AHLAN WA SAHLAN YA IKHWAH...
Sedikit kata untuk kita renungkan bersama...

Senin, 14 Desember 2015

KITAB RIYADHUSH SHALIHIN, Bab Keutamaan Kaum Muslimin Yang Lemah, Orang-orang Fakir, dan Orang-orang Yang Tidak Terkenal

Bismillaahir rahmaanir rahiim
Assalamu'alaykum wa rahmatullaah wa barakaatuh.


"Innal hamdalillaah nahmaduhu wanasta'iinuhu wanastaghfiruhu wana'uzdubillaahi minsyururi anfusinaa wasayyaati 'amaalinaa mayyahdihillaah falaa mudhillalah wamayyudlil falaa hadiyalah."


"Asyhadu alaa ilaha illallaah wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu warasuuluh laa nabiy ya ba'da."


"Segala puji hanya milik Allah 'Aza wa Jalla, kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan kepada-Nya, kita memohon ampun kepada-Nya, dan kita berlindung kepada-Nya dari kejelekan-kejelekan diri kita dan kejelekan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah 'Aza wa Jalla maka tidak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah 'Aza wa Jalla maka tidak seorangpun yang dapat memberi hidayah kepadanya."


"Aku bersaksi bahwa tidak ada yang patut disembah dengan haq (benar) kecuali Allah 'Aza wa Jalla saja, dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Dan tidak ada Nabi setelahnya"


Qola Ta'ala fii Kitabul Karim: "Yaa ayyuhal ladziina aamanu taqullaaha haqqo tuqootih walaa tamuutunna illaa wa antum muslimun."


Allah Ta'ala berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam."
(QS. Ali Imran: 102).


Wa qola Ta'ala: "Yaa ayyuhan naasuttaquu robbakumul ladzii kholaqokum min nafsi wa hidah wa kholaqo minhaa dzaujaha wa batstsa minhuma rijaalan katsiiran wanisaa a wattaqullaah alladzii tasaa aluunabihi wal arhaama innallaaha kaana 'alaikum roqiibaa."


Dan AllahTa'ala berfirman: "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, daripadanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan nama-Nya) kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian."
(QS. An Nisaa: 1).


Wa qola Ta'ala: "Yaa ayyuha lladziina aamanut taqullaah waquuluu qaulan sadiida yushlih lakum a'maalakum wa yaghfir lakum dzunuubakum wamayyuti 'illaah wa rasullahuu waqod faaza fauzan 'adzhiima."


Dan Allah Ta'ala berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan katakanlah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagi kalian amal-amal kalian dan mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."
(QS. Al Ahzab: 70-71).


Amma ba'du, "Fa inna ashdaqol hadiitsi kitaabullaah wa khairal hadi hadi muhammadin shallallaahu 'alaihi wasallam wasyarril umuuri muhdatsaa tuhaa wakulla muhdatsa tin bid'ah wakulla bid'atin dholaalah wakulla dholaalatin fiinnar."


Amma ba'du: "Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan ada di neraka."


"Pembahasan KITAB RIYADHUSH SHALIHIN"


32. Bab Keutamaan Kaum Muslimin Yang Lemah, Orang-orang Fakir, dan Orang-orang Yang Tidak Terkenal.


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Rabbnya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka."
(QS. Al-Kahfi: 28).


1/252.
Dari Haritsah bin Wahb radhiyallahu 'anhu berkata, "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Maukah kalian aku beritahu tentang ahli surga? Yaitu setiap orang yang lemah dan dianggap lemah, tetapi jika ia bersumpah atas nama Allah, pastilah Allah mengabulkan apa yang diucapkannya itu. Maukah kalian aku beritahu tentang ahli neraka? Yaitu setiap orang yang keras, kikir tetapi gemar mengumpulkan harta, dan congkak'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (4918); Muslim (2853)].


Kosakata asing dalam hadits ini:


(Al-Utul) artinya orang yang keras kepala dan kasar.
(Al-Jawwadl) artinya orang yang gemar mengumpulkan harta, tetapi kikir. Ada yang mengatakan artinya ialah orang gemuk yang sombong ketika berjalan. Ada pula yang berkata, "Artinya ialah orang pendek yang suka makan."


Penjelasan hadits:


Hadits ini menjelaskan bahwa sebagian besar penduduk surga ialah orang-orang lemah, sedangkan mayoritas penduduk neraka ialah orang-orang sombong.


Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu dalam sebuah hadits marfu', "Ada tiga orang yang tidak akan masuk surga, yaitu Al-Jawwazh, Al'Utull, dan Al-Ja'zhari." Ditanyakan, "Apa yang dimaksud dengan Al-Jawwazh itu?" Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Orang yang gemar mengumpulkan harta yang banyak dan tidak mau memberi, kikir atas harta yang ada di tangannya. Al-Ja'zhari ialah orang yang bersikap kasar terhadap budak miliknya, bersikap keras terhadap kerabatnya, tetangganya, dan para keluarganya. Al'Utull artinya orang yang buruk akhlaknya, yang longgar rongga dalamnya, banyak makan dan banyak minum, ceroboh dan berbuat zalim'."


2/253.
Dari Abu Abbas; Sahal bin Sa'ad As-Saidi radhiyallahu 'anhu berkata, "Ada seorang lelaki berjalan melalui Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau bertanya kepada seseorang yang sedang duduk di sisinya, 'Bagaimana pendapatmu tentang orang yang lewat ini?' Orang tersebut menjawab, 'Orang itu adalah seorang lelaki dari golongan orang-orang mulia. Demi Allah, orang ini bisa dipastikan apabila ia melamar seorang perempuan, akan dinikahkan dan apabila ia memintakan pertolongan, tentu akan dikabulkan permintaannya.' Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam terdiam.
Selanjutnya ada seorang lelaki lain berjalan melalui Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bertanya lagi, 'Kalau tentang orang ini, bagaimana pendapatmu?' Orang tersebut menjawab, 'Ya Rasulullah. Orang itu adalah seorang lelaki dari golongan kaum muslimin yang fakir. Orang ini pastinya apabila ia meminang, tentu tidak akan diterima untuk dinikahkan, apabila memintakan pertolongan, tentu tidak akan dikabulkan permintaannya, dan jika ia berbicara, maka tidak akan didengarkan perkataannya.' Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Orang fakir ini lebih baik dari pada sepenuh bumi yang berisi orang yang pertama tadi'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (5091, 6447)].


Hadits ini diperkuat oleh firman Allah 'Aza wa Jalla:


"Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa."
(QS. Al-Hujurat: 13).


3/254.
Dari Abu Said Al-Kudri radhiyallahu 'anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang bersabda, "Surga dan neraka itu saling berbantah-bantahan. Neraka berkata, 'Di dalamku ada orang-orang yang memaksakan kehendaknya serta orang-orang yang sombong.' Surga berkata, 'Di dalamku ada orang-orang yang lemah serta kaum fakir miskin.' Lantas Allah memutuskan di antara keduanya dengan firman-Nya, 'Engkau adalah surga, tempat kerahmatan-Ku. Aku merahmati orang yang Aku kehendaki denganmu, sedang engkau neraka adalah tempat azab-Ku. Aku menyiksa siapa saja yang Aku kehendaki denganmu. Atas kehendak-Ku pulalah kalian berdua dipenuhi'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (2847), lafal yang disebutkan oleh penulis adalah milik Imam Ahmad (3/79)].


Penjelasan hadits:


Hadits in terdapat keutamaan orang-orang lemah dan orang-orang miskin yang melakukan ketaatan kepada Allah serta meninggalkan kemaksiatan.


4/255.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang bersabda, "Sungguh, kelak pada hari kiamat akan datang seseorang yang besar lagi gemuk, tetapi di sisi Allah timbangan beratnya tidak lebih dari timbangan sehelai sayap nyamuk."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (4729); Muslim (2785)].


Penjelasan hadits:


Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang mempunyai kekuasaan dan pangkat di dunia jika ia tidak mempunyai ketakwaan, maka ia tidak mempunyai kedudukan di sisi Allah.


Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, "Dihadapan-Mu kekayaan tidak dapat memberi manfaat apapun terhadap pemiliknya."


Di dalam hadits lain disebutkan, "Sungguh, Allah tidak memandang kepada bentuk rupa dan harta kalian, tetapi Allah memandang hati dan amal perbuatan kalian."


5/256.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa ada seorang perempuan berkulit hitam yang biasanya menyapu masjid atau (dalam sebuah riwayat lain disebutkan) seorang pemuda.
Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tidak menemukannya lagi, beliau menanyakan orang yang suka menyapu tersebut. Para shahabat menjawab bahwa ia telah meninggal dunia. Maka beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Mengapa kalian semua tidak memberitahukan hal itu padaku." Mereka (para shahabat) tidak memberitahukan hal itu, seakan-akan mereka menganggap remeh kematian orang tersebut. Beliau bersabda lagi, "Tunjukkan kepadaku di mana kuburannya." Para shahabatpun menunjukkannya, kemudian beliau menshalatinya. Setelah itu beliau bersabda, "Sesungguhnya kubur ini penuh kegelapan bagi penghuninya, tetapi Allah menerangi kubur ini untuk mereka sebab shalatku untuk mereka."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (458, 460, 1337); Muslim (956)].


Penjelasan hadits:


1. Sesungguhnya kubur tidak akan diterangi kecuali oleh amal kebajikan atau syafaat yang diterima.

2. Keutamaan membersihkan masjid, menghimbau untuk mendatangi jenazah orang baik, dan di syari'atkannya shalat jenazah di sisi kuburan bagi orang yang belum menshalati mayat di dalam kuburan tersebut.


6/257.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Terkadang orang-orang yang rambutnya acak-acakan, tubuhnya berdebu, ia selalu ditolak apabila di pintu, jika bersumpah atas nama Allah, maka Allah akan mengabulkan apa yang disumpahinya itu'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim (2622)].


(Madfu' bil Abwab) maksudnya ditolak di pintu-pintu para raja dan pemimpin karena kedudukannya yang rendah di sisi mereka. Dan seandainya ia bersumpah terjadinya suatu perkara karena mengharapkan kemurahan Allah, pastilah Allah mengabulkan sumpahnya lantaran memuliakannya dengan mengabulkan permintaannya dan melindunginya dari melanggar sumpahnya, sebagaimana yang dikatakan oleh Anas bin An-Nadhr, "Tidak. Demi Allah. Gigi seri Ar-Rabi' tidak akan dipecah." Lantas Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Wahai Anas! Kitab Allah menetapkan hukum qishash." Ternyata semua kaum meridhainya (tanpa di-qishash). Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada seseorang yang seandainya bersumpah atas nama Allah, pastilah Dia mengabulkannya."


7/258.
Dari Usamah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang bersabda, "Aku berdiri di pintu surga, ternyata kebanyakan orang yang masuk ke dalamnya adalah orang-orang miskin, sedang orang-orang yang memiliki kekayaan masih tertahan. Hanya saja para penduduk neraka sudah diperintahkan semuanya masuk neraka. Aku berdiri di pintu neraka, ternyata kebanyakan orang-orang yang masuk ke dalam neraka adalah kaum wanita."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (5196, 6547); Muslim (2736)].


Kosakata asing:


(Al-Jaddu) artinya jatah dan kekayaan.
(Mahbusun) maksudnya mereka belum diizinkan masuk ke dalam surga kecuali sesudah orang-orang miskin masuk.


Penjelasan hadits:


1. Keutamaan orang-orang fakir yang bersabar atas penderitaan dan bersyukur atas kebahagiaan dan sesungguhnya mereka masuk ke dalam surga sebelum orang-orang kaya.

2. Orang-orang yang menunaikan hak-hak harta benda dan selamat dari fitnahnya, mereka itulah kelompok minoritas. Sesungguhnya orang-orang kafir masuk ke dalam neraka dan tidak ditahan untuk memasukinya.

3. Kebanyakan orang yang masuk neraka ialah kaum perempuan lantaran kebanyakan dari mereka yang melaknat dan mengingkari suaminya.


8/259.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang bersabda, "Tidak ada seorang bayi pun yang dapat berbicara ketika masih dalam ayunan kecuali tiga anak; yaitu Isa putra Maryam. Kedua, bayi dalam kisah shahabat Juraij. Juraij adalah seorang laki-laki ahli ibadah. Ia membuat suatu tempat ibadah. Suatu ketika, ia tengah beribadah di dalamnya, tiba-tiba ibunya datang pada saat ia sedang melaksanakan shalat. Ibunya pun memanggilnya, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata dalam hati, 'Ya Rabb! Aku pilih menjawab ibuku atau melanjutkan shalatku.' Akhirnya, Juraij melanjutkan shalatnya, sehingga sang ibu pun berlalu.
Pada hari berikutnya, sang ibu datang lagi tepat pada saat Juraij tengah melaksanakan shalat. Sang ibu memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata dalam hati, 'Ya Rabb! Aku pilih menjawab ibuku atau melanjutkan shalatku.' Akhirnya Juraij tetap melanjutkan shalatnya. Dan pada hari berikutnya lagi, sang ibu datang lagi tepat pada saat Juraij tengah melaksanakan shalat. Sang ibu pun memanggilnya, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata dalam hati, 'Ya Rabb! Aku pilih menjawab ibuku atau melanjutkan shalatku.' Akhirnya Juraij tetap melanjutkan shalatnya. Kemudian sang ibu menyumpahinya, 'Ya Allah, janganlah Engkau mencabut nyawa Juraij sebelum ia melihat wajah-wajah perempuan pelacur.'


Di sisi lain, kaum Bani Israil sedang memperbincangkan mengenai Juraij dan ibadahnya. Tiba-tiba seorang perempuan pelacur yang menjadi idola karena kecantikannya berkata, 'Jika kalian mau, aku akan menggodanya,' lalu perempuan tersebut datang menggoda Juraij, tetapi Juraij tidak mengindahkannya sama sekali, kemudian perempuan tersebut mendatangi seorang penggembala yang sedang beristirahat di tempat ibadah Juraij. Perempuan tersebut menyerahkan dirinya kepada si penggembala dan mereka pun melakukan hubungan layaknya suami istri sehingga perempuan tersebut hamil. Ketika ia melahirkan seorang bayi, maka ia mengaku bahwa bayi tersebut hasil perbuatan Juraij.


Akhirnya, para warga berduyun-duyun mendatangi Juraij, menyeretnya keluar, dan merobohkan tempat ibadahnya. Mereka juga memukulinya. Juraij berkata, 'Mengapa kalian melakukan hal ini?' Mereka menjawab, 'Kamu telah berbuat zina dengan pelacur ini sehingga ia melahirkan seorang bayi.' Juraij bertanya, 'Mana bayi tersebut?' Mereka membawa bayi tersebut ke hadapan Juraij. Lalu Juraij berkata kepada mereka, 'Tolong beri aku waktu sebentar untuk melaksanakan shalat.' Kemudian Juraij melaksanakan shalatnya. Seusai shalat, Juraij menghampiri bayi tersebut dan menyentuh perutnya sambil berkata, 'Hai anak kecil!, siapakah ayahmu sesungguhnya?' Lantas bayi tersebut menjawab, 'Fulan si pengembala.' Seketika, para warga menghadap Juraij, mengecupnya, dan meminta berkah kepadanya. Mereka berkata, 'Kami akan membangun tempat ibadahmu dari emas.' Juraij menaggapi, 'Tidak usah, saya ingin membangunnya lagi dari tanah sebagaimana sebelumnya. Akhirnya mereka pun melakukannya.'


Ketiga, pada suatu ketika ada seorang bayi sedang menyusu pada ibunya. Kemudian seorang lelaki mengendarai kendaraan yang indah dan serba bagus pakaiannya melewatinya. Lantas ibunya berkata, 'Ya Allah, jadikanlah anakku ini seperti orang itu!' Lantas anak tersebut melepaskan mulutnya dari susuan ibunya, lalu menghadap dan melihat lelaki tersebut, kemudian ia berkata, 'Ya Allah, jangan Engkau jadikan aku seperti orang itu!' Selanjutnya anak tersebut kembali menyusu pada ibunya.


Saya seolah-olah melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menirukan cara anak itu menyusu dengan menggunakan jari telunjuk beliau dan beliau mengisapnya. Selanjutnya beliau bersabda, 'Selanjutnya ada orang-orang lewat dengan membawa seorang budak perempuan. Mereka memukulinya dan mereka mencercanya sambil mengatakan, 'Engkau berzina, engkau mencuri.' Sementara perempuan tersebut berkata, (Hasbiyallaah wa ni'mal wakil) 'Cukuplah Allah sebagai penolongku dan Dia adalah sebaik-baik Zat yang memberikan perlindungan.' Lantas ibu sang anak berkata, 'Ya Allah, jangan Engkau jadikan anakku seperti perempuan itu!' Anak tersebut melepaskan susuannya lalu melihat pada wanita itu kemudian berkata, 'Ya Allah, jadikanlah aku seperti perempuan itu!'


Sampai di sini kedua belah pihak (ibu dan anaknya) saling tarik menarik percakapannya. Ibunya berkata, 'Ada seorang lelaki yang kondisinya baik, lalu saya berdo'a, 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti orang itu,' tetapi engkau berkata, 'Ya Allah, jangan Engkau jadikan aku seperti orang itu.' Orang-orang lewat dengan membawa budak perempuan dan mereka memukulinya, juga mengatakan, 'Engkau berzina, engkau mencuri.' Lantas saya berdo'a, 'Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan anakku seperti perempuan itu,' tetapi engkau berkata, 'Ya Allah, jadikanlah aku seperti perempuan itu.' Bayi itu menjawab, 'Lelaki itu adalah seorang yang berbuat semena-mena, maka itulah aku mengatakan, 'Ya Allah, jangan Engkau jadikan aku seperti orang itu, sedangkan perempuan yang dikatakan berzina oleh orang-orang, sebenarnya ia tidak berzina dan ia dikatakan mencuri, padahal sebenarnya ia tidak mencuri. Oleh sebab itu, aku berdo'a, 'Ya Allah, jadikanlah aku seperti perempuan itu'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (3436); Muslim (2550)].


Kosakata asing:


(Al-Mumisat) artinya perempuan pezina.
(Dabbah farihah) artinya binatang tunggangan yang bagus.
(Asy-syarah) artinya keindahan yang nampak dalam tingkah laku dan pakaian.
(Taraja'a al-hadits) artinya sang ibu berkata kepada bayinya dan si bayi berkata kepada ibunya.
Wallahu Ta'ala a'lam.


Penjelasan hadits:


Pada mulanya, Juraij adalah seorang pedagang. Suatu ketika, dagangannya mengalami peningkatan dan pada kesempatan lain mengalami kemerosotan. Lantas ia berkata, "Di dalam perdagangan ini tidak ada hal yang baik. Sungguh, saya akan mencari perdagangan yang lebih baik dari pada ini." Maka dari itu, ia membangun tempat ibadah dan ia menjadi rahib di dalamnya. Hal ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad.


Dalam hadits marfu' disebutkan, "Seandainya Juraij adalah seorang alim, pastilah ia mengetahui bahwa menjawab panggilan ibunya lebih utama dari pada shalat."


Hadits ini mengandung beberapa faedah:

1. Mengutamakan panggilan ibu adalah lebih utama dari pada shalat sunnah.

2. Orang jujur akan disertai Allah, fitnah akan tidak membahayakannya.

3. Adanya karomah para wali.

4. Jiwa-jiwa penduduk dunia akan berhenti bersama angan-angan yang nampak, berbeda dengan ahli hakikat, sebagaimana firman Allah 'Aza wa Jalla:


"Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, 'Mudah-mudahan kita memiliki harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.' Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, 'Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar'."


Wallahu Ta'ala a'lam.
Wassalamu'alaykum wa rahmatullah wa barakatuh.


Sumber:

Kitab 'RIYADHUSH SHALIHIN' - Imam An-Nawawi.
Syarah: Syaikh Faishal Alu Mubarak.
Takrij: Syaikh Nasiruddin Al-Albani.
Alih bahasa: Tim Penterjemah UMMUL QURA.

Penerbit: Ummul Qura - Jkt.

2 komentar: