Assalamu'alaykum wa Rahmatullah wa Barakaatuh..
Bismillahirahmannirrahiim..
"Yaa ayyuhalladziina aaamanut taqullah haqqo tuqootihi
wala tamutunna illa wa antum muslimun."
"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada
Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali
dalam keadaan beragama Islam."
(QS. Ali Imran: 102).
"Yaa ayyuhannasut taqu robbakumulladzii kholaqokum min
nafsin wa hidah wa kholaqo minha dzaujaha wa batstsa minhuma rijaalan katsiiron
wa nisaa a wattaqullahalladzii tasaa alunnabihi wal arhaama innallaaha kaana
'alaykum roqiiba."
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Robb kalian
yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, daripadanya Allah
menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan nama-Nya) kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kalian."
(QS. An Nisaa: 1).
"Yaa ayyuhalladziina aaamanut taqullaha wa qulu qaulan
sadida yushlih lakum a'maalakum wa yaghfirlakum dzunubakum wa mayyuti 'illaha
wa rasulahu faqod faaza fauzan 'adzhiima."
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian
kepada Allah dan katakanlah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah akan
memperbaiki bagi kalian amal-amal kalian dan mengampuni bagi kalian dosa-dosa
kalian. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar."
(QS. Al Ahzab: 70-71).
Fa inna ashdaqol hadiitsi
kitaabullaah wa khairal hadi hadi muhammadin shallallaahu 'alaihi wasallam
wasyarril umuuri muhdatsaa tuhaa wakulla muhdatsa tin bid'ah wakulla bid'atin
dholaalah wakulla dholaalatin fiinnar.
KITAB RIYADHUSH SHALIHIN
16. Bab Keutamaan
Zuhud di Dunia dan Anjuran untuk Mengambil Sedikit Dunia dan Keutamaan Fakir.
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu hanya seperti air
(hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi
dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan
binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan
berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik
hasilnya) datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami
jadikan (tanaman) nya seperti pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami
menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir."
(QS. Yunus: 24).
Zuhud ialah ridha kepada Allah 'Aza wa Jalla. Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, "Sungguh, beruntung orang yang masuk
Islam, diberi kecukupan rezeki, dan diberikan rasa puas akan apa yang diberikan
oleh Allah kepadanya."
Az-Zuhri ditanya mengenai orang yang bersikap zuhud, lalu ia
menjawab, "Orang yang kesabarannya
tidak dikalahkan oleh harta yang haram dan harta halal tidak menyibukannya
sehingga meninggalkan bersyukur."
Ayat berikut ini merupakan perumpamaan yang dibuat Allah 'Aza wa Jalla terhadap perhiasan dunia,
cepat hilangnya perhiasan dunia, dan rusaknya.
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Dan buatkanlah untuk mereka (manusia), perumpamaan kehidupan
dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga
menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi
kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan kebajikan
yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik
untuk menjadi harapan."
(QS. Al-Kahfi: 45-46).
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
'anhu berkata, "Harta benda dan
anak-anak merupakan tanaman di dunia, sedangkan amal kebajikan merupakan
tanaman akhirat. Terkadang Allah mengumpulkan semuanya pada suatu kaum."
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan
dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba
dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanaman-tanamannya
mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang palsu."
(QS. Al-Hadid: 20).
Orang-orang kafir terlalu tergila-gila dengan keindahan
dunia, sedangkan orang Mukmin apabila melihat sesuatu yang mengagumkan, maka
pikirannya mengarah kepada kekuasaan Allah dan dia tahu bahwa hal itu akan
sirna. Dan ia berdo'a, "Ya Rabb,
berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami
dari azab neraka."
Dan firman Allah 'Aza
wa Jalla :
"Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya."
(QS. Ali Imran: 185).
Maksudnya, bagaikan barang dagangan yang menipu orang yang
menawar, sehingga ia merasa tertarik dan akhirnya membelinya. Barang siapa
tertipu dengan barang tersebut dan lebih memilihnya, maka ia adalah orang yang
tertipu.
Dan firman Allah 'Aza
wa Jalla :
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa
yang diinginkan, berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam
bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik."
(QS. Ali Imran: 14).
Di dalam ayat ini terdapat pesan untuk mendorong bersikap
zuhud terhadap dunia dan mendorong untuk senang kepada akhirat.
Allah 'Aza wa Jalla berfirman:
"Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah
kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu,
memperdayakan kamu tentang Allah."
(QS. Fathir: 5).
Maksudnya, jangan sampai kesenangan dunia menjadikan kalian
terlena dari mencari akhirat dan berusaha mendapatkannya. Sungguh jangan sampai
kalian tertipu oleh setan dengan memberi harapan kepada kalian akan adanya
ampunan tetapi masih terus-menerus berbuat maksiat.
Allah 'Aza wa Jalla berfirman:
"Maka setelah mereka, datanglah generasi (yang jahat) yang
mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini. Lalu mereka
berkata, 'Kami akan diberi ampun'."
(QS.Al-A'raf: 169).
Allah 'Aza wa Jalla berfirman:
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam
kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak!
Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti."
(QS. At-Takatsur: 1-5).
Maksudnya, seandainya kalian mengetahui dengan penuh
keyakinan, pastilah tidak ada sesuatu pun yang melalaikan kalian dari mencari
akhirat hingga kalian berada di alam kubur.
Allah 'Aza wa Jalla berfirman:
"Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan
sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka
mengetahui."
(QS. Al-Ankabut: 64).
Maksudnya, seandainya kalian mengetahui, pastilah kalian
tidak mendahulukan dunia atas akhirat, yang mana akhirat merupakan kehidupan
yang sesungguhnya dan abadi, karena sesungguhnya dunia akan sirna dan
kenikmatan dunia hanyalah senda gurau dan permainan belaka sebagaimana benda
yang digunakan sesaat untuk bergembira oleh para anak-anak, kemudian mereka
meninggalkannya tiada gunanya lagi.
Ayat-ayat yang berkaitan dengan bab ini banyak sekali dan
terkenal. Sedangkan hadits-haditsnya lebih dari kata terbatas. Oleh karenanya,
kami hanya menyebutkan beberapanya saja.
1/457.
Dari Amr bin Auf Al-Anshari radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengirim Abu Ubaidah bin Al-Jarrah radhiyallahu 'anhu ke daerah Bahrain. Ia
datang kesitu untuk mengambil pajak. Kemudian ia datang dengan membawa harta
dari Bahrain. Ternyata kaum Anshar mendengar akan kedatangan Abu Ubaidah, lalu
mereka menunaikan shalat fajar bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam selesai
melakukan shalat, maka beliau pun kembali. Selanjutnya mereka bermaksud untuk
menemui beliau. Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam tersenyum ketika melihat mereka, kemudian beliau bersabda,
"Aku
kira kalian semua sudah mendengar bahwa Abu Ubaidah telah tiba dari Bahrain
dengan membawa perbendaharaan?" Mereka menjawab, "Benar, ya Rasulullah." Beliau
bersabda, "Bergembiralah kalian semua dan bolehlah mengharapkan sesuatu yang
akan menyenangkan kalian semua. Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku
takutkan menimpa kalian semua, tapi aku justru takut jika harta dunia ini
diluaskan untuk kalian semua, sebagaimana telah diluaskan untuk umat-umat
sebelum kalian, kemudian kalian saling berlomba-lomba untuk mencarinya
sebagaimana mereka juga berlomba-lomba untuk mengejarnya, lalu harta dunia
menghancurkan agama kalian sebagaimana ia telah menghancurkan agama
mereka."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (3185) dan Muslim (2961)].
Penjelasan hadits:
Kota Bahrain berada di antara kota Bashrah dan Hajar. Kota
ini dinamai Bahrain karena menyatukan antara laut air tawar dan air asin. Air
tawar berada di bawah laut. Apabila pemisah diantara keduanya digali, maka air
tawar akan muncul dan naik ke permukaan.
Sabda Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam, "Kemudian kalian semua saling
berlomba-lomba untuk mencarinya sebagaimana mereka juga berlomba-lomba untuk
mengejarnya." At-Tanafus
(berlomba-lomba) merupakan tingkatan pertama dari dengki.
Di dalam riwayat Imam Muslim disebutkan, "Mereka
saling berlomba-lomba, kemudian saling iri dengki, kemudian saling
membelakangi, selanjutnya saling membenci."
Ibnu Batthal berkata, "Hadits
ini menunjukkan bahwa bagi orang yang dibukakan baginya kemegahan dunia,
seyogyanya waspada akan akibat dan keburukan fitnahnya."
2/458.
Dari Abu Said Al-Kudri radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam duduk diatas mimbar, sedangkan kami
duduk disekitarnya, lalu beliau bersabda, 'Sesungguhnya salah satu yang aku takutkan
atas diri kalian semua sepeninggalku nanti ialah keindahan dan perhiasan dunia
yang dibukakan untuk kalian semua'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (1465) dan Muslim (1052)].
Penjelasan hadits:
Allah 'Aza wa Jalla berfirman, "Dan janganlah engkau
tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang Kami berikan kepada beberapa
golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan
(kesenangan) itu. Karunia Rabbmu lebih baik dan lebih kekal."
(QS. Thaha: 131).
3/459.
Dari Abu Said radhiyallahu
'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda, "Sesungguhnya dunia itu manis dan
hijau, dan Allah akan menjadikan kalian sebagai pemimpin di dalamnya. Maka
Allah akan melihat apa yang akan kalian lakukan. Oleh karena itu, waspadalah
kalian terhadap dunia dan waspadalah kalian terhadap wanita."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim(2742)].
Penjelasan hadits:
Sabda Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam, "Manis dan hijau,"
maksudnya dunia itu memadukan dua sifat yang disenangi oleh mata dan perasa,
seperti buah-buahan. Di dalam hadits ini terdapat peringatan dari fitnah harta
benda dan fitnah wanita.
4/460.
Dari Anas radhiyallahu
'anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, "Ya Allah! Tidak ada kehidupan yang kekal melainkan kehidupan di
akhirat."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (6413) dan Muslim (1805)].
Penjelasan hadits:
Perkataan ini disabdakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam ketika mengalami kondisi sangat berat
tatkala beliau memandang kelelahan para sahabatnya di saat menggali parit.
Beliau juga mengatakannya dalam kondisi paling bergembira tatkala beliau
melihat banyak orang-orang mukmin pada hari arafah, "Aku penuhi panggilan-Mu,
sesungguhnya tidak ada kehidupan yang kekal melainkan kehidupan di
akhirat." Maksudnya, kehidupan yang abadi yang tiada kesedihan dan
kesusahan.
5/461.
Dari Anas radhiyallahu
'anhu, dari Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Ada tiga hal yang mengikuti mayat:
keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua hal kembali dan yang satu tetap tinggal
menyertai. Keluarga dan hartanya kembali, sedang amalnya tetap
bersamanya."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (6514) dan Muslim (2960)].
Penjelasan hadits:
Pada umumnya, ketika seseorang meninggal dunia, maka ia akan
diikuti oleh keluarganya dan harta bendanya yang diperlukan untuk mengurusi
jenazahnya. Ketika jasadnya telah dimakamkan, maka mereka pun pulang kembali,
sedangkan amalnya ikut masuk bersamanya di dalam kubur, sebagaimana terdapat di
dalam hadits riwayat Al-Bara', "Mayat yang di dalam kubur akan
didatangi oleh seseorang yang tampan wajahnya, bagus pakaiannya, dan harum
aromanya, lalu ia berkata, 'Bergembiralah dengan sesuatu yang
menggembirakanmu.' Lalu si mayat bertanya, 'Anda siapa?' Ia menjawab, 'Saya
adalah amal perbuatanmu yang baik'." [Al-Hadits].
6/462.
Dari Anas radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, 'Kelak akan didatangkan orang yang paling
mendapatkan kenikmatan di dunia dan ia termasuk golongan ahli neraka pada hari
kiamat, lalu ia diceburkan dalam neraka dengan sekali ceburan, kemudian
dikatakan, 'Hai anak Adam, apakah engkau pernah melihat suatu kebaikan
sekalipun sedikit? Apakah ada suatu kenikmatan yang pernah menghampirimu
sekalipun sedikit?' Ia berkata, 'Tidak, demi Allah, ya Rabbku.' Kemudian
didatangkan pula orang yang paling menderita di dunia dan ia termasuk penduduk
surga, lalu ia dimasukkan ke dalam surga, kemudian dikatakan kepadanya, 'Hai
anak Adam, apakah engkau pernah merasakan suatu kesengsaraan sekalipun sedikit?
Apakah ada penderitaan yang pernah menghampirimu sekalipun sedikit?' Ia
menjawab, 'Tidak, demi Allah, tidak pernah ada penderitaan pun yang menghampiri
diriku dan tidak pernah saya melihat suatu kesengsaraan pun'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (2807)].
Penjelasan hadits:
Di dalamnya terdapat pesan bahwa siksa akhirat dapat
melalaikan kenikmatan dunia dan sesungguhnya kenikmatan akhirat dapat melupakan
kesengsaraan dunia.
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Dia (Allah) berfirman, 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di
bumi?' Mereka menjawab, 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka
tanyakanlah kepada mereka yang menghitung.' Dia (Allah) berfirman, 'Kamu tidak
tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui'."
(QS. Al-Mu'minun: 112-114).
"Dan mereka berkata, 'Segala puji bagi Allah yang telah
menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Rabb kami benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal
(surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula
merasa lesu'."
(QS. Fathir: 34-35).
7/463.
Dari Al-Mustaurid bin Syaddad radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Tidaklah permisalan dunia dengan akhirat
melainkan bagaikan salah seorang di antara kalian mencelupkan jarinya ke dalam
lautan, lalu lihatlah berapa teteskah yang masih tersisa (di jari)'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (2858)].
Penjelasan hadits:
Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam membuat perumpamaan masa di dunia dibandingkan masa di
akhirat serta kenikmatannya bagaikan air yang menempel pada jari-jari dari air
laut. Allah 'Aza wa Jalla berfirman, "Padahal
kenikmatan hidup di dunia ini (di bandingkan dengan kehidupan) di akhirat
hanyalah sedikit."
(QS. At-Taubah: 38).
8/464.
Dari Jabir radhiyallahu
'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam berjalan melalui pasar, sedang orang-orang ada
disekitarnya. Kemudian beliau melintasi bangkai anak kambing yang bertelinga
kecil. Beliau mengambilnya lalu menyentuh telinganya, lalu beliau bertanya, "Siapakah
di antara kalian yang mau membeli kambing ini seharga satu dirham?"
Orang-orang menjawab, "Kami semua
tidak mau menukarnya dengan sesuatu apa pun dan akan kami gunakan untuk apa
benda itu?" Beliau bertanya lagi, "Maukah kalian jika benda ini diberikan
cuma-cuma kepada kalian?" Orang-orang menjawab, "Demi Allah, seandainya masih hidup
pun, anak kambing ini cacat, karena telinganya kecil, lalu bagaimana halnya
dalam keadaan mati?" Kemudian beliau bersabda, "Demi Allah, sesungguhnya,
dunia ini lebih hina di sisi Allah daripada kambing ini bagi kalian
semua."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (2957)].
Kosakata asing:
(Kanafataihi): ada
di sebelahnya.
(Al-Asak): Kecil
telinganya.
Penjelasan hadits:
Di dalam hadits ini terdapat pesan bahwa dunia lebih hina di
sisi Allah daripada bangkai anak kambing yang tuli di sisi manusia. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Dunia
itu dilaknat dan dilaknat pula segala yang ada di dalamnya, selain dzikir
kepada Allah, sesuatu yang dicintai oleh Allah, orang alim, dan orang yang
belajar."
9/465.
Dari Abu Dzar radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Suatu ketika
saya berjalan bersama Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam di suatu tempat yang berbatu hitam di Madinah, lalu kami
berhadapan dengan gunung Uhud, kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
'Hai
Abu Dzar!' Saya menjawab, 'Saya,
ya Rasulullah.' Beliau bersabda lagi, 'Aku tidak suka bila emas sebesar gunung
Uhud ini menjadi milikku dan bermalam di rumahku hingga tiga malam, kemudian
aku mempunyai satu dinar darinya, kecuali satu dinar tersebut akan aku gunakan
untuk membayar hutangku. Atau akan memberikannya kepada hamba-hamba Allah
begini, begini, dan begini.' Beliau
lantas mendemonstrasikan (dengan genggaman tangannya) ke kanan, kiri, dan
belakangnya. Kemudian beliau berjalan, lalu bersabda lagi, 'Sesungguhnya,
orang-orang yang kaya raya dengan harta itulah yang paling sedikit pahalanya
pada hari kiamat, melainkan orang yang berkata untuk memberikan hartanya
demikian, demikian, dan demikian.' Sambil
mempraktikkan ke kanan, kiri, dan belakangnya. Sabdanya lagi, 'Tetapi
sedikit sekali orang yang melakukannya.' Selanjutnya beliau bersabda padaku, 'Tetaplah ditempatmu ini. Jangan
beranjak meninggalkan tempat ini, sampai aku datang kembali padamu.' Kemudian beliau berangkat dalam malam yang
kelam itu sampai tertutup dari pandangan. Tiba-tiba saya mendengar suara keras
sekali. Saya pun khawatir barangkali ada seseorang yang hendak berbuat jahat
kepada Nabi. Saya hendak mendatanginya, tetapi saya ingat sabda beliau, 'Janganlah
engkau meninggalkan tempat ini sampai aku datang kembali padamu.' Oleh karena itu, saya tidak meninggalkan
tempat itu sehingga beliau kembali datang padaku. Kemudian saya berkata, 'Saya
telah mendengar suara yang membuat saya khawatir.' Lalu saya menuturkan bunyi
suara itu kepada beliau. Selanjutnya beliau bersabda, 'Adakah engkau mendengarnya?'
Saya menjawab, 'Ya.' Lantas beliau
bersabda, 'Itu tadi adalah Jibril yang datang padaku, lalu Jibril berkata,
'Barang siapa meninggal dunia dari umatmu tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu pun, maka ia akan masuk surga.' Saya bertanya, 'Sekalipun ia berbuat zina dan mencuri?' Jibril
menjawab, 'Sekalipun ia berbuat zina dan mencuri."
[Muttafaqun 'alaih, lafal hadits ini milik Al-Bukhari]
[Shahih: Al-Bukhari (6443) dan Muslim (294, 991)].
Penjelasan hadits:
Hadits ini memuat banyak faedah dan kaidah yang agung. Di
dalamnya terdapat kabar gembira dengan tidak kekalnya seorang Muslim di dalam
neraka meskipun ia pernah melakukan dosa-dosa besar. Apabila ia telah bertobat
dari dosa-dosanya di dunia, maka ia tidak akan masuk neraka kecuali hanya untuk
memenuhi sumpah. Apabila ia tidak bertobat, maka urusannya terserah Allah.
Apabila Allah berkehendak, maka Dia mengampuninya dan memasukkannya ke dalam
surga. Dan apabila Dia berkehendak, maka Dia akan menyiksanya. Allah 'Aza wa Jalla berfirman, "Sesungguhnya,
Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia
mengampuni apa (dosa) yang selain (sirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki.
Barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah
tersesat jauh sekali." (QS. An-Nisa: 116).
10/466.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, dari Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Seandainya aku memiliki emas sebanyak
gunung uhud, pastilah aku senang jika emas tersebut tidak lebih dari tiga hari
ada pada diriku sekalipun sedikit, kecuali kalau yang sedikit tadi aku sediakan
untuk melunasi hutang."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (2389) dan Muslim (991)].
11/467.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, 'Lihatlah orang yang tarafnya ada dibawah
kalian, dan janganlah kalian melihat orang yang tarafnya ada diatas kalian.
Sebab, yang demikian itu lebih mendorong kalian untuk tidak menghinakan nikmat
Allah yang dilimpahkan atas kalian'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (6490) dan Muslim (2963)].
Di dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, bersabda, "Jika
salah seorang diantara kalian melihat orang yang mempunyai kelebihan dalam hal
harta benda dan keindahan fisik, maka hendaklah kalian memandang kepada orang
yang keadaannya lebih bawah daripada dia."
Penjelasan hadits:
1. Hadits ini mengumpulkan arti-arti kebaikan.
2. Di dalamnya terdapat obat segala penyakit, baik berupa
iri hati dan lainnya.
Di dalam hadits lainnya disebutkan, "Semoga Allah merahmati
seorang hamba yang dalam urusan duniawi ia memandang kepada orang yang
dibawahnya, lalu ia memuji kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Dan di dalam
urusan agama ia memandang orang di atasnya, lalu ia semakin tekun dan
bersungguh-sungguh."
Amr bin Syu'aib meriwayatkan sebuah hadits marfu', "Ada
dua hal yang apabila keduanya ada pada seseorang, maka Allah akan menulisnya
sebagai orang yang bersyukur dan orang yang sabar, yaitu orang yang di dalam
urusan duniawi ia memandang kepada orang di bawahnya, lalu ia memuji kepada
Allah atas karunia yang diberikan kepadanya, dan orang yang di dalam urusan
agama memandang kepada orang di atasnya, lalu ia mengikutinya. Sedangkan orang
yang di dalam urusan duniawi memandang kepada orang di atasnya dan merasa
menyesal atas harta dunia yang terlepas dari dirinya, maka sungguh, ia tidak
dicatat sebagai orang yang bersyukur dan orang yang sabar."
Salah seorang ulama salaf berkata, "Saya pernah bersahabat dengan orang-orang kaya, tetapi saya
selalu dirundung kesusahan. Lantas saya bersahabat dengan orang-orang fakir,
maka saya merasa tenang."
Di dalam hadits marfu' lain disebutkan, "Persedikitlah masuk ke
tempat orang kaya, karena itu lebih mendorong kalian agar tidak menghinakan
kenikmatan Allah."
12/468.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda, "Binasalah orang yang menjadi budak
dinar, dirham, beludru sutera, serta pakaian. Jika ia diberi, maka relalah
hatinya. Dan jika ia tidak diberi, maka ia tidak rela."
[HR. Al-Bukhari].
[Shahih: Al-Bukhari (2886)].
Penjelasan hadits:
Di dalam hadits ini terdapat celaan terhadap orang yang
tamak akan harta dunia sehingga ia menjadi budak dunia; kerelaan dan
kemarahannya karena dunia.
13/469.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Saya
benar-benar telah melihat tujuh puluh orang dari kalangan ahlus shuffah. Tidak
seorang pun dari mereka yang mengenakan selendang, ada kalanya menggunakan
sarung dan ada kalanya baju. Mereka mengikatkan pada lehernya masing-masing. Di
antaranya ada pakaian mereka yang hanya sampai pada setengah dari kedua
betisnya. Dan di antaranya pula ada yang sampai di kedua mata kakinya, lalu ia
mengumpulkan dengan tangannya karena tidak suka terlihat auratnya."
[HR. Al-Bukhari]
[Shahih: Al-Bukhari (442)].
Penjelasan hadits:
Di dalam hadits ini terdapat pesan bahwa sesungguhnya dunia
ini, seandainya dimuliakan di sisi Allah, pastilah Dia memberikan dunia secara
khusus kepada para kekasih-Nya. Akan tetapi, sungguh Allah memberikan dunia
kepada orang yang Dia suka dan orang yang tidak Dia sukai. Dan Allah tidak
memberikan agama ini kecuali kepada orang yang Dia cintai.
14/470.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, 'Dunia ini merupakan penjara bagi orang
Mukmin, dan surga bagi orang kafir'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (2956)].
Penjelasan hadits tersebut ialah bahwa dunia merupakan
penjara bagi orang Mukmin jika dibandingkan dengan kenikmatan yang disiapkan
untuknya di akhirat, dan merupakan surga bagi orang kafir jika dibandingkan
dengan siksaan yang disiapkan untuknya di akhirat. Di samping itu, orang Mukmin
dilarang dari hal-hal pemuas syahwat yang diharamkan, sedangkan orang kafir
sibuk melakukannya. Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam pernah bersabda, "Surga itu dikelilingi dengan hal-hal
yang dibenci sedangkan neraka dikelilingi hal-hal yang disenangi."
Abu Sahl Ash-Sha'luki Al-Faqih, beliau termasuk diantara
yang menjadi pemimpin agama sekaligus pemimpin dunia. Suatu ketika ia sedang
bersama rombongannya, tiba-tiba ada seorang Yahudi muncul di hadapannya dengan
pakaian buruk, lalu si Yahudi berkata, "Bukankah
kalian mengaku bahwa Nabi kalian pernah berkata, 'Dunia ini merupakan penjara
bagi orang Mukmin dan surga bagi orang kafir.' Padahal aku ini orang kafir dan
kalian melihat sendiri keadaanku seperti ini, sedangkan kalian orang Mukmin dan
kalian juga bisa melihat keadaan kalian." Abu Sahl berkata, "Jika kelak kamu mendapat siksa Allah,
maka keadaan ini adalah surgamu. Dan jika kelak aku mendapatkan kenikmatan dan
ridha Allah, maka keadaan ini merupakan penjara bagiku." Orang-orang
pun kagum akan pemahamannya dan mampu menjawab dengan cepat.
15/471.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma, ia berkata, "Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam menepuk kedua bahuku, lalu beliau bersabda, 'Jadilah
engkau di dunia ini seolah-olah engkau orang asing atau orang yang menyeberang
jalan'."
Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma berkata, "Jika engkau di
sore hari, maka janganlah engkau menantikan waktu pagi. Dan jika engkau di pagi
hari, maka janganlah engkau menantikan waktu sore. Ambillah kesempatan sewaktu
sehatmu untuk masa sakitmu dan sewaktu hidupmu untuk kematianmu."
[HR. Al-Bukhari].
[Shahih: Al-Bukhari (6416)].
Penjelasan hadits:
Para ulama mengatakan mengenai syarah hadits ini yang
artinya, "Janganlah engkau terlampau
cenderung kepada dunia, jangan pula menganggapnya sebagai tanah air, dan jangan
pula engkau mengucapkan pada dirimu sendiri bahwa engkau akan lama menetap di
dunia ini. Selain itu, jangan pula engkau terlalu perhatian pada dunia ini,
jangan tergantung padanya, kecuali sebagaimana ketergantungan orang asing yang
berada di negeri lain, serta janganlah menyibukkan diri di dunia ini kecuali
sebagaimana orang asing yang hendak kembali ke tempat keluarganya semula. Hanya
dengan Allah-lah adanya pertolongan."
Hadits ini mengandung anjuran untuk tidak memanjangkan angan-angan,
bersegera melakukan amal kebajikan, tidak menunda-nunda amal shalih, dan tidak
malas.
Di dalam hadits lain disebutkan, "Pergunakanlah lima
kesempatan sebelum datang lima kesempatan lainnya, yaitu masa mudamu sebelum
datang masa tuamu; waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu; saat sehatmu
sebelum datang saat sakitmu; keadaan kayamu sebelum datang keadaan fakirmu; dan
masa hidupmu sebelum datang kematianmu."
16/472.
Dari Abu Abbas Sahal bin Sa'ad As-Sa'idi radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Ada seorang lelaki datang menghadap
Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, lalu ia berkata, 'Ya Rasulullah, tunjukanlah
kepadaku suatu amalan yang apabila saya lakukan, maka saya akan dicintai oleh
Allah dan juga dicintai oleh seluruh manusia.' Beliau bersabda, 'Bersikap
zuhudlah terhadap dunia, pasti engkau dicintai oleh Allah. Dan bersikap
zuhudlah terhadap apa yang dimiliki oleh manusia, pasti engkau akan dicintai
oleh manusia'."
[Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya
dengan sanad-sanad yang baik].
[Shahih: Ibnu Majah (4102)].
Penjelasan hadits:
Hadits ini memuat dua wasiat besar. Apabila seseorang
melakukan keduanya, maka ia akan dicintai oleh Allah dan dicintai manusia.
Zuhud adalah merasa puas (ridha) dengan apa yang telah
diberikan oleh Allah kepadamu serta menjaga diri dari menginginkan harta orang
lain. Umar radhiyallahu 'anhu pernah
berkata diatas mimbar, "Sesungguhnya,
ketamakan adalah kefakiran, sedangkan tidak berharap adalah kekayaan."
Abu Ayyub As-Sikhtiyani berkata, "Seorang lelaki tidak akan diterima sehingga ia mempunyai dua hal,
yaitu menjaga diri dari apa yang menjadi milik orang lain serta memaafkan
kesalahan-kesalahan dari mereka."
Di dalam hadits marfu' disebutkan, "Cinta dunia merupakan
pangkal dari segala kesalahan."
Asy-Syafi'i berkata:
"Dunia ini tak
lain adalah sebuah bangkai yang berubah bentuk...
Yang di atasnya
terdapat anjing-anjing yang tertarik kepadanya...
Jika engkau
menjauhinya, maka engkau selamat darinya...
Apabila engkau
tertarik kepadanya, maka engkau akan berebut dengan anjing-anjing..."
17/473.
Dari Nu'man bin Basyir radhiyallahu
'anhuma, ia berkata, "Umar bin
Khattab radhiyallahu 'anhu menuturkan tentang dunia yang telah diperoleh oleh
orang-orang, lalu ia berkata, 'Sungguh, saya telah melihat Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam terlilit kelaparan pada hari ini, beliau tidak mendapati kurma
yang bermutu rendah pun untuk mengisi perut beliau'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (2978) dan Ahmad (1/24)].
Kosakata asing:
(Ad-Daqalu): Kurma
yang bermutu rendah.
Penjelasan hadits:
Hadits ini menggambarkan sikap zuhud Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, kesabaran
beliau, dan rendahnya dunia di sisi beliau. Padahal, Allah 'Aza wa Jalla telah memberi pilihan kepada beliau antara menjadi
raja sekaligus nabi atau sebagai hamba sekaligus nabi, lalu beliau memilih
menjadi hamba. Beliau berkata, "Ya Rabb! Aku lapar pada suatu hari dan
aku merasa kenyang pada hari yang lain. Apabila aku lapar, maka aku memohon
kepada-Mu. Dan apabila aku kenyang, maka aku bersyukur kepada-Mu."
18/474.
Dari 'Aisyah radhiyallahu
'anha, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam wafat, sedang di rumahku tidak ada sesuatu pun yang dapat
dimakan oleh seseorang yang mempunyai hati, kecuali hanya sedikit gandum yang
ada di rak milikku, lalu aku memakannya sebagian hingga beberapa waktu.
Kemudian aku menakarnya dan gandum itu pun habis."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (3097) dan Muslmi (2973)].
Kosakata asing:
(Syathru sya'ir)
artinya sedikit sekali dari gandum. Demikianlah yang ditafsirkan oleh Imam
At-Tirmidzi.
Penjelasan hadits:
1. Menggambarkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam berpaling dari dunia dan tidak
meliriknya (menginginkannya).
2. Anjuran untuk tidak menakar atau menghitung-hitung makanan
pokok karena tawakal dan percaya kepada Allah 'Aza wa Jalla. Sesungguhnya, memperbanyak makanan yang sedikit
termasuk di antara rahasia-rahasia Allah 'Aza
wa Jalla yang tersamar. Hal ini tidak bertentangan dengan hadits berikut, "Takarlah
makanan kalian, niscaya kalian akan diberkahi pada makanan tersebut."
Al-Hafizh berkata, "Menakar
ketika jual beli ialah dianjurkan lantaran terkait dengan hak dua orang yang
bertransaksi. Sedangkan menakar ketika infak, maka motifasi dalam hal ini ialah
sifat kikir. Oleh karena itu, dimakruhkan menakarnya."
19/475.
Dari Amr bin Al-Harits, saudara Juwairiyah binti Al-Harits,
Ummul Mukminin radhiyallahu 'anha, ia
berkata, "Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam tidak meninggalkan dinar, tidak pula dirham, budak laki-laki
ataupun perempuan, atau apa saja ketika beliau wafat, kecuali hanyalah keledai
putihnya yang dahulu dinaikinya, senjatanya, serta sebidang tanah yang
dijadikan sebagai sedekah kepada orang yang dalam perjalanan."
[HR.Al-Bukhari].
[Shahih: Al-Bukhari (4461)].
Penjelasan hadits:
Hadits ini menunjukkan bahwa budak perempuan dan budak
laki-laki yang pernah dimiliki Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam semasa hidup beliau tidak tetap menjadi miliknya setelah
beliau wafat. Sebagian ada yang dimerdekakan dan sebagian telah meninggal
sebelum Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam
wafat. Nabi Shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda, "Kami dari kalangan para nabi tidak
mewariskan yang kami tinggalkan sebagai sedekah."
20/476.
Dari Khabab bin Al-Arat radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Kami semua
berhijrah bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam untuk mencari
keridhaan Allah 'Aza wa Jalla, maka pahala kami itu atas Allah 'Aza wa Jalla.
Sebagian di antara kami ada yang meninggal dunia dan belum pernah memperoleh
sesuatu pun dari hasil hijrah itu. Di antara mereka ialah Mush'ab bin Umair radhiyallahu
'anhu yang gugur pada saat perang Uhud. Ia hanya meninggalkan selembar baju
lurik (kain wol yang bergaris-garis). Apabila baju tersebut kami tutupkan pada
kepalanya, maka tampaklah kedua kakinya, dan apabila kami tutupkan pada kedua
kakinya, maka tampaklah kepalanya. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam menyuruh kami, agar kami tutupkan saja pada kepalanya, sedang di kedua
kakinya kami letakkan saja sedikit tumbuh-tumbuhan idzkhir (rumput-rumputan
berbau harum). Di antara kami juga ada yang telah memiliki buah yang masak, dan
ia memetiknya."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (1276, 3897, 3913, 4047, 4082, 6448) dan
Muslim (940)].
Kosakata asing:
(An-Namiratu):
Pakaian yang berwarna-warni terbuat dari wol.
(Aina'at): Telah
matang dan masak.
(Yahdibuha):
Memetik dan menuainya.
Ini adalah bentuk metaforis bahwa Allah 'Aza wa Jalla memberikan karunia kepada kaum muslimin untuk
mendapatkan kelapangan duniawi dan memungkinkan kenikmatan mereka itu di dunia.
Penjelasan hadits:
Intisari hadits:
1. Menggambarkan kejujuran para salaf dalam mengungkapkan
keadaan mereka yang sebenarnya.
2. Bersabar menghadapi kefakiran hidup termasuk di antara
tingkatan orang-orang shalih.
3. Kain kafan harus menutupi seluruh badan.
21/477.
Dari Sahal bin Sa'ad As-Sa'idi radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Seandainya
dunia ini di sisi Allah dianggap sebanding dengan selembar sayap nyamuk saja,
pastilah Allah tidak akan memberi minum seteguk air pun dari dunia ini kepada
orang kafir'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah
hadits hasan shahih].
[Shahih: Tirmidzi (2321), Ibnu Majah (4110). Dan dishahihkan
oleh syaikh Al-Bani dalam Shahih Al-Jami'
(3318)].
Penjelasan hadits:
Hadits ini mengandung betapa hinanya dunia di sisi Allah.
Oleh karena itu, Allah memberikan banyak hal dari dunia ini kepada orang-orang
kafir dan orang-orang fasik karena kehinaan mereka bersama dunia. Dan Allah
melindungi para nabi dan orang-orang shalih dari dunia supaya mereka tidak
ternodai oleh kehinaan dunia.
22/478.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Saya pernah
mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Ingatlah! Sesungguhnya, dunia itu dilaknat
dan dilaknat pula segala yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah,
sesuatu yang dicintai oleh Allah, orang alim, dan orang yang belajar'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah
hadits hasan].
[Hasan: Tirmidzi (2322). Dan dihasankan oleh syaikh Al-Bani
dalam Shahih Al-Jami' (3414)].
Penjelasan hadits:
Di dalam hadits ini terdapat celaan terhadap dunia yang
dapat menyibukkan seseorang dari berdzikir kepada Allah 'Aza wa Jalla dan melakukan ketaatan kepada-Nya, sebagaimana Allah
'Aza wa Jalla berfirman, "Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka
itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al-Munafiqun: 9).
Sedangkan dunia yang dapat membantu melakukan ketaatan
kepada Allah, maka hal ini tidaklah tercela. Allah 'Aza wa Jalla berfirman, "Orang yang tidak dilalaikan oleh
perdagangan dan jual beli dari mengingati Allah, melaksanakan shalat, dan
menunaikan zakat." (QS. An-Nur: 37).
Di dalam sebuah hadits marfu'
disebutkan, "Janganlah engkau mencaci dunia, maka sebaik-baik kendaraan
seorang Mukmin ialah yang dengannya ia bisa sampai kepada kebaikan dan
dengannya pula ia bisa selamat dari keburukan."
23/479.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, 'Janganlah kalian berkutat pada ladang dan
perdagangan, sehingga kalian menjadi cinta kepada dunia'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah
hadits hasan].
[Shahih: Ahmad (2589), Tirmidzi (2329). Dan dishahihkan oleh
syaikh Al-Bani dalam Ash-Shahihah
(12) dan Shahih Al-Jami' (7214)].
Kosakata asing:
(Adh-Dhai'ah):
Ladang dan sawah yang membutuhkan pengerjaan.
Penjelasan hadits:
Maksud hadits ini adalah, janganlah kalian terlalu jauh di
dalam urusan dunia sehingga kalian cinta dunia, tanpa melakukan kebaikan
akhirat. Dan janganlah kalian sibuk dalam mencari dunia sehingga kalian tidak
akan kenyang dengan dunia.
24/480.
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berjalan melewati kami
dan saat itu kami sedang mengerjakan perbaikan rumah, lalu beliau bersabda, 'Apa ini?' Kami menjawab, 'Rumah ini
telah rusak, maka kami memperbaikinya.' Beliau bersabda, 'Aku tidak melihat suatu perkara, melainkan lebih cepat dari ini'."
[HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad Al-Bukhari dan
Muslim. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini adalah hasan shahih].
[Shahih: Abu Dawud (5236) dan Tirmidzi (2336). Dan
dishahihkan oleh syaikh Al-Bani dalam Shahih At-Tirmidzi (1904)].
Kosakata asing:
(Al-Khushshu):
Rumah yang dikerjakan dari bambu dan sebagainya.
Penjelasan hadits:
Hadits ini didukung oleh hadits lain riwayat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, "Jika engkau di pagi hari, maka janganlah engkau menantikan waktu
sore. Dan jika engkau di sore hari, maka janganlah engkau menantikan waktu
pagi."
25/481.
Dari Ka'ab bin Iyadh radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Saya
mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Sesungguhnya, setiap umat itu ada
fitnahnya, dan fitnah umatku ialah harta'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah
hasan shahih].
[Shahih: Ahmad (4/160), Tirmidzi (2337). Dan dishahihkan
oleh syaikh Al-Bani dalam Ash-Shahihah (592)].
Kosakata asing:
(Fitnah): Cobaan
dan ujian.
Penjelasan hadits:
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan." (QS. Al-Anbiya: 35).
"Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar." (QS.
Al-Anfal: 28).
26/482.
Dari Abu Amr, ada yang mengatakan Abu Abdillah, ada pula
yang mengatakan Abu Laila, Utsman bin Affan radhiyallahu
'anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada hak apa pun bagi anak Adam
selain hal-hal berikut ini: rumah yang menjadi tempat kediamannya, pakaian yang
digunakan untuk menutupi auratnya, roti tawar, dan air."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah
hadits shahih].
[Dhaif: Tirmidzi (2342) dan didhaifkan oleh syaikh Albani
dalam Adh-Dha'ifah (1063)].
Penjelasan hadits:
Tirmidzi berkata, "Saya
mendengar Abu Dawud, Sulaiman bin Salim Al-Balkhi berkata, 'Saya pernah
mendengar An-Nadhr bin Syumail, katanya, Al-Jilfu ialah roti tanpa lauk.' Yang
lainnya berkata, 'Roti yang kasar.' Sedangkan Al-Harawi berkata, 'Yang
dimaksudkan disini ialah wadah roti seperti jawaliq dan khurj'."
Wallahu a'lam.
Maksud "hak" di dalam hadits ini adalah hal-hal
yang menjadi hak manusia karena kebutuhannya untuk melindunginya dari panas dan
dingin, menutupi tubuhnya, serta memenuhi kelaparannya. Selain hal itu termasuk
bagian-bagian dari jiwa, bukan hak-haknya.
Sebagian ahli zuhud menyampaikan syair:
Sungguh, sepotong
gandum rendahan tanpa garam.
Tanpa lauk-pauk demi
Dzat yang menciptakan keakraban.
Beserta kemuliaan di
rumahku dan ketaatan kepada Sang Penciptaku.
Lebih nyaman di hatiku
daripada manna dan salwa.
27/483.
Dari Abdullah bin As-Syikhir radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Saya
pernah datang menghadap Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau sedang
membaca ayat, 'Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu.' Lalu beliau bersabda, 'Anak Adam berkata, 'Hartaku, hartaku!' Padahal tiada harta yang
benar-benar menjadi milikmu, hai anak Adam, melainkan harta yang telah engkau
makan lalu engkau habiskan; harta yang engkau pakai, lalu engkau rusakkan; atau
harta yang engkau sedekahkan, lalu engkau lewatkan'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (2958)].
Penjelasan hadits.
Artinya, hartamu tidaklah benar-benar menjadi milikmu
melainkan harta yang telah engkau manfaatkan di dunia dengan memakannya,
memakainya, atau engkau simpan untuk akhiratmu. Sedangkan harta selain itu
ialah untuk ahli warismu.
Seorang ulama salaf berkata, "Jadikanlah harta milikmu sebagai simpanan untukmu di sisi Allah
dan jadikanlah Allah sebagai pusaka suci untuk anak-anakmu."
28/484.
Dari Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Ada
seorang lelaki berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, 'Ya
Rasulullah, demi Allah, sungguh saya mencintaimu.' Lantas beliau bersabda, 'Renungkanlah, apa yang engkau ucapkan
itu?' Lelaki tersebut berkata lagi, 'Demi Allah, sungguh saya cinta
kepadamu.' Dia mengatakannya sampai tiga kali. Kemudian beliau bersabda, 'Jika kamu mencintaiku maka persiapkanlah
perisai untuk kefakiran, karena kefakiran lebih cepat kepada orang yang
mencintaiku melebihi aliran menuju hilir'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah
hadits hasan].
[Dhaif: Tirmidzi (2350) dan didhaifkan oleh syaikh Albani
dalam Adh-Dha'ifah]
Kosakata asing:
(At-Tijfaf):
Sesuatu yang dikenakan pada kuda untuk menjaga dirinya dari bahaya, dan kadang-kadang
pakaian tersebut juga dikenakan oleh manusia.
Penjelasan hadits:
Ketika Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam merupakan orang paling zuhud terhadap dunia, maka orang
yang cinta kepadanya dan mengikutinya juga menyandang sifat tersebut lantaran
kuatnya rasa cinta dan sungguh-sungguh mencintai. Oleh karenanya, seseorang
menyertai orang yang dicintainya. Kekasih suatu kaum bersama kaum tersebut,
baik dalam sulit maupun mudah. Dengan demikian, barang siapa ingin bersama
mereka di dalam kenikmatan akhirat, maka hendaknya ia bersabar sebagaimana
mereka bersabar di dunia. Allah 'Aza wa Jalla berfirman, "Apakah kamu mengira bahwa
kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad
di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang bersabar." (QS.
Ali Imran: 142).
29/485.
Dari Ka'ab bin Malik radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, 'Tidaklah dua
ekor serigala lapar yang dikirimkan kepada suatu kambing itu lebih berbahaya
daripada ketamakan seseorang terhadap harta dan kemegahan dalam membahayakan
agamanya'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah
hadits hasan shahih].
[Shahih: Ahmad (3/456), Tirmidzi (2377), dan dishahihkan
oleh syaikh Albani dalam Shahih Al-Jami' (5620)].
Penjelasan hadits:
Di dalam hadits ini terdapat peringatan dari rakus terhadap
harta dan kemegahan, karena sesungguhnya cinta dunia merupakan pangkal segala
macam kesalahan. Rizky Allah tidaklah ditarik dengan kerakusan orang yang rakus
dan tidak tertolak dengan kebencian orang yang membencinya. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Wahai
Abdur Rahman bin Samurah! Janganlah engkau meminta sebagai pemimpin, karena
sesungguhnya engkau apabila diberi tongkat kepemimpinan tanpa meminta, maka
engkau akan dibantu. Dan apabila engkau diberi kepemimpinan karena memintanya,
maka kepemimpinan itu akan diserahkan kepadamu."
30/486.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam tidur di atas selembar tikar, lalu beliau bangun dan di
lambung beliau tampak bekas tikar itu. Kami berkata, 'Ya Rasulullah, alangkah
baiknya kalau kami ambilkan saja sebuah kasur untukmu.' Beliau bersabda, 'Apakah pentingnya dunia ini untukku. Aku
di dunia ini tidak lain hanyalah bagaikan seorang pengendara kendaraan yang
bernaung di bawah pohon, kemudian pastinya akan pergi dan meninggalkan pohon
itu'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah
hadits hasan shahih].
[Shahih: Ahmad (1/391), Tirmidzi (2378), dan dishahihkan
oleh syaikh Albani dalam Shahih Al-Jami' (5668)].
Penjelasan hadits:
Di dalam hadits ini terdapat petunjuk untuk mengabaikan
kemegahan dunia dan motivasi untuk memperhatikan kemegahan kedudukan di
akhirat. Sesungguhnya, dunia merupakan tempat melintas menuju tempat
kebahagiaan.
31/487.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, 'Orang-orang
fakir akan masuk surga sebelum orang-orang kaya dengan selisih waktu lima ratus
tahun'."
[HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini adalah
hadits shahih].
[Shahih: Ahmad (2/296), Tirmidzi (2354), dan dishahihkan
oleh syaikh Albani dalam Shahih Al-Jami' (8076)].
Penjelasan hadits:
Hadits ini menunjukkan tentang keutamaan orang fakir yang
bersabar atas orang kaya yang bersyukur, karena sesungguhnya orang-orang kaya
akan tertahan dulu untuk dihisab.
32/488.
Dari Ibnu Abbas dan Imran bin Al-Hushain radhiyallahu 'anhuma, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Aku
telah mendatangi surga, aku melihat bahwa sebagian besar penghuninya adalah
kaum fakir. Dan aku juga telah mendatangi neraka, aku melihat bahwa sebagian
besar penghuninya adalah kaum perempuan."
[Muttafaqun 'alaih dari riwayat Ibnu Abbas. Al-Bukhari
meriwayatkan pula dari Imran bin Hushain].
[Shahih: Al-Bukhari (3241) dan Muslim (2738). Imam Muslim
dari Ibnu Abbas, sedangkan Al-Bukhari dari Imran].
Intisari hadits:
1. Anjuran untuk meninggalkan kemewahan dunia.
2. Anjuran kepada kaum perempuan untuk menjaga urusan agama
agar kelak mereka selamat dari neraka.
33/489.
Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu
'anhuma, dari Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Aku berdiri di pintu syurga, maka
sebagian besar orang yang memasukinya ialah orang-orang miskin, sedang
orang-orang yang mempunyai kekayaan semua ditahan dulu, selain
penghuni-penghuni neraka telah diperintah untuk dimasukkan ke dalam
neraka."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (3241) dan Muslim (2738). Imam Muslim
dari Ibnu Abbas, sedangkan Al-Bukhari dari Imran].
Kosakata asing:
(Al-Jadd): Bagian
harta dan kekayaan.
Penjelasan hadits:
Yang dimaksud dengan penduduk neraka di sini ialah
orang-orang yang kekal di dalam neraka. Mereka adalah orang-orang kafir. Allah 'Aza wa jalla berfirman:
"Yang hanya dimasuki oleh orang yang paling celaka."
(QS. Al-Lail: 15).
"Orang-orang kafir digiring ke neraka Jahanam secara berombongan.
Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (neraka) pintu-pintunya
dibukakan."
(QS. Az-Zumar: 71).
"Orang-orang yang berdosa itu diketahui dengan tanda-tandanya,
lalu direnggut ubun-ubunnya dan kakinya."
(QS. Ar-Rahman: 41).
34/490.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda, "Kalimat paling benar yang diucapkan
oleh seorang penyair ialah ucapan Labid, 'Ingatlah, segala sesuatu selain Allah
adalah bathil'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (3841, 6147, 6489) dan Muslim (2256)].
Penjelasan hadits:
Sebait syair ini didukung oleh firman Allah 'Aza wa Jalla,
"Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah."
(QS. Al-Qashash: 88). Labid termasuk di antara para
tokoh-tokoh penyair jahiliyah. Dia berasal dari daerah Hawazan. Ia datang
kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam, lalu ia masuk Islam dan bagus keislamannya. Ia termasuk orang
yang panjang usia. Ia hidup lebih dari seratus tahun. Ia adalah seseorang yang
mulia pada masa jahiliyah dan pada masa Islam. Ia tidak menyampaikan satu syair
pun setelah ia masuk Islam. Ia mengatakan, "Allah telah menggantikan syair
kepadaku dengan Al-Qur'an kecuali satu bait ini:
Tidak ada sesuatu yang mencela seseorang yang mulia seperti
dirinya sendiri.
Seseorang diperbaiki oleh temannya yang shalih."
Imam Asy-Syafi'i mengungkapkan syair:
Seandainya syair tidak menghinakan para ulama.
Pastilah hari ini aku lebih ahli syair daripada Labid.
Wallahu a'lam bishowab.
Wassalamu'alaykum wa rahmatullah wa barakatuh.
Sumber:
Kitab 'RIYADHUSH SHALIHIN' - Imam
An-Nawawi.
Syarah: Syaikh Faishal Alu
Mubarak.
Takrij: Syaikh Nasiruddin
Al-Albani.
Alih bahasa: Tim Penterjemah
UMMUL QURA.
Penerbit: Ummul Qura - Jkt.