AHLAN WA SAHLAN YA IKHWAH...
Sedikit kata untuk kita renungkan bersama...

Minggu, 04 September 2016

Ringkasan Kitab Riyadhush Shalihin, Bab Wajibnya Taat kepada Para Pemimpin Pada Selain Kemaksiatan dan Larangan Taat kepada Mereka dalam Hal Kemaksiatan.


Bismillaahir rahmaanir rahiim
Assalamu'alaykum wa rahmatullaah wa barakaatuh.


"Innal hamdalillaah nahmaduhu wanasta'iinuhu wanastaghfiruhu wana'uzdubillaahi minsyururi anfusinaa waminsayyi aati 'amaalinaa mayyahdihillaahu falaa mudhillalah wamayyudlil falaa hadiyalah."


"Asyhadu alaa ilaha illallaah wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu warasuuluh laa nabiy ya ba'da."


"Segala puji hanya milik Allah 'Aza wa Jalla, kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan kepada-Nya, kita memohon ampun kepada-Nya, dan kita berlindung kepada-Nya dari kejelekan-kejelekan diri kita dan kejelekan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah 'Aza wa Jalla maka tidak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah 'Aza wa Jalla maka tidak seorangpun yang dapat memberi hidayah kepadanya."


"Aku bersaksi bahwa tidak ada yang patut disembah dengan haq (benar) kecuali Allah 'Aza wa Jalla saja, dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Dan tidak ada Nabi setelahnya"


Qola Allaahu Ta'ala fii Kitabul Karim: "Yaa ayyuhal ladziina aamanu taqullaaha haqqo tuqootih walaa tamuutunna illaa wa antum muslimun."


Allah Ta'ala berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam."
(QS. Ali Imran: 102).


Wa qola Allaahu Ta'ala: "Yaa ayyuhan naasuttaquu robbakumul ladzii kholaqokum min nafsi wa hidah wa kholaqo minhaa dzaujaha wa batstsa minhuma rijaalan katsiiran wanisaa a wattaqullaah alladzii tasaa aluunabihi wal arhaama innallaaha kaana 'alaikum roqiibaa."


Dan AllahTa'ala berfirman: "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, daripadanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan nama-Nya) kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian."
(QS. An Nisaa: 1).


Wa qola Allaahu Ta'ala: "Yaa ayyuhal ladziina aamanut taqullaah waquuluu qaulan sadiida yushlih lakum a'maalakum wa yaghfir lakum dzunuubakum wamayyuti 'illaah wa rasullahuu waqod faaza fauzan 'adzhiima."


Dan Allah Ta'ala berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan katakanlah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagi kalian amal-amal kalian dan mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."
(QS. Al Ahzab: 70-71).


Amma ba'du, "Fa inna ashdaqol hadiitsi kitaabullaah wa khairal hadi hadi muhammadin shallallaahu 'alaihi wasallam wasyarril umuuri muhdatsaa tuhaa wakulla muhdatsa tin bid'ah wakulla bid'atin dholaalah wakulla dholaalatin fiinnar."


Amma ba'du: "Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan ada di neraka."


"Pembahasan Ringkas KITAB RIYADHUSH SHALIHIN"


80. Bab Wajibnya Taat kepada Para Pemimpin Pada Selain Kemaksiatan dan Larangan Taat kepada Mereka dalam Hal Kemaksiatan.


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu."
(QS. An-Nisa': 59).


'Taatilah Allah', yakni ikutilah kitab-kitab-Nya. 'Dan taatilah Rasul-Nya', yakni ambillah sunnah-sunnahnya. 'Dan ulil amri di antara kamu,' yakni dalam hal apa saja yang mereka perintahkan selama dalam ketaatan kepada Allah, bukan dalam kemaksiatan. Sebab tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal kemaksiatan kepada Sang Pencipta.


1/663.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Setiap muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara-perkara yang ia sukai atau ia benci, kecuali jika ia diperintah dengan suatu kemaksiatan. Jika ia diperintah dengan suatu kemaksiatan maka tidak ada kewajiban baginya untuk mendengar dan taat."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (2955); Muslim (1839); Abu Dawud (2626); At-Tirmidzi (1707)].


Penjelasan hadits:


Hadits ini sebagai dalil kewajiban mendengar, taat dan patuh kepada perintah ulil amri baik ia setuju dengan maksud perintah itu ataupun tidak setuju, kecuali dalam hal kemaksiatan kepada Allah 'Aza wa Jalla.


2/664.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Dahulu, jika kami berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam untuk mendengar dan taat, maka beliau Shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengucapkan kepada kami, 'Semaksimal kemampuan kalian'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (7202); Muslim (1867)].


Penjelasan hadits:


Hadits ini diterangkan bahwa kewajiban untuk mendengar dan taat itu berdasarkan kepada ukuran maksimal kemampuan. Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah."
(QS. At-Taghabun: 16).


3/665.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma juga, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Barangsiapa melepas tangannya dari ketaatan, maka ia akan menemui Allah pada hari Kiamat dengan tidak memiliki hujjah. Barangsiapa mati dalam keadaan tidak berbaiat, maka ia mati seperti mati jahiliyyah'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (1851)].


Penjelasan hadits:


Dalam riwayat Muslim yang lain disebutkan:


"Dan barangsiapa mati dengan memisahkan diri dari jamaah, maka ia mati dalam keadaan jahiliyyah."


Hadits ini sebagai ancaman keras bagi orang memberontak seorang imam dan tidak mau tunduk kepadanya, dan sebagai kewajiban untuk berbaiat kepada imam.


4/666.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Dengar dan taatlah kalian, meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak Habasyi yang rambutnya seperti buah kismis'."
[HR. Al-Bukhari].
[Shahih: Al-Bukhari (693, 696, 7142)].


Penjelasan hadits:


Dahulu, orang-orang jahiliyyah tidak suka melakukan ketaatan, khususnya bangsa Arab. Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam memberitahukan kepada mereka bahwa ketaatan itu wajib dilakukan kepada setiap pemimpin meski ia berkedudukan rendah.


5/667.
Dari Aburairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Hendaklah kalian selalu mendengar dan taat baik dalam keadaan susah maupun tenang, dalam perkara yang disukai dan dibenci dan dalam hal yang bisa jadi merugikan kepentinganmu'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (1836); An-Nasa'i (7/140)].


Penjelasan hadits:


Hadits ini sebagai dalil kewajiban untuk mendengar dan taat kepada para pemimpin dalam setiap keadaan. Dan, seandainya mereka mengkhususkan pemberian harta kepada orang yang tidak berhak mendapatkannya, maka sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka tentang hal itu.


6/668.
Dari 'Abdullah bin 'Amru radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan dan singgah di suatu tempat persinggahan. Di antara kami ada yang memperbaiki tenda, ada yang berlatih memanah, dan ada yang menggembalakan hewan-hewan ternaknya. Tiba-tiba terdengar utusan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menyeru, 'Ash-Shalatu Jami'ah' (Sholat berjama'ah), maka kami pun berkumpul di dekat beliau. Lalu beliau bersabda, 'Tidak ada seorang nabi pun sebelum aku diutus melainkan ia berhak menuntun umatnya kepada kebaikan yang telah ia ketahui, dan mengingatkan mereka tentang keburukan yang ia ketahui. Sesungguhnya, umat kalian yang diselamatkan ialah generasi yang pertama-tama, dan generasi sesudah itu akan ditimpa berbagai ujian dan perkara-perkara yang tidak kalian senangi. Ketika fitnah itu datang, satu dengan yang lainnya saling mencela. Ketika fitnah datang, maka seorang Mukmin berkata, 'Inilah yang membinasakanku.' Kemudian muncul pula fitnah yang lain, dan orang Mukmin berkata, 'Ini, Ini!' Karena itu, barangsiapa yang ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, hendaklah ketika kematian mendatanginya, ia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaklah ia berbuat kepada umat manusia dengan apa yang memang disenangi mereka. Barangsiapa yang membaiat seorang imam lalu ia memenuhi baiatnya dengan sepenuh hati, hendaklah ia mentaatinya semaksimal kemampuannya. Jika yang lain datang memberontak maka penggallah lehernya'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (1844)].


Penjelasan hadits:


Sabda beliau Shallallahu 'alaihi wasallam, 'Umat kalian yang diselamatkan ialah generasi yang pertama-tama', dijelaskan oleh Al-Qurthubi, ia berkata, "Yang dimaksud adalah masa kepemimpinan tiga Khulafa' Ar-Rasyidin sampai terbunuhnya Utsman. Sebab, masa ini merupakan masa bersatunya umat, lurusnya urusan umat, serta kuatnya agamanya. Kemudian sesudah terbunuhnya Utsman maka beragam fitnah pun muncul dan akan senantiasa terus ada hingga hari kiamat."


Sabda beliau, 'Hendaklah ia berbuat kepada umat manusia dengan apa yang memang disenangi mereka', dijelaskan oleh An-Nawawi, ia berkata, "Ini merupakan salah satu dari jawami'ul kalam dan keindahan keputusan beliau. Ini merupakan kaidah yang harus diperhatikan, yaitu bahwa manusia harus berusaha untuk melakukan suatu perbuatan terhadap orang lain dengan yang mereka senangi."


Hadits ini sebagai dalil kewajiban taat kepada imam dan memerangi siapa saja yang memberontak imam.


7/669.
Dari Abu Hunaidah Wail bin Hujr radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Salamah bin Yazid Al-Ju'fiy pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, dengan berkata, 'Wahai Nabi Allah, bagaimana pendapatmu bila para penguasa yang memimpin kami selalu menuntut hak mereka atas kami, namun mereka menahan hak kami. Apa yang anda perintahkan kepada kami?" Maka beliau Shallallahu 'alaihi wasallam pun berpaling. Kemudian ia bertanya lagi kepada beliau. Maka beliau pun bersabda, 'Dengarkan dan taatilah, karena mereka akan mempertanggungjawabkan apa saja yang telah mereka perbuat dan kalian juga akan mempertanggungjawabkan semua yang pernah kalian perbuat'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (1846)].


Penjelasan hadits:


Hadits ini sebagai dalil wajibnya mendengar dan taat kepada para pemimpin, sekalipun mereka tidak menunaikan hak rakyatnya.


8/670.
Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Sungguh, sepeninggalku akan ada penguasa-penguasa negara yang mementingkan diri sendiri dan membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tidak kalian sukai.'  Para shahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, apa yang anda perintahkan kepada orang-orang di antara kami yang mengalami hal tersebut?' Beliau menjawab, 'Tunaikanlah kewajiban kalian dan mintalah hak kalian kepada Allah'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (3603, 7052); Muslim (1843); At-Tirmidzi (2191)].


Kosakata asing:


(Al-Atsaratu) ialah monopoli para penguasa terhadap harta orang-orang yang lebih berhak mendapatkannya. Peristiwa ini sudah nyata terjadi. Dan ini termasuk dalam mu'jizat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam.


Penjelasan hadits:


Hadits ini sebagai dalil atas larangan menentang para pemimpin, sekalipun mereka menyimpang, serta sebagai dalil atas ketergantungan diri kepada balasan dari Allah 'Aza wa Jalla.


9/671.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Barangsiapa menaatiku maka ia telah menaati Allah, barangsiapa mendurhakaiku maka ia telah mendurhakai Allah, barangsiapa menaati seorang pemimpin maka ia telah menaatiku, dan barangsiapa mendurhakai seorang pemimpin maka ia telah mendurhakaiku'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (7053); Muslim (1849); Ahmad (1/275, 277, 310)].


Penjelasan hadits:


Hadits ini menerangkan tentang wajibnya taat kepada para pemimpin dan haramnya menentang mereka.
Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka."
(QS. An-Nisa': 80).


10/672.
Dari 'Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa membenci sesuatu dari diri pemimpinnya hendaklah ia bersabar. Sebab barangsiapa yang keluar dari kepemimpinan meski sejengkal maka ia mati seperti mati jahiliyyah."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (2957); Muslim (1835); An-Nasa'i (7/154)].


Penjelasan hadits:


Hadits ini sebagai anjuran untuk bersabar menghadapi penyimpangan para pemimpin, serta anjuran untuk menaati dan tidak memberontak mereka.


11/673.
Dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Barangsiapa merendahkan pemimpin (Allah di bumi) maka Allah akan merendahkannnya'."
[HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata, "Hadits ini hasan"].
[Hasan: Ahmad (5/43); At-Tirmidzi (2225). Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Kitab Ash-Shahihah (2296), dan Kitab Shahih Al-Jami'  (6111)].


Penjelasan hadits:


Mengenai pembahasan ini, terdapat banyak sekali hadits di dalam Kitab Shahih, dan sebagiannya telah disebutkan dalam beberapa pembahasan di Kitab Riyadhush Shalihin sebelum bab ini.


Hadits ini sebagai ancaman keras bagi orang yang merendahkan kedudukan pemimpin serta tidak mau mendengar dan menaati perintahnya.


Wa Allahu Ta'ala a'lam.
Wassalamu'alaykum wa rahmatullah wa barakatuh.


Sumber:

Kitab 'RIYADHUSH SHALIHIN' - Imam An-Nawawi Rahimahullaahu Ta'ala.
Syarah: Syaikh Faishal Alu Mubarak.
Takrij: Syaikh Nasiruddin Al-Albani.
Alih bahasa: Tim Penterjemah UMMUL QURA.
Penerbit: Ummul Qura - Jkt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar