Bismillaahir rahmaanir rahiim
Assalamu'alaykum wa rahmatullaah wa barakaatuh.
"Innal hamdalillaah
nahmaduhu wanasta'iinuhu wanastaghfiruhu wana'uzdubillaahi minsyururi anfusinaa
wasayyaati 'amaalinaa mayyahdihillaah falaa mudhillalah wamayyudlil falaa hadiyalah."
"Asyhadu alaa ilaha
illallaah wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu warasuuluh laa nabiy ya
ba'da."
"Segala puji hanya milik
Allah 'Aza wa Jalla, kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan kepada-Nya, kita
memohon ampun kepada-Nya, dan kita berlindung kepada-Nya dari kejelekan-kejelekan
diri kita dan kejelekan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi hidayah
oleh Allah 'Aza wa Jalla maka tidak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya,
dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah 'Aza wa Jalla maka tidak seorangpun
yang dapat memberi hidayah kepadanya."
"Aku bersaksi bahwa tidak
ada yang patut disembah dengan haq (benar) kecuali Allah 'Aza wa Jalla saja,
dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu
'alaihi wasallam adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Dan tidak ada Nabi
setelahnya"
Qola Ta'ala fii Kitabul Karim: "Yaa ayyuhal ladziina aamanu taqullaaha
haqqo tuqootih walaa tamuutunna illaa wa antum muslimun."
Allah Ta'ala berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati
kecuali dalam keadaan beragama Islam."
(QS. Ali Imran: 102).
Wa qola Ta'ala: "Yaa ayyuhan naasuttaquu robbakumul ladzii kholaqokum min nafsi wa
hidah wa kholaqo minhaa dzaujaha wa batstsa minhuma rijaalan katsiiran wanisaa
a wattaqullaah alladzii tasaa aluunabihi wal arhaama innallaaha kaana 'alaikum
roqiibaa."
Dan AllahTa'ala berfirman: "Hai sekalian manusia,
bertaqwalah kepada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang
satu, daripadanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan nama-Nya) kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kalian."
(QS. An Nisaa: 1).
Wa qola Ta'ala: "Yaa ayyuha lladziina aamanut taqullaah waquuluu qaulan sadiida
yushlih lakum a'maalakum wa yaghfir lakum dzunuubakum wamayyuti 'illaah wa
rasullahuu waqod faaza fauzan 'adzhiima."
Dan Allah Ta'ala berfirman: "Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan katakanlah dengan perkataan yang
benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagi kalian amal-amal kalian dan
mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa mentaati Allah dan
Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."
(QS. Al Ahzab: 70-71).
Amma ba'du,
"Fa inna ashdaqol hadiitsi kitaabullaah wa khairal hadi hadi muhammadin shallallaahu
'alaihi wasallam wasyarril umuuri muhdatsaa tuhaa wakulla muhdatsa tin bid'ah
wakulla bid'atin dholaalah wakulla dholaalatin fiinnar."
Amma ba'du: "Sesungguhnya
sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, dan sejelek-jelek perkara
adalah yang diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan, dan setiap yang
diada-adakan adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan
ada di neraka."
"Pembahasan KITAB RIYADHUSH SHALIHIN"
32. Bab Keutamaan
Kaum Muslimin Yang Lemah, Orang-orang Fakir, dan Orang-orang Yang Tidak
Terkenal.
Allah 'Aza wa Jalla berfirman:
"Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang-orang yang
menyeru Rabbnya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan
janganlah kedua matamu berpaling dari mereka."
(QS. Al-Kahfi: 28).
1/252.
Dari Haritsah bin Wahb radhiyallahu
'anhu berkata, "Saya mendengar
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Maukah kalian aku beritahu tentang ahli surga? Yaitu setiap orang yang
lemah dan dianggap lemah, tetapi jika ia bersumpah atas nama Allah, pastilah
Allah mengabulkan apa yang diucapkannya itu. Maukah kalian aku beritahu tentang
ahli neraka? Yaitu setiap orang yang keras, kikir tetapi gemar mengumpulkan
harta, dan congkak'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih:
Al-Bukhari (4918); Muslim (2853)].
Kosakata asing dalam
hadits ini:
(Al-Utul) artinya
orang yang keras kepala dan kasar.
(Al-Jawwadl)
artinya orang yang gemar mengumpulkan harta, tetapi kikir. Ada yang mengatakan
artinya ialah orang gemuk yang sombong ketika berjalan. Ada pula yang berkata,
"Artinya ialah orang pendek yang suka makan."
Penjelasan hadits:
Hadits ini menjelaskan bahwa sebagian besar penduduk surga
ialah orang-orang lemah, sedangkan mayoritas penduduk neraka ialah orang-orang
sombong.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu dalam sebuah hadits marfu', "Ada tiga orang yang tidak akan masuk surga, yaitu Al-Jawwazh,
Al'Utull, dan Al-Ja'zhari." Ditanyakan,
"Apa yang dimaksud dengan Al-Jawwazh itu?" Beliau Shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab, "Orang yang
gemar mengumpulkan harta yang banyak dan tidak mau memberi, kikir atas harta
yang ada di tangannya. Al-Ja'zhari ialah orang yang bersikap kasar terhadap
budak miliknya, bersikap keras terhadap kerabatnya, tetangganya, dan para
keluarganya. Al'Utull artinya orang yang buruk akhlaknya, yang longgar rongga
dalamnya, banyak makan dan banyak minum, ceroboh dan berbuat zalim'."
2/253.
Dari Abu Abbas; Sahal bin Sa'ad As-Saidi radhiyallahu 'anhu berkata, "Ada seorang lelaki berjalan melalui
Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau bertanya kepada seseorang yang
sedang duduk di sisinya, 'Bagaimana
pendapatmu tentang orang yang lewat ini?' Orang tersebut menjawab, 'Orang
itu adalah seorang lelaki dari golongan orang-orang mulia. Demi Allah, orang
ini bisa dipastikan apabila ia melamar seorang perempuan, akan dinikahkan dan
apabila ia memintakan pertolongan, tentu akan dikabulkan permintaannya.' Maka
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam terdiam.
Selanjutnya ada
seorang lelaki lain berjalan melalui Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bertanya lagi, 'Kalau tentang orang ini, bagaimana pendapatmu?' Orang tersebut menjawab,
'Ya Rasulullah. Orang itu adalah seorang lelaki dari golongan kaum muslimin
yang fakir. Orang ini pastinya apabila ia meminang, tentu tidak akan diterima
untuk dinikahkan, apabila memintakan pertolongan, tentu tidak akan dikabulkan
permintaannya, dan jika ia berbicara, maka tidak akan didengarkan
perkataannya.' Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Orang fakir ini lebih baik dari pada
sepenuh bumi yang berisi orang yang pertama tadi'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih:
Al-Bukhari (5091, 6447)].
Hadits ini diperkuat oleh firman Allah 'Aza wa Jalla:
"Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa."
(QS. Al-Hujurat: 13).
3/254.
Dari Abu Said Al-Kudri radhiyallahu
'anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam yang bersabda, "Surga dan neraka itu saling
berbantah-bantahan. Neraka berkata, 'Di dalamku ada orang-orang yang memaksakan
kehendaknya serta orang-orang yang sombong.' Surga berkata, 'Di dalamku ada
orang-orang yang lemah serta kaum fakir miskin.' Lantas Allah memutuskan di
antara keduanya dengan firman-Nya, 'Engkau adalah surga, tempat kerahmatan-Ku.
Aku merahmati orang yang Aku kehendaki denganmu, sedang engkau neraka adalah
tempat azab-Ku. Aku menyiksa siapa saja yang Aku kehendaki denganmu. Atas
kehendak-Ku pulalah kalian berdua dipenuhi'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim
(2847), lafal yang disebutkan oleh penulis adalah milik Imam Ahmad (3/79)].
Penjelasan hadits:
Hadits in terdapat keutamaan orang-orang lemah dan orang-orang
miskin yang melakukan ketaatan kepada Allah serta meninggalkan kemaksiatan.
4/255.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam yang bersabda, "Sungguh, kelak pada hari kiamat akan
datang seseorang yang besar lagi gemuk, tetapi di sisi Allah timbangan beratnya
tidak lebih dari timbangan sehelai sayap nyamuk."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih:
Al-Bukhari (4729); Muslim (2785)].
Penjelasan hadits:
Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang mempunyai kekuasaan
dan pangkat di dunia jika ia tidak mempunyai ketakwaan, maka ia tidak mempunyai
kedudukan di sisi Allah.
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, "Dihadapan-Mu kekayaan tidak
dapat memberi manfaat apapun terhadap pemiliknya."
Di dalam hadits lain disebutkan, "Sungguh, Allah tidak
memandang kepada bentuk rupa dan harta kalian, tetapi Allah memandang hati dan
amal perbuatan kalian."
5/256.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu meriwayatkan bahwa ada seorang perempuan berkulit hitam yang biasanya
menyapu masjid atau (dalam sebuah riwayat lain disebutkan) seorang pemuda.
Ketika Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam tidak menemukannya lagi, beliau menanyakan orang yang suka
menyapu tersebut. Para shahabat menjawab bahwa ia telah meninggal dunia. Maka
beliau Shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, "Mengapa kalian semua tidak memberitahukan hal itu padaku."
Mereka (para shahabat) tidak memberitahukan hal itu, seakan-akan mereka
menganggap remeh kematian orang tersebut. Beliau bersabda lagi, "Tunjukkan
kepadaku di mana kuburannya." Para shahabatpun menunjukkannya,
kemudian beliau menshalatinya. Setelah itu beliau bersabda, "Sesungguhnya
kubur ini penuh kegelapan bagi penghuninya, tetapi Allah menerangi kubur ini
untuk mereka sebab shalatku untuk mereka."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih:
Al-Bukhari (458, 460, 1337); Muslim (956)].
Penjelasan hadits:
1. Sesungguhnya kubur tidak akan diterangi kecuali oleh amal
kebajikan atau syafaat yang diterima.
2. Keutamaan membersihkan masjid, menghimbau untuk mendatangi
jenazah orang baik, dan di syari'atkannya shalat jenazah di sisi kuburan bagi
orang yang belum menshalati mayat di dalam kuburan tersebut.
6/257.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu berkata, "Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, 'Terkadang
orang-orang yang rambutnya acak-acakan, tubuhnya berdebu, ia selalu ditolak
apabila di pintu, jika bersumpah atas nama Allah, maka Allah akan mengabulkan
apa yang disumpahinya itu'."
[HR. Muslim].
[Shahih: Muslim
(2622)].
(Madfu' bil Abwab)
maksudnya ditolak di pintu-pintu para raja dan pemimpin karena kedudukannya
yang rendah di sisi mereka. Dan seandainya ia bersumpah terjadinya suatu
perkara karena mengharapkan kemurahan Allah, pastilah Allah mengabulkan
sumpahnya lantaran memuliakannya dengan mengabulkan permintaannya dan
melindunginya dari melanggar sumpahnya, sebagaimana yang dikatakan oleh Anas
bin An-Nadhr, "Tidak. Demi Allah.
Gigi seri Ar-Rabi' tidak akan dipecah." Lantas Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Wahai
Anas! Kitab Allah menetapkan hukum qishash." Ternyata semua kaum
meridhainya (tanpa di-qishash). Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya di antara
hamba-hamba Allah ada seseorang yang seandainya bersumpah atas nama Allah,
pastilah Dia mengabulkannya."
7/258.
Dari Usamah radhiyallahu
'anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam yang bersabda, "Aku berdiri di pintu surga, ternyata
kebanyakan orang yang masuk ke dalamnya adalah orang-orang miskin, sedang
orang-orang yang memiliki kekayaan masih tertahan. Hanya saja para penduduk
neraka sudah diperintahkan semuanya masuk neraka. Aku berdiri di pintu neraka,
ternyata kebanyakan orang-orang yang masuk ke dalam neraka adalah kaum
wanita."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih:
Al-Bukhari (5196, 6547); Muslim (2736)].
Kosakata asing:
(Al-Jaddu) artinya
jatah dan kekayaan.
(Mahbusun)
maksudnya mereka belum diizinkan masuk ke dalam surga kecuali sesudah
orang-orang miskin masuk.
Penjelasan hadits:
1. Keutamaan orang-orang fakir yang bersabar atas penderitaan
dan bersyukur atas kebahagiaan dan sesungguhnya mereka masuk ke dalam surga
sebelum orang-orang kaya.
2. Orang-orang yang menunaikan hak-hak harta benda dan
selamat dari fitnahnya, mereka itulah kelompok minoritas. Sesungguhnya
orang-orang kafir masuk ke dalam neraka dan tidak ditahan untuk memasukinya.
3. Kebanyakan orang yang masuk neraka ialah kaum perempuan
lantaran kebanyakan dari mereka yang melaknat dan mengingkari suaminya.
8/259.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam yang bersabda, "Tidak ada seorang bayi pun yang dapat
berbicara ketika masih dalam ayunan kecuali tiga anak; yaitu Isa putra Maryam.
Kedua, bayi dalam kisah shahabat Juraij. Juraij adalah seorang laki-laki ahli
ibadah. Ia membuat suatu tempat ibadah. Suatu ketika, ia tengah beribadah di
dalamnya, tiba-tiba ibunya datang pada saat ia sedang melaksanakan shalat.
Ibunya pun memanggilnya, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata dalam hati, 'Ya Rabb!
Aku pilih menjawab ibuku atau melanjutkan shalatku.' Akhirnya, Juraij
melanjutkan shalatnya, sehingga sang ibu pun berlalu.
Pada hari berikutnya, sang ibu datang lagi tepat pada saat Juraij
tengah melaksanakan shalat. Sang ibu memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata
dalam hati, 'Ya Rabb! Aku pilih menjawab ibuku atau melanjutkan shalatku.'
Akhirnya Juraij tetap melanjutkan shalatnya. Dan pada hari berikutnya lagi,
sang ibu datang lagi tepat pada saat Juraij tengah melaksanakan shalat. Sang
ibu pun memanggilnya, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata dalam hati, 'Ya Rabb! Aku
pilih menjawab ibuku atau melanjutkan shalatku.' Akhirnya Juraij tetap
melanjutkan shalatnya. Kemudian sang ibu menyumpahinya, 'Ya Allah, janganlah
Engkau mencabut nyawa Juraij sebelum ia melihat wajah-wajah perempuan pelacur.'
Di sisi lain, kaum Bani Israil sedang memperbincangkan mengenai Juraij
dan ibadahnya. Tiba-tiba seorang perempuan pelacur yang menjadi idola karena
kecantikannya berkata, 'Jika kalian mau, aku akan menggodanya,' lalu perempuan
tersebut datang menggoda Juraij, tetapi Juraij tidak mengindahkannya sama
sekali, kemudian perempuan tersebut mendatangi seorang penggembala yang sedang
beristirahat di tempat ibadah Juraij. Perempuan tersebut menyerahkan dirinya
kepada si penggembala dan mereka pun melakukan hubungan layaknya suami istri
sehingga perempuan tersebut hamil. Ketika ia melahirkan seorang bayi, maka ia
mengaku bahwa bayi tersebut hasil perbuatan Juraij.
Akhirnya, para warga berduyun-duyun mendatangi Juraij, menyeretnya
keluar, dan merobohkan tempat ibadahnya. Mereka juga memukulinya. Juraij
berkata, 'Mengapa kalian melakukan hal ini?' Mereka menjawab, 'Kamu telah
berbuat zina dengan pelacur ini sehingga ia melahirkan seorang bayi.' Juraij
bertanya, 'Mana bayi tersebut?' Mereka membawa bayi tersebut ke hadapan Juraij.
Lalu Juraij berkata kepada mereka, 'Tolong beri aku waktu sebentar untuk
melaksanakan shalat.' Kemudian Juraij melaksanakan shalatnya. Seusai shalat,
Juraij menghampiri bayi tersebut dan menyentuh perutnya sambil berkata, 'Hai
anak kecil!, siapakah ayahmu sesungguhnya?' Lantas bayi tersebut menjawab,
'Fulan si pengembala.' Seketika, para warga menghadap Juraij, mengecupnya, dan
meminta berkah kepadanya. Mereka berkata, 'Kami akan membangun tempat ibadahmu
dari emas.' Juraij menaggapi, 'Tidak usah, saya ingin membangunnya lagi dari
tanah sebagaimana sebelumnya. Akhirnya mereka pun melakukannya.'
Ketiga, pada suatu ketika ada seorang bayi sedang menyusu pada ibunya.
Kemudian seorang lelaki mengendarai kendaraan yang indah dan serba bagus pakaiannya
melewatinya. Lantas ibunya berkata, 'Ya Allah, jadikanlah anakku ini seperti
orang itu!' Lantas anak tersebut melepaskan mulutnya dari susuan ibunya, lalu
menghadap dan melihat lelaki tersebut, kemudian ia berkata, 'Ya Allah, jangan
Engkau jadikan aku seperti orang itu!' Selanjutnya anak tersebut kembali
menyusu pada ibunya.
Saya seolah-olah
melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menirukan cara anak itu menyusu
dengan menggunakan jari telunjuk beliau dan beliau mengisapnya. Selanjutnya
beliau bersabda, 'Selanjutnya ada
orang-orang lewat dengan membawa seorang budak perempuan. Mereka memukulinya
dan mereka mencercanya sambil mengatakan, 'Engkau berzina, engkau mencuri.'
Sementara perempuan tersebut berkata, (Hasbiyallaah wa ni'mal wakil) 'Cukuplah
Allah sebagai penolongku dan Dia adalah sebaik-baik Zat yang memberikan
perlindungan.' Lantas ibu sang anak berkata, 'Ya Allah, jangan Engkau jadikan
anakku seperti perempuan itu!' Anak tersebut melepaskan susuannya lalu melihat
pada wanita itu kemudian berkata, 'Ya Allah, jadikanlah aku seperti perempuan
itu!'
Sampai di sini kedua belah pihak (ibu dan anaknya) saling tarik menarik
percakapannya. Ibunya berkata, 'Ada seorang lelaki yang kondisinya baik, lalu
saya berdo'a, 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti orang itu,' tetapi engkau
berkata, 'Ya Allah, jangan Engkau jadikan aku seperti orang itu.' Orang-orang
lewat dengan membawa budak perempuan dan mereka memukulinya, juga mengatakan,
'Engkau berzina, engkau mencuri.' Lantas saya berdo'a, 'Ya Allah, janganlah
Engkau menjadikan anakku seperti perempuan itu,' tetapi engkau berkata, 'Ya
Allah, jadikanlah aku seperti perempuan itu.' Bayi itu menjawab, 'Lelaki itu
adalah seorang yang berbuat semena-mena, maka itulah aku mengatakan, 'Ya Allah,
jangan Engkau jadikan aku seperti orang itu, sedangkan perempuan yang dikatakan
berzina oleh orang-orang, sebenarnya ia tidak berzina dan ia dikatakan mencuri,
padahal sebenarnya ia tidak mencuri. Oleh sebab itu, aku berdo'a, 'Ya Allah,
jadikanlah aku seperti perempuan itu'."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih:
Al-Bukhari (3436); Muslim (2550)].
Kosakata asing:
(Al-Mumisat)
artinya perempuan pezina.
(Dabbah farihah)
artinya binatang tunggangan yang bagus.
(Asy-syarah)
artinya keindahan yang nampak dalam tingkah laku dan pakaian.
(Taraja'a al-hadits)
artinya sang ibu berkata kepada bayinya dan si bayi berkata kepada ibunya.
Wallahu Ta'ala a'lam.
Penjelasan hadits:
Pada mulanya, Juraij adalah seorang pedagang. Suatu ketika,
dagangannya mengalami peningkatan dan pada kesempatan lain mengalami
kemerosotan. Lantas ia berkata, "Di
dalam perdagangan ini tidak ada hal yang baik. Sungguh, saya akan mencari
perdagangan yang lebih baik dari pada ini." Maka dari itu, ia
membangun tempat ibadah dan ia menjadi rahib di dalamnya. Hal ini diriwayatkan
oleh Imam Ahmad.
Dalam hadits marfu'
disebutkan, "Seandainya Juraij adalah seorang alim, pastilah ia mengetahui
bahwa menjawab panggilan ibunya lebih utama dari pada shalat."
Hadits ini mengandung beberapa faedah:
1. Mengutamakan panggilan ibu adalah lebih utama dari pada
shalat sunnah.
2. Orang jujur akan disertai Allah, fitnah akan tidak
membahayakannya.
3. Adanya karomah para wali.
4. Jiwa-jiwa penduduk dunia akan berhenti bersama
angan-angan yang nampak, berbeda dengan ahli hakikat, sebagaimana firman Allah 'Aza wa Jalla:
"Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya.
Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, 'Mudah-mudahan kita
memiliki harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun,
sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.' Tetapi
orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, 'Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala
Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan,
dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar'."
Wallahu Ta'ala a'lam.
Wassalamu'alaykum wa rahmatullah wa barakatuh.
Sumber:
Kitab 'RIYADHUSH SHALIHIN' - Imam
An-Nawawi.
Syarah: Syaikh Faishal Alu
Mubarak.
Takrij: Syaikh Nasiruddin
Al-Albani.
Alih bahasa: Tim Penterjemah
UMMUL QURA.
Penerbit: Ummul Qura - Jkt.
maaf std dalam buku riyadus sholihin halaman berapa kisah juraij ini, syukron
BalasHapus102
BalasHapus