Ubaidah telah tiba dari Bahrain dengan membawa perbendaharaan?" Mereka menjawab, "Benar, ya Rasulullah." Beliau bersabda, "Bergembiralah kalian semua dan bolehlah mengharapkan sesuatu yang akan menyenangkan kalian semua. Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takutkan menimpa kalian semua, tapi aku justru takut jika harta dunia ini diluaskan untuk kalian semua, sebagaimana telah diluaskan untuk umat-umat sebelum kalian, kemudian kalian saling berlomba-lomba untuk mencarinya sebagaimana mereka juga berlomba-lomba untuk mengejarnya, lalu harta dunia menghancurkan agama kalian sebagaimana ia telah menghancurkan agama mereka."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (3185) dan Muslim (2961)].


Penjelasan hadits:


Kota Bahrain berada di antara kota Bashrah dan Hajar. Kota ini dinamai Bahrain karena menyatukan antara laut air tawar dan air asin. Air tawar berada di bawah laut. Apabila pemisah diantara keduanya digali, maka air tawar akan muncul dan naik ke permukaan.


Sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, "Kemudian kalian semua saling berlomba-lomba untuk mencarinya sebagaimana mereka juga berlomba-lomba untuk mengejarnya." At-Tanafus (berlomba-lomba) merupakan tingkatan pertama dari dengki.


Di dalam riwayat Imam Muslim disebutkan, "Mereka saling berlomba-lomba, kemudian saling iri dengki, kemudian saling membelakangi, selanjutnya saling membenci."


Ibnu Batthal berkata, "Hadits ini menunjukkan bahwa bagi orang yang dibukakan baginya kemegahan dunia, seyogyanya waspada akan akibat dan keburukan fitnahnya."


2/458.
Dari Abu Said Al-Kudri radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam duduk diatas mimbar, sedangkan kami duduk disekitarnya, lalu beliau bersabda, 'Sesungguhnya salah satu yang aku takutkan atas diri kalian semua sepeninggalku nanti ialah keindahan dan perhiasan dunia yang dibukakan untuk kalian semua'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (1465) dan Muslim (1052)].


Penjelasan hadits:


Allah 'Aza wa Jalla berfirman, "Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Rabbmu lebih baik dan lebih kekal."
(QS. Thaha: 131).


3/459.
Dari Abu Said radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan Allah akan menjadikan kalian sebagai pemimpin di dalamnya. Maka Allah akan melihat apa yang akan kalian lakukan. Oleh karena itu, waspadalah kalian terhadap dunia dan waspadalah kalian terhadap wanita."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim(2742)].


Penjelasan hadits:


Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, "Manis dan hijau," maksudnya dunia itu memadukan dua sifat yang disenangi oleh mata dan perasa, seperti buah-buahan. Di dalam hadits ini terdapat peringatan dari fitnah harta benda dan fitnah wanita.


4/460.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Ya Allah! Tidak ada kehidupan yang kekal melainkan kehidupan di akhirat."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (6413) dan Muslim (1805)].


Penjelasan hadits:


Perkataan ini disabdakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam ketika mengalami kondisi sangat berat tatkala beliau memandang kelelahan para sahabatnya di saat menggali parit. Beliau juga mengatakannya dalam kondisi paling bergembira tatkala beliau melihat banyak orang-orang mukmin pada hari arafah, "Aku penuhi panggilan-Mu, sesungguhnya tidak ada kehidupan yang kekal melainkan kehidupan di akhirat." Maksudnya, kehidupan yang abadi yang tiada kesedihan dan kesusahan.


5/461.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Ada tiga hal yang mengikuti mayat: keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua hal kembali dan yang satu tetap tinggal menyertai. Keluarga dan hartanya kembali, sedang amalnya tetap bersamanya."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (6514) dan Muslim (2960)].


Penjelasan hadits:


Pada umumnya, ketika seseorang meninggal dunia, maka ia akan diikuti oleh keluarganya dan harta bendanya yang diperlukan untuk mengurusi jenazahnya. Ketika jasadnya telah dimakamkan, maka mereka pun pulang kembali, sedangkan amalnya ikut masuk bersamanya di dalam kubur, sebagaimana terdapat di dalam hadits riwayat Al-Bara', "Mayat yang di dalam kubur akan didatangi oleh seseorang yang tampan wajahnya, bagus pakaiannya, dan harum aromanya, lalu ia berkata, 'Bergembiralah dengan sesuatu yang menggembirakanmu.' Lalu si mayat bertanya, 'Anda siapa?' Ia menjawab, 'Saya adalah amal perbuatanmu yang baik'." [Al-Hadits].


6/462.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Kelak akan didatangkan orang yang paling mendapatkan kenikmatan di dunia dan ia termasuk golongan ahli neraka pada hari kiamat, lalu ia diceburkan dalam neraka dengan sekali ceburan, kemudian dikatakan, 'Hai anak Adam, apakah engkau pernah melihat suatu kebaikan sekalipun sedikit? Apakah ada suatu kenikmatan yang pernah menghampirimu sekalipun sedikit?' Ia berkata, 'Tidak, demi Allah, ya Rabbku.' Kemudian didatangkan pula orang yang paling menderita di dunia dan ia termasuk penduduk surga, lalu ia dimasukkan ke dalam surga, kemudian dikatakan kepadanya, 'Hai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan suatu kesengsaraan sekalipun sedikit? Apakah ada penderitaan yang pernah menghampirimu sekalipun sedikit?' Ia menjawab, 'Tidak, demi Allah, tidak pernah ada penderitaan pun yang menghampiri diriku dan tidak pernah saya melihat suatu kesengsaraan pun'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (2807)].


Penjelasan hadits:


Di dalamnya terdapat pesan bahwa siksa akhirat dapat melalaikan kenikmatan dunia dan sesungguhnya kenikmatan akhirat dapat melupakan kesengsaraan dunia.


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Dia (Allah) berfirman, 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab, 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung.' Dia (Allah) berfirman, 'Kamu tidak tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui'."
(QS. Al-Mu'minun: 112-114).


"Dan mereka berkata, 'Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Rabb kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu'."
(QS. Fathir: 34-35).


7/463.
Dari Al-Mustaurid bin Syaddad radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Tidaklah permisalan dunia dengan akhirat melainkan bagaikan salah seorang di antara kalian mencelupkan jarinya ke dalam lautan, lalu lihatlah berapa teteskah yang masih tersisa (di jari)'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (2858)].


Penjelasan hadits:


Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam membuat perumpamaan masa di dunia dibandingkan masa di akhirat serta kenikmatannya bagaikan air yang menempel pada jari-jari dari air laut. Allah 'Aza wa Jalla berfirman, "Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (di bandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit."
(QS. At-Taubah: 38).


8/464.
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berjalan melalui pasar, sedang orang-orang ada disekitarnya. Kemudian beliau melintasi bangkai anak kambing yang bertelinga kecil. Beliau mengambilnya lalu menyentuh telinganya, lalu beliau bertanya, "Siapakah di antara kalian yang mau membeli kambing ini seharga satu dirham?" Orang-orang menjawab, "Kami semua tidak mau menukarnya dengan sesuatu apa pun dan akan kami gunakan untuk apa benda itu?" Beliau bertanya lagi, "Maukah kalian jika benda ini diberikan cuma-cuma kepada kalian?" Orang-orang menjawab, "Demi Allah, seandainya masih hidup pun, anak kambing ini cacat, karena telinganya kecil, lalu bagaimana halnya dalam keadaan mati?" Kemudian beliau bersabda, "Demi Allah, sesungguhnya, dunia ini lebih hina di sisi Allah daripada kambing ini bagi kalian semua."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (2957)].


Kosakata asing:


(Kanafataihi): ada di sebelahnya.
(Al-Asak): Kecil telinganya.


Penjelasan hadits:


Di dalam hadits ini terdapat pesan bahwa dunia lebih hina di sisi Allah daripada bangkai anak kambing yang tuli di sisi manusia. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Dunia itu dilaknat dan dilaknat pula segala yang ada di dalamnya, selain dzikir kepada Allah, sesuatu yang dicintai oleh Allah, orang alim, dan orang yang belajar."


9/465.
Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Suatu ketika saya berjalan bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam di suatu tempat yang berbatu hitam di Madinah, lalu kami berhadapan dengan gunung Uhud, kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Hai Abu Dzar!' Saya menjawab, 'Saya, ya Rasulullah.' Beliau bersabda lagi, 'Aku tidak suka bila emas sebesar gunung Uhud ini menjadi milikku dan bermalam di rumahku hingga tiga malam, kemudian aku mempunyai satu dinar darinya, kecuali satu dinar tersebut akan aku gunakan untuk membayar hutangku. Atau akan memberikannya kepada hamba-hamba Allah begini, begini, dan begini.' Beliau lantas mendemonstrasikan (dengan genggaman tangannya) ke kanan, kiri, dan belakangnya. Kemudian beliau berjalan, lalu bersabda lagi, 'Sesungguhnya, orang-orang yang kaya raya dengan harta itulah yang paling sedikit pahalanya pada hari kiamat, melainkan orang yang berkata untuk memberikan hartanya demikian, demikian, dan demikian.' Sambil mempraktikkan ke kanan, kiri, dan belakangnya. Sabdanya lagi, 'Tetapi sedikit sekali orang yang melakukannya.' Selanjutnya beliau bersabda padaku, 'Tetaplah ditempatmu ini. Jangan beranjak meninggalkan tempat ini, sampai aku datang kembali padamu.' Kemudian beliau berangkat dalam malam yang kelam itu sampai tertutup dari pandangan. Tiba-tiba saya mendengar suara keras sekali. Saya pun khawatir barangkali ada seseorang yang hendak berbuat jahat kepada Nabi. Saya hendak mendatanginya, tetapi saya ingat sabda beliau, 'Janganlah engkau meninggalkan tempat ini sampai aku datang kembali padamu.' Oleh karena itu, saya tidak meninggalkan tempat itu sehingga beliau kembali datang padaku. Kemudian saya berkata, 'Saya telah mendengar suara yang membuat saya khawatir.' Lalu saya menuturkan bunyi suara itu kepada beliau. Selanjutnya beliau bersabda, 'Adakah engkau mendengarnya?' Saya menjawab, 'Ya.' Lantas beliau bersabda, 'Itu tadi adalah Jibril yang datang padaku, lalu Jibril berkata, 'Barang siapa meninggal dunia dari umatmu tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, maka ia akan masuk surga.' Saya bertanya, 'Sekalipun ia berbuat zina dan mencuri?' Jibril menjawab, 'Sekalipun ia berbuat zina dan mencuri."
[Muttafaqun 'alaih, lafal hadits ini milik Al-Bukhari]
[Shahih: Al-Bukhari (6443) dan Muslim (294, 991)].


Penjelasan hadits:


Hadits ini memuat banyak faedah dan kaidah yang agung. Di dalamnya terdapat kabar gembira dengan tidak kekalnya seorang Muslim di dalam neraka meskipun ia pernah melakukan dosa-dosa besar. Apabila ia telah bertobat dari dosa-dosanya di dunia, maka ia tidak akan masuk neraka kecuali hanya untuk memenuhi sumpah. Apabila ia tidak bertobat, maka urusannya terserah Allah. Apabila Allah berkehendak, maka Dia mengampuninya dan memasukkannya ke dalam surga. Dan apabila Dia berkehendak, maka Dia akan menyiksanya. Allah 'Aza wa Jalla berfirman, "Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (sirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali." (QS. An-Nisa: 116).


10/466.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Seandainya aku memiliki emas sebanyak gunung uhud, pastilah aku senang jika emas tersebut tidak lebih dari tiga hari ada pada diriku sekalipun sedikit, kecuali kalau yang sedikit tadi aku sediakan untuk melunasi hutang."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (2389) dan Muslim (991)].


11/467.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Lihatlah orang yang tarafnya ada dibawah kalian, dan janganlah kalian melihat orang yang tarafnya ada diatas kalian. Sebab, yang demikian itu lebih mendorong kalian untuk tidak menghinakan nikmat Allah yang dilimpahkan atas kalian'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (6490) dan Muslim (2963)].


Di dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, bersabda, "Jika salah seorang diantara kalian melihat orang yang mempunyai kelebihan dalam hal harta benda dan keindahan fisik, maka hendaklah kalian memandang kepada orang yang keadaannya lebih bawah daripada dia."


Penjelasan hadits:


1. Hadits ini mengumpulkan arti-arti kebaikan.

2. Di dalamnya terdapat obat segala penyakit, baik berupa iri hati dan lainnya.


Di dalam hadits lainnya disebutkan, "Semoga Allah merahmati seorang hamba yang dalam urusan duniawi ia memandang kepada orang yang dibawahnya, lalu ia memuji kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Dan di dalam urusan agama ia memandang orang di atasnya, lalu ia semakin tekun dan bersungguh-sungguh."


Amr bin Syu'aib meriwayatkan sebuah hadits marfu', "Ada dua hal yang apabila keduanya ada pada seseorang, maka Allah akan menulisnya sebagai orang yang bersyukur dan orang yang sabar, yaitu orang yang di dalam urusan duniawi ia memandang kepada orang di bawahnya, lalu ia memuji kepada Allah atas karunia yang diberikan kepadanya, dan orang yang di dalam urusan agama memandang kepada orang di atasnya, lalu ia mengikutinya. Sedangkan orang yang di dalam urusan duniawi memandang kepada orang di atasnya dan merasa menyesal atas harta dunia yang terlepas dari dirinya, maka sungguh, ia tidak dicatat sebagai orang yang bersyukur dan orang yang sabar."


Salah seorang ulama salaf berkata, "Saya pernah bersahabat dengan orang-orang kaya, tetapi saya selalu dirundung kesusahan. Lantas saya bersahabat dengan orang-orang fakir, maka saya merasa tenang."


Di dalam hadits marfu' lain disebutkan, "Persedikitlah masuk ke tempat orang kaya, karena itu lebih mendorong kalian agar tidak menghinakan kenikmatan Allah."


12/468.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Binasalah orang yang menjadi budak dinar, dirham, beludru sutera, serta pakaian. Jika ia diberi, maka relalah hatinya. Dan jika ia tidak diberi, maka ia tidak rela."
[HR. Al-Bukhari].
[Shahih: Al-Bukhari (2886)].


Penjelasan hadits:


Di dalam hadits ini terdapat celaan terhadap orang yang tamak akan harta dunia sehingga ia menjadi budak dunia; kerelaan dan kemarahannya karena dunia.


13/469.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Saya benar-benar telah melihat tujuh puluh orang dari kalangan ahlus shuffah. Tidak seorang pun dari mereka yang mengenakan selendang, ada kalanya menggunakan sarung dan ada kalanya baju. Mereka mengikatkan pada lehernya masing-masing. Di antaranya ada pakaian mereka yang hanya sampai pada setengah dari kedua betisnya. Dan di antaranya pula ada yang sampai di kedua mata kakinya, lalu ia mengumpulkan dengan tangannya karena tidak suka terlihat auratnya."
[HR. Al-Bukhari]
[Shahih: Al-Bukhari (442)].


Penjelasan hadits:


Di dalam hadits ini terdapat pesan bahwa sesungguhnya dunia ini, seandainya dimuliakan di sisi Allah, pastilah Dia memberikan dunia secara khusus kepada para kekasih-Nya. Akan tetapi, sungguh Allah memberikan dunia kepada orang yang Dia suka dan orang yang tidak Dia sukai. Dan Allah tidak memberikan agama ini kecuali kepada orang yang Dia cintai.


14/470.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Dunia ini merupakan penjara bagi orang Mukmin, dan surga bagi orang kafir'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (2956)].


Penjelasan hadits tersebut ialah bahwa dunia merupakan penjara bagi orang Mukmin jika dibandingkan dengan kenikmatan yang disiapkan untuknya di akhirat, dan merupakan surga bagi orang kafir jika dibandingkan dengan siksaan yang disiapkan untuknya di akhirat. Di samping itu, orang Mukmin dilarang dari hal-hal pemuas syahwat yang diharamkan, sedangkan orang kafir sibuk melakukannya. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, "Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang dibenci sedangkan neraka dikelilingi hal-hal yang disenangi."


Abu Sahl Ash-Sha'luki Al-Faqih, beliau termasuk diantara yang menjadi pemimpin agama sekaligus pemimpin dunia. Suatu ketika ia sedang bersama rombongannya, tiba-tiba ada seorang Yahudi muncul di hadapannya dengan pakaian buruk, lalu si Yahudi berkata, "Bukankah kalian mengaku bahwa Nabi kalian pernah berkata, 'Dunia ini merupakan penjara bagi orang Mukmin dan surga bagi orang kafir.' Padahal aku ini orang kafir dan kalian melihat sendiri keadaanku seperti ini, sedangkan kalian orang Mukmin dan kalian juga bisa melihat keadaan kalian." Abu Sahl berkata, "Jika kelak kamu mendapat siksa Allah, maka keadaan ini adalah surgamu. Dan jika kelak aku mendapatkan kenikmatan dan ridha Allah, maka keadaan ini merupakan penjara bagiku." Orang-orang pun kagum akan pemahamannya dan mampu menjawab dengan cepat.


15/471.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menepuk kedua bahuku, lalu beliau bersabda, 'Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah engkau orang asing atau orang yang menyeberang jalan'."


Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata, "Jika engkau di sore hari, maka janganlah engkau menantikan waktu pagi. Dan jika engkau di pagi hari, maka janganlah engkau menantikan waktu sore. Ambillah kesempatan sewaktu sehatmu untuk masa sakitmu dan sewaktu hidupmu untuk kematianmu."
[HR. Al-Bukhari].
[Shahih: Al-Bukhari (6416)].


Penjelasan hadits:


Para ulama mengatakan mengenai syarah hadits ini yang artinya, "Janganlah engkau terlampau cenderung kepada dunia, jangan pula menganggapnya sebagai tanah air, dan jangan pula engkau mengucapkan pada dirimu sendiri bahwa engkau akan lama menetap di dunia ini. Selain itu, jangan pula engkau terlalu perhatian pada dunia ini, jangan tergantung padanya, kecuali sebagaimana ketergantungan orang asing yang berada di negeri lain, serta janganlah menyibukkan diri di dunia ini kecuali sebagaimana orang asing yang hendak kembali ke tempat keluarganya semula. Hanya dengan Allah-lah adanya pertolongan."


Hadits ini mengandung anjuran untuk tidak memanjangkan angan-angan, bersegera melakukan amal kebajikan, tidak menunda-nunda amal shalih, dan tidak malas.


Di dalam hadits lain disebutkan, "Pergunakanlah lima kesempatan sebelum datang lima kesempatan lainnya, yaitu masa mudamu sebelum datang masa tuamu; waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu; saat sehatmu sebelum datang saat sakitmu; keadaan kayamu sebelum datang keadaan fakirmu; dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu."


16/472.
Dari Abu Abbas Sahal bin Sa'ad As-Sa'idi radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Ada seorang lelaki datang menghadap Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, lalu ia berkata, 'Ya Rasulullah, tunjukanlah kepadaku suatu amalan yang apabila saya lakukan, maka saya akan dicintai oleh Allah dan juga dicintai oleh seluruh manusia.' Beliau bersabda, 'Bersikap zuhudlah terhadap dunia, pasti engkau dicintai oleh Allah. Dan bersikap zuhudlah terhadap apa yang dimiliki oleh manusia, pasti engkau akan dicintai oleh manusia'."
[Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad-sanad yang baik].
[Shahih: Ibnu Majah (4102)].


Penjelasan hadits:


Hadits ini memuat dua wasiat besar. Apabila seseorang melakukan keduanya, maka ia akan dicintai oleh Allah dan dicintai manusia.


Zuhud adalah merasa puas (ridha) dengan apa yang telah diberikan oleh Allah kepadamu serta menjaga diri dari menginginkan harta orang lain. Umar radhiyallahu 'anhu pernah berkata diatas mimbar, "Sesungguhnya, ketamakan adalah kefakiran, sedangkan tidak berharap adalah kekayaan."


Abu Ayyub As-Sikhtiyani berkata, "Seorang lelaki tidak akan diterima sehingga ia mempunyai dua hal, yaitu menjaga diri dari apa yang menjadi milik orang lain serta memaafkan kesalahan-kesalahan dari mereka."


Di dalam hadits marfu' disebutkan, "Cinta dunia merupakan pangkal dari segala kesalahan."


Asy-Syafi'i berkata:
"Dunia ini tak lain adalah sebuah bangkai yang berubah bentuk...
Yang di atasnya terdapat anjing-anjing yang tertarik kepadanya...
Jika engkau menjauhinya, maka engkau selamat darinya...
Apabila engkau tertarik kepadanya, maka engkau akan berebut dengan anjing-anjing..."


17/473.
Dari Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu menuturkan tentang dunia yang telah diperoleh oleh orang-orang, lalu ia berkata, 'Sungguh, saya telah melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam terlilit kelaparan pada hari ini, beliau tidak mendapati kurma yang bermutu rendah pun untuk mengisi perut beliau'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (2978) dan Ahmad (1/24)].


Kosakata asing:


(Ad-Daqalu): Kurma yang bermutu rendah.


Penjelasan hadits:


Hadits ini menggambarkan sikap zuhud Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, kesabaran beliau, dan rendahnya dunia di sisi beliau. Padahal, Allah 'Aza wa Jalla telah memberi pilihan kepada beliau antara menjadi raja sekaligus nabi atau sebagai hamba sekaligus nabi, lalu beliau memilih menjadi hamba. Beliau berkata, "Ya Rabb! Aku lapar pada suatu hari dan aku merasa kenyang pada hari yang lain. Apabila aku lapar, maka aku memohon kepada-Mu. Dan apabila aku kenyang, maka aku bersyukur kepada-Mu."


18/474.
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam wafat, sedang di rumahku tidak ada sesuatu pun yang dapat dimakan oleh seseorang yang mempunyai hati, kecuali hanya sedikit gandum yang ada di rak milikku, lalu aku memakannya sebagian hingga beberapa waktu. Kemudian aku menakarnya dan gandum itu pun habis."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (3097) dan Muslmi (2973)].


Kosakata asing:


(Syathru sya'ir) artinya sedikit sekali dari gandum. Demikianlah yang ditafsirkan oleh Imam At-Tirmidzi.


Penjelasan hadits:


1. Menggambarkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam berpaling dari dunia dan tidak meliriknya (menginginkannya).

2. Anjuran untuk tidak menakar atau menghitung-hitung makanan pokok karena tawakal dan percaya kepada Allah 'Aza wa Jalla. Sesungguhnya, memperbanyak makanan yang sedikit termasuk di antara rahasia-rahasia Allah 'Aza wa Jalla yang tersamar. Hal ini tidak bertentangan dengan hadits berikut, "Takarlah makanan kalian, niscaya kalian akan diberkahi pada makanan tersebut."


Al-Hafizh berkata, "Menakar ketika jual beli ialah dianjurkan lantaran terkait dengan hak dua orang yang bertransaksi. Sedangkan menakar ketika infak, maka motifasi dalam hal ini ialah sifat kikir. Oleh karena itu, dimakruhkan menakarnya."


19/475.
Dari Amr bin Al-Harits, saudara Juwairiyah binti Al-Harits, Ummul Mukminin radhiyallahu 'anha, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tidak meninggalkan dinar, tidak pula dirham, budak laki-laki ataupun perempuan, atau apa saja ketika beliau wafat, kecuali hanyalah keledai putihnya yang dahulu dinaikinya, senjatanya, serta sebidang tanah yang dijadikan sebagai sedekah kepada orang yang dalam perjalanan."
[HR.Al-Bukhari].
[Shahih: Al-Bukhari (4461)].


Penjelasan hadits:


Hadits ini menunjukkan bahwa budak perempuan dan budak laki-laki yang pernah dimiliki Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam semasa hidup beliau tidak tetap menjadi miliknya setelah beliau wafat. Sebagian ada yang dimerdekakan dan sebagian telah meninggal sebelum Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam wafat. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Kami dari kalangan para nabi tidak mewariskan yang kami tinggalkan sebagai sedekah."


20/476.
Dari Khabab bin Al-Arat radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Kami semua berhijrah bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam untuk mencari keridhaan Allah 'Aza wa Jalla, maka pahala kami itu atas Allah 'Aza wa Jalla. Sebagian di antara kami ada yang meninggal dunia dan belum pernah memperoleh sesuatu pun dari hasil hijrah itu. Di antara mereka ialah Mush'ab bin Umair radhiyallahu 'anhu yang gugur pada saat perang Uhud. Ia hanya meninggalkan selembar baju lurik (kain wol yang bergaris-garis). Apabila baju tersebut kami tutupkan pada kepalanya, maka tampaklah kedua kakinya, dan apabila kami tutupkan pada kedua kakinya, maka tampaklah kepalanya. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh kami, agar kami tutupkan saja pada kepalanya, sedang di kedua kakinya kami letakkan saja sedikit tumbuh-tumbuhan idzkhir (rumput-rumputan berbau harum). Di antara kami juga ada yang telah memiliki buah yang masak, dan ia memetiknya."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (1276, 3897, 3913, 4047, 4082, 6448) dan Muslim (940)].


Kosakata asing:


(An-Namiratu): Pakaian yang berwarna-warni terbuat dari wol.
(Aina'at): Telah matang dan masak.
(Yahdibuha): Memetik dan menuainya.


Ini adalah bentuk metaforis bahwa Allah 'Aza wa Jalla memberikan karunia kepada kaum muslimin untuk mendapatkan kelapangan duniawi dan memungkinkan kenikmatan mereka itu di dunia.


Penjelasan hadits:


Intisari hadits:

1. Menggambarkan kejujuran para salaf dalam mengungkapkan keadaan mereka yang sebenarnya.

2. Bersabar menghadapi kefakiran hidup termasuk di antara tingkatan orang-orang shalih.

3. Kain kafan harus menutupi seluruh badan.


21/477.
Dari Sahal bin Sa'ad As-Sa'idi radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Seandainya dunia ini di sisi Allah dianggap sebanding dengan selembar sayap nyamuk saja, pastilah Allah tidak akan memberi minum seteguk air pun dari dunia ini kepada orang kafir'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits hasan shahih].
[Shahih: Tirmidzi (2321), Ibnu Majah (4110). Dan dishahihkan oleh syaikh Al-Bani dalam Shahih Al-Jami' (3318)].


Penjelasan hadits:


Hadits ini mengandung betapa hinanya dunia di sisi Allah. Oleh karena itu, Allah memberikan banyak hal dari dunia ini kepada orang-orang kafir dan orang-orang fasik karena kehinaan mereka bersama dunia. Dan Allah melindungi para nabi dan orang-orang shalih dari dunia supaya mereka tidak ternodai oleh kehinaan dunia.


22/478.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Ingatlah! Sesungguhnya, dunia itu dilaknat dan dilaknat pula segala yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah, sesuatu yang dicintai oleh Allah, orang alim, dan orang yang belajar'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits hasan].
[Hasan: Tirmidzi (2322). Dan dihasankan oleh syaikh Al-Bani dalam Shahih Al-Jami' (3414)].


Penjelasan hadits:


Di dalam hadits ini terdapat celaan terhadap dunia yang dapat menyibukkan seseorang dari berdzikir kepada Allah 'Aza wa Jalla dan melakukan ketaatan kepada-Nya, sebagaimana Allah 'Aza wa Jalla berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al-Munafiqun: 9).


Sedangkan dunia yang dapat membantu melakukan ketaatan kepada Allah, maka hal ini tidaklah tercela. Allah 'Aza wa Jalla berfirman, "Orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingati Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat." (QS. An-Nur: 37).


Di dalam sebuah hadits marfu' disebutkan, "Janganlah engkau mencaci dunia, maka sebaik-baik kendaraan seorang Mukmin ialah yang dengannya ia bisa sampai kepada kebaikan dan dengannya pula ia bisa selamat dari keburukan."


23/479.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Janganlah kalian berkutat pada ladang dan perdagangan, sehingga kalian menjadi cinta kepada dunia'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits hasan].
[Shahih: Ahmad (2589), Tirmidzi (2329). Dan dishahihkan oleh syaikh Al-Bani dalam Ash-Shahihah (12) dan Shahih Al-Jami' (7214)].


Kosakata asing:


(Adh-Dhai'ah): Ladang dan sawah yang membutuhkan pengerjaan.


Penjelasan hadits:


Maksud hadits ini adalah, janganlah kalian terlalu jauh di dalam urusan dunia sehingga kalian cinta dunia, tanpa melakukan kebaikan akhirat. Dan janganlah kalian sibuk dalam mencari dunia sehingga kalian tidak akan kenyang dengan dunia.


24/480.
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berjalan melewati kami dan saat itu kami sedang mengerjakan perbaikan rumah, lalu beliau bersabda, 'Apa ini?' Kami menjawab, 'Rumah ini telah rusak, maka kami memperbaikinya.' Beliau bersabda, 'Aku tidak melihat suatu perkara, melainkan lebih cepat dari ini'."
[HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad Al-Bukhari dan Muslim. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini adalah hasan shahih].
[Shahih: Abu Dawud (5236) dan Tirmidzi (2336). Dan dishahihkan oleh syaikh Al-Bani dalam Shahih At-Tirmidzi (1904)].


Kosakata asing:


(Al-Khushshu): Rumah yang dikerjakan dari bambu dan sebagainya.


Penjelasan hadits:


Hadits ini didukung oleh hadits lain riwayat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, "Jika engkau di pagi hari, maka janganlah engkau menantikan waktu sore. Dan jika engkau di sore hari, maka janganlah engkau menantikan waktu pagi."


25/481.
Dari Ka'ab bin Iyadh radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Sesungguhnya, setiap umat itu ada fitnahnya, dan fitnah umatku ialah harta'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah hasan shahih].
[Shahih: Ahmad (4/160), Tirmidzi (2337). Dan dishahihkan oleh syaikh Al-Bani dalam Ash-Shahihah (592)].


Kosakata asing:


(Fitnah): Cobaan dan ujian.


Penjelasan hadits:


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan." (QS. Al-Anbiya: 35).


"Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar." (QS. Al-Anfal: 28).


26/482.
Dari Abu Amr, ada yang mengatakan Abu Abdillah, ada pula yang mengatakan Abu Laila, Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada hak apa pun bagi anak Adam selain hal-hal berikut ini: rumah yang menjadi tempat kediamannya, pakaian yang digunakan untuk menutupi auratnya, roti tawar, dan air."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits shahih].
[Dhaif: Tirmidzi (2342) dan didhaifkan oleh syaikh Albani dalam Adh-Dha'ifah (1063)].


Penjelasan hadits:


Tirmidzi berkata, "Saya mendengar Abu Dawud, Sulaiman bin Salim Al-Balkhi berkata, 'Saya pernah mendengar An-Nadhr bin Syumail, katanya, Al-Jilfu ialah roti tanpa lauk.' Yang lainnya berkata, 'Roti yang kasar.' Sedangkan Al-Harawi berkata, 'Yang dimaksudkan disini ialah wadah roti seperti jawaliq dan khurj'."
Wallahu a'lam.


Maksud "hak" di dalam hadits ini adalah hal-hal yang menjadi hak manusia karena kebutuhannya untuk melindunginya dari panas dan dingin, menutupi tubuhnya, serta memenuhi kelaparannya. Selain hal itu termasuk bagian-bagian dari jiwa, bukan hak-haknya.
Sebagian ahli zuhud menyampaikan syair:


Sungguh, sepotong gandum rendahan tanpa garam.
Tanpa lauk-pauk demi Dzat yang menciptakan keakraban.
Beserta kemuliaan di rumahku dan ketaatan kepada Sang Penciptaku.
Lebih nyaman di hatiku daripada manna dan salwa.


27/483.
Dari Abdullah bin As-Syikhir radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Saya pernah datang menghadap Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau sedang membaca ayat, 'Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.' Lalu beliau bersabda, 'Anak Adam berkata, 'Hartaku, hartaku!' Padahal tiada harta yang benar-benar menjadi milikmu, hai anak Adam, melainkan harta yang telah engkau makan lalu engkau habiskan; harta yang engkau pakai, lalu engkau rusakkan; atau harta yang engkau sedekahkan, lalu engkau lewatkan'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (2958)].


Penjelasan hadits.


Artinya, hartamu tidaklah benar-benar menjadi milikmu melainkan harta yang telah engkau manfaatkan di dunia dengan memakannya, memakainya, atau engkau simpan untuk akhiratmu. Sedangkan harta selain itu ialah untuk ahli warismu.


Seorang ulama salaf berkata, "Jadikanlah harta milikmu sebagai simpanan untukmu di sisi Allah dan jadikanlah Allah sebagai pusaka suci untuk anak-anakmu."


28/484.
Dari Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Ada seorang lelaki berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, 'Ya Rasulullah, demi Allah, sungguh saya mencintaimu.' Lantas beliau bersabda, 'Renungkanlah, apa yang engkau ucapkan itu?' Lelaki tersebut berkata lagi, 'Demi Allah, sungguh saya cinta kepadamu.' Dia mengatakannya sampai tiga kali. Kemudian beliau bersabda, 'Jika kamu mencintaiku maka persiapkanlah perisai untuk kefakiran, karena kefakiran lebih cepat kepada orang yang mencintaiku melebihi aliran menuju hilir'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits hasan].
[Dhaif: Tirmidzi (2350) dan didhaifkan oleh syaikh Albani dalam Adh-Dha'ifah]


Kosakata asing:


(At-Tijfaf): Sesuatu yang dikenakan pada kuda untuk menjaga dirinya dari bahaya, dan kadang-kadang pakaian tersebut juga dikenakan oleh manusia.


Penjelasan hadits:


Ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam merupakan orang paling zuhud terhadap dunia, maka orang yang cinta kepadanya dan mengikutinya juga menyandang sifat tersebut lantaran kuatnya rasa cinta dan sungguh-sungguh mencintai. Oleh karenanya, seseorang menyertai orang yang dicintainya. Kekasih suatu kaum bersama kaum tersebut, baik dalam sulit maupun mudah. Dengan demikian, barang siapa ingin bersama mereka di dalam kenikmatan akhirat, maka hendaknya ia bersabar sebagaimana mereka bersabar di dunia. Allah 'Aza wa Jalla berfirman, "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang bersabar." (QS. Ali Imran: 142).


29/485.
Dari Ka'ab bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Tidaklah dua ekor serigala lapar yang dikirimkan kepada suatu kambing itu lebih berbahaya daripada ketamakan seseorang terhadap harta dan kemegahan dalam membahayakan agamanya'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits hasan shahih].
[Shahih: Ahmad (3/456), Tirmidzi (2377), dan dishahihkan oleh syaikh Albani dalam Shahih Al-Jami' (5620)].


Penjelasan hadits:


Di dalam hadits ini terdapat peringatan dari rakus terhadap harta dan kemegahan, karena sesungguhnya cinta dunia merupakan pangkal segala macam kesalahan. Rizky Allah tidaklah ditarik dengan kerakusan orang yang rakus dan tidak tertolak dengan kebencian orang yang membencinya. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Wahai Abdur Rahman bin Samurah! Janganlah engkau meminta sebagai pemimpin, karena sesungguhnya engkau apabila diberi tongkat kepemimpinan tanpa meminta, maka engkau akan dibantu. Dan apabila engkau diberi kepemimpinan karena memintanya, maka kepemimpinan itu akan diserahkan kepadamu."


30/486.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tidur di atas selembar tikar, lalu beliau bangun dan di lambung beliau tampak bekas tikar itu. Kami berkata, 'Ya Rasulullah, alangkah baiknya kalau kami ambilkan saja sebuah kasur untukmu.' Beliau bersabda, 'Apakah pentingnya dunia ini untukku. Aku di dunia ini tidak lain hanyalah bagaikan seorang pengendara kendaraan yang bernaung di bawah pohon, kemudian pastinya akan pergi dan meninggalkan pohon itu'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits hasan shahih].
[Shahih: Ahmad (1/391), Tirmidzi (2378), dan dishahihkan oleh syaikh Albani dalam Shahih Al-Jami' (5668)].


Penjelasan hadits:


Di dalam hadits ini terdapat petunjuk untuk mengabaikan kemegahan dunia dan motivasi untuk memperhatikan kemegahan kedudukan di akhirat. Sesungguhnya, dunia merupakan tempat melintas menuju tempat kebahagiaan.


31/487.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Orang-orang fakir akan masuk surga sebelum orang-orang kaya dengan selisih waktu lima ratus tahun'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits shahih].
[Shahih: Ahmad (2/296), Tirmidzi (2354), dan dishahihkan oleh syaikh Albani dalam Shahih Al-Jami' (8076)].


Penjelasan hadits:


Hadits ini menunjukkan tentang keutamaan orang fakir yang bersabar atas orang kaya yang bersyukur, karena sesungguhnya orang-orang kaya akan tertahan dulu untuk dihisab.


32/488.
Dari Ibnu Abbas dan Imran bin Al-Hushain radhiyallahu 'anhuma, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Aku telah mendatangi surga, aku melihat bahwa sebagian besar penghuninya adalah kaum fakir. Dan aku juga telah mendatangi neraka, aku melihat bahwa sebagian besar penghuninya adalah kaum perempuan."
[Muttafaqun 'alaih dari riwayat Ibnu Abbas. Al-Bukhari meriwayatkan pula dari Imran bin Hushain].
[Shahih: Al-Bukhari (3241) dan Muslim (2738). Imam Muslim dari Ibnu Abbas, sedangkan Al-Bukhari dari Imran].


Intisari hadits:


1. Anjuran untuk meninggalkan kemewahan dunia.

2. Anjuran kepada kaum perempuan untuk menjaga urusan agama agar kelak mereka selamat dari neraka.


33/489.
Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Aku berdiri di pintu syurga, maka sebagian besar orang yang memasukinya ialah orang-orang miskin, sedang orang-orang yang mempunyai kekayaan semua ditahan dulu, selain penghuni-penghuni neraka telah diperintah untuk dimasukkan ke dalam neraka."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (3241) dan Muslim (2738). Imam Muslim dari Ibnu Abbas, sedangkan Al-Bukhari dari Imran].


Kosakata asing:


(Al-Jadd): Bagian harta dan kekayaan.


Penjelasan hadits:


Yang dimaksud dengan penduduk neraka di sini ialah orang-orang yang kekal di dalam neraka. Mereka adalah orang-orang kafir. Allah 'Aza wa jalla berfirman:


"Yang hanya dimasuki oleh orang yang paling celaka."
(QS. Al-Lail: 15).


"Orang-orang kafir digiring ke neraka Jahanam secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (neraka) pintu-pintunya dibukakan."
(QS. Az-Zumar: 71).


"Orang-orang yang berdosa itu diketahui dengan tanda-tandanya, lalu direnggut ubun-ubunnya dan kakinya."
(QS. Ar-Rahman: 41).


34/490.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Kalimat paling benar yang diucapkan oleh seorang penyair ialah ucapan Labid, 'Ingatlah, segala sesuatu selain Allah adalah bathil'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (3841, 6147, 6489) dan Muslim (2256)].


Penjelasan hadits:


Sebait syair ini didukung oleh firman Allah 'Aza wa Jalla, "Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah."
(QS. Al-Qashash: 88). Labid termasuk di antara para tokoh-tokoh penyair jahiliyah. Dia berasal dari daerah Hawazan. Ia datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, lalu ia masuk Islam dan bagus keislamannya. Ia termasuk orang yang panjang usia. Ia hidup lebih dari seratus tahun. Ia adalah seseorang yang mulia pada masa jahiliyah dan pada masa Islam. Ia tidak menyampaikan satu syair pun setelah ia masuk Islam. Ia mengatakan, "Allah telah menggantikan syair kepadaku dengan Al-Qur'an kecuali satu bait ini:


Tidak ada sesuatu yang mencela seseorang yang mulia seperti dirinya sendiri.
Seseorang diperbaiki oleh temannya yang shalih."


Imam Asy-Syafi'i mengungkapkan syair:


Seandainya syair tidak menghinakan para ulama.
Pastilah hari ini aku lebih ahli syair daripada Labid.


Wallahu a'lam bishowab.
Wassalamu'alaykum wa rahmatullah wa barakatuh.


Sumber:

Kitab 'RIYADHUSH SHALIHIN' - Imam An-Nawawi.
Syarah: Syaikh Faishal Alu Mubarak.
Takrij: Syaikh Nasiruddin Al-Albani.
Alih bahasa: Tim Penterjemah UMMUL QURA.

Penerbit: Ummul Qura - Jkt.