Assalamu'alaykum wa Rahmatullah wa Barakaatuh..
Bismillahirahmannirrahiim..
"Yaa ayyuhalladziina aaamanut taqullah haqqo tuqootihi
wala tamutunna illa wa antum muslimun."
"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada
Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali
dalam keadaan beragama Islam."
(QS. Ali Imran: 102).
"Yaa ayyuhannasut taqu robbakumulladzii kholaqokum min
nafsin wa hidah wa kholaqo minha dzaujaha wa batstsa minhuma rijaalan katsiiron
wa nisaa a wattaqullahalladzii tasaa alunnabihi wal arhaama innallaaha kaana
'alaykum roqiiba."
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Robb kalian
yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, daripadanya Allah
menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan nama-Nya) kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian."
(QS. An Nisaa: 1).
"Yaa ayyuhalladziina aaamanut taqullaha wa qulu qaulan
sadida yushlih lakum a'maalakum wa yaghfirlakum dzunubakum wa mayyuti 'illaha
wa rasulahu faqod faaza fauzan 'adzhiima."
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian
kepada Allah dan katakanlah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah akan
memperbaiki bagi kalian amal-amal kalian dan mengampuni bagi kalian dosa-dosa
kalian. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar."
(QS. Al Ahzab: 70-71).
Syarah Hadits Arba'in an Nawawi
Hadits Ke-10:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu
dia berkata: Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu baik,
tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang
beriman sebagaimana Dia memerintahkan para Rasul-Nya. Allah Ta'ala berfirman:
'Wahai para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah.' Dan Dia
berfirman: 'Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari apa
yang Kami rizkikan kepada kalian'." Kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan:
"Ada
seseorang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia
menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berkata: 'Ya Rabbku, Ya Rabbku',
sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya
dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka bagaimana do'anya akan bisa
dikabulkan."
[HR. Muslim].
Sabda beliau Shallallahu
'alaihi wasallam: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu baik,
tidak menerima kecuali yang baik." Menunjukkan bahwa salah satu
asma Allah adalah Ath-Thayyib (Maha
Baik). Dia menerima amal yang memiliki sifat baik, ini umum untuk setiap amal,
termasuk di antaranya mata pencaharian. Seseorang tidak boleh beramal kecuali
amal shalih, tidak boleh bekerja kecuali pekerjaan yang baik, dan tidak boleh
membelanjakan hartanya kecuali untuk yang baik dan dari harta yang baik pula.
Sabda beliau Shallallahu
'alaihi wasallam: "Dan sesungguhnya Allah Ta'ala
memerintahkan orang beriman sebagaimana Dia memerintahkan para Rasul-Nya dengan
firman-Nya: 'Wahai para Rasul, makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah.'
Dan Dia berfirman: 'Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik
dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian'." Dalam dua ayat ini
Allah Ta'ala memerintahkan kepada
para Rasul ututsan-Nya sekaligus orang-orang yang menjadi tujuan diutusnya
mereka untuk makan dari yang baik-baik. Sebagaimana halnya para Rasul tidak
memakan kecuali dari makanan yang baik, maka demikian pula para pengikutnya
wajib untuk tidak makan kecuali yang baik.
Ucapannya: "Ada seseorang melakukan perjalanan
jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya
kelangit seraya berkata: 'Ya Rabbku, Ya Rabbku', padahal makanannya haram,
minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang
haram, maka bagaimana do'anya akan bisa dikabulkan." Ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan
bahwa Allah Ta'ala tidak menerima
kecuali yang baik dan bahwasanya para Rasul dan kaum mukminin diperintahkan
untuk makan dari yang baik, beliau menerangkan bahwa di antara manusia ada yang
menyelisihi hal ini. Makanannya tidak baik, sebaliknya mata pencahariannya
haram dan dia menggunakannya dalam setiap urusannya, seperti makanan, pakaian dan
gizi. Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam
menerangkan bahwa semua itu merupakan sebab tidak dikabulkannya do'anya.
Padahal pada dirinya terkumpul sebab dikabulkannya do'a, yang dalam hadits ini
disebutkan empat hal: Sedang dalam perjalanan jauh, berpenampilan kusut,
mengangkat kedua tangannya dalam do'anya dan memanggil Allah dengan Rububiyah-Nya, ditambah lagi dia
mengulang-ulang permohonannya.
Makna sabda beliau Shallallahu
'alaihi wasallam: "Bagaimana bisa do'anya
dikabulkan", beliau menerangkan bahwa kemungkinan diterima do'anya
adalah sangat kecil, karena adanya sebab-sebab yang menghalangi untuk terkabul.
Diantara kandungan hadits ini adalah:
1. Di antara nama Allah adalah Ath-Thayyib, artinya Maha Baik dari segala kekurangan. Demikian
pula salah satu sifat-Nya adalah Ath-Thayyib.
Sebab semua nama Allah musytaqqah dan
menunjukkan sifat yang diambil dari nama tersebut.
2. Seorang muslim wajib melakukan amal dan mata pencaharian
yang baik.
3. Sedekah tidak diterima kecuali dari harta yang halal.
Telah kuat dari Nabi Shallallahu 'alaihi
wasallam, bahwa beliau bersabda:
"Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci, tidak pula sedekah
dari harta curian."
[HR. Muslim (224)].
4. Allah memberikan keutamaan kepada para hamba-Nya dengan
berbagai nikmat, dan memerintahkan mereka untuk makan dari yang baik.
5. Mengkonsumsi yang haram merupakan salah satu sebab tidak
dikabulkannya do'a.
6. Di antara sebab dikabulkannya do'a adalah musafir dan
fakir (dalam hadits ini orang yang berpakaian lusuh).
7. Sebab lain dikabulkannya sebuah do'a adalah mengangkat
tangan ketika berdo'a.
8. Sebab lainnya adalah bertawassul hanya dengan nama-nama
Allah Ta'ala.
9. Sebab lainnya adalah memohon dengan perulangan kepada
Allah Ta'ala dalam berdo'a.
Sumber:
Kitab "Fathul Qawiyyil Matin
fi Syarhil Arba'in wa Tatimmatil Khamsin Lin Nawawi wa Ibni Rajab
Rahimahumallah."
Ditulis Oleh: Syaikh 'Abdul
Muhsin bin Hamd al-'Abbad al-Badr.
Diterjemahkan oleh:
Abu Habiib Sofyan Saladin.
Dalam Judul Versi Indonesia: "Syarah
Hadits Arba'in an-Nawawi" (Plus 8 Hadits Ibnu Rajab).
Penerbit: "Darul Ilmi", Cileungsi-Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar