Assalamu'alaykum wa Rahmatullah wa Barakatuh
KITAB RIYADHUSH
SHALIHIN
142. Bab Sunnah Mendo'akan Orang Yang Bersin (Tasymit) Jika
Ia Memuji Allah Ta'ala dan Makruh Mendo'akannya Jika Ia Tidak Memuji Allah
Serta Penjelasan Tentang Adab-adab Tasymit, Bersin dan Menguap.
Kata Tasymit, bisa
dengan menggunakan huruf syin
(bertitik) atau huruf sin (tanpa
titik). Makna syamittahu, yaitu
mendo'akannya agar seluruh kebaikan terkumpul padanya. At-Tasmit dengan huruf sin
(tanpa titik) artinya at-tabrik
(berkah), dikatakan samittahu, yaitu
mendo'akan keberkahan untuknya.
Abu Bakar Ibnu Al-Arabi berkata, "Ahli bahasa telah
membahas asal usul dua lafal ini, namun mereka tidak menjelaskan makna di
dalamnya. Padahal maknanya sangat indah sekali. Yaitu bahwa orang yang bersin
akan terasa longgarlah semua organ yang ada di kepala dan apa saja yang
terhubung dengan kepala seperti tengkuk dan yang lainnya. Dengan demikian,
apabila dikatakan kepadanya, yarhamukallahu,
maka itu artinya, semoga Dia memberimu rahmat, yang dengannya badanmu kembali
sehat seperti kondisi badanmu sebelum bersin, dan mengembalikan kondisinya
seperti semula tanpa ada sedikit pun perubahan.
Jika kata At-Tasmiit
dengan menggunakan huruf sin tanpa
titik, maka artinya semua organ tubuh kembali kepada keadaan seperti semula.
Sedangkan At-Tasymiit dengan huruf syin
bertitik, maka maknanya semoga Allah memelihara penopang-penopangnya, yakni
penopang-penopang yang dengannya badan menjadi tegak dan agar selalu
seimbang."
1/878.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu bahwasanya Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah mencintai bersin
dan benci pada menguap. Maka apabila salah seorang dari kalian bersin dan ia
memuji Allah 'Aza wa Jalla -yakni mengucapkan Alhamdulillah- maka wajib atas
setiap muslim yang mendengarnya untuk mengucapkan padanya, 'Yarhamukallah'
(Semoga Allah merahmatimu). Adapun menguap, ialah dari setan. Maka apabila
salah seorang dari kalian menguap hendaklah menahannya sekuat mungkin, sebab
ketika salah seorang dari kalian menguap, setan tertawa karenanya."
(HR. Al-Bukhari).
[Shahih: Al-Bukhari (6223)].
Penjelasan hadits:
Bersin terjadi ketika badan dalam kondisi ringan, pori-pori
terbuka dan tidak terlalu kenyang, sehingga hal tersebut mendorongnya untuk
rajin beribadah. Sedangkan menguap, ia terjadi karena berat badan yang
berlebihan, yang muncul karena banyak menyantap makanan dan campuran
didalamnya, sehingga membuatnya malas.
Al-Halimi berkata, "Hikmah disyariatkannya bertahmid
bagi orang yang bersin adalah bahwa bersin dapat mengeluarkan penyakit dari
otak, yang mana kekuatan pikiran ada di dalam otak, dan dari otaklah pusat
syaraf tumbuh yang merupakan mineral penting bagi indera. Dengan demikian,
tepatlah jika nikmat ini disambut dengan bacaan tahmid, memuji Allah."
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Tidak ada dasarnya tradisi
kebanyakan orang, yaitu menyempurnakan bacaan Al-Fatihah (ketika bersin),
setelah mengucapkan 'Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin' (Segala puji hanya milik
Allah, Rabb semesta alam)."
2/879.
Dari (Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu), dari Nabi Shallallahu 'alaihi
wasallam beliau bersabda, "Apabila salah seorang diantara kalian
bersin hendaklah mengucapkan, 'Alhamdulillah' dan hendaklah saudaranya atau
kawannya yang mendengar, mengucapkan 'Yarhamukallah', selanjutnya apabila
saudara atau kawannya tadi sudah mengucapkan 'Yarhamukallah', maka hendaklah
orang yang bersin itu mengucapkan 'Yahdikumullah wayushlihu balakum (Semoga
Allah memberikan petunjuk padamu dan membaguskan hatimu)'."
(HR Al-Bukhari).
[Shahih: Al-Bukhari (6224)].
Penjelasan hadits:
Ada yang mengatakan bahwa hikmah dari penggunaan kata
tunggal dalam do'a untuk orang yang bersin dan kata ganti jamak untuk untuk
orang yang menjawabnya karena rahmat adalah sesuatu yang dimintakan untuk orang
yang bersin seorang, karena ia tertimpa sesuatu yang memperlemah syarafnya dan
membahayakan badannya jika bukan karena rahmat Allah semata. Adapun hidayah, ia
adalah sesuatu yang dimintakan untuk semua kaum Mukminin, yang di antaranya
adalah si lawan bicara (orang yang mendo'akan tadi).
3/880.
Dari Abu Musa radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, 'Apabila salah seorang dari kalian bersin, lalu
mengucapkan alhamdulillah, maka bertasymit-lah untuknya, do'akanlah dengan:
yarhamukallah. Namun jika ia tidak mengucapkan alhamdulillah maka janganlah
kalian mendo'akannya'."
(HR. Muslim).
[Shahih: Muslim (2992)].
Penjelasan hadits:
Intisari hadits ini ialah bahwa orang yang bersin jika tidak
bertahmid kepada Allah maka tidak boleh di do'akan.
4/881.
Dari Anas radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Ada dua orang yang bersin di dekat
Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu beliau mendo'akan salah satunya dan
tidak mendo'akan yang lainnya. Lalu orang yang tidak di do'akan oleh beliau
berkata, 'Si Fulan bersin lalu Anda mendo'akannya dan saya juga bersin tetapi
Anda tidak mendo'akan saya?' Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam lalu menjawab,
'Orang ini setelah bersin mengucapkan alhamdulillah, sedang engkau tidak
mengucapkan alhamdulillah'."
(Muttafaq 'alaih).
[Shahih: Al-Bukhari (6225); Muslim (2991); Abu Dawud (5039);
dan At-Tirmidzi (2743)].
Penjelasan hadits:
Intisari hadits ini ialah ketentuan untuk menghormati orang
yang mengerjakan ketaatan dan mengabaikan orang yang meninggalkan ketaatan.
Al-Auza'i menceritakan bahwa ada seseorang yang bersin di
dekatnya tetapi ia tidak mengucapkan hamdalah. Maka Al-Auza'i berkata
kepadanya, "Apa yang engkau ucapkan ketika bersin?" Lelaki tersebut
menjawab, "Aku mengucapkan alhamdulillah."
Setelah itu, Al-Auza'i berkata kepadanya, "Yarhamukallah."
5/882.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Apabila Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam bersin, beliau meletakkan tangannya atau (kain) bajunya pada mulutnya
dan merendahkan -atau menahan- suaranya."
(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan ia mengatakan,
"Hadits hasan shahih.").
[Shahih: Abu Dawud (5029); At-Tirmidzi (2746)]. Dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih
At-Tirmidzi (2205).
Penjelasan hadits:
Intisari hadits ini ialah sunnah meletakkan (kain) baju pada
mulut dan hidung ketika bersin untuk mencegah keluarnya sesuatu yang mengganggu
teman duduknya, dan tidak perlu membungkukkan lehernya.
Ibnu Al-Arabi berkata, "Hikmah merendahkan suara bersin
adalah karena ketika suara bersin dikeraskan akan mengganggu orang lain."
Diriwayatkan dari hadits Ubadah secara marfu', "Apabila
salah seorang dari kalian bersendawa atau bersin maka janganlah mengeraskan
suaranya, karena setan suka jika suara sendawa dan bersin dikeraskan."
6/883.
Dari Abu Musa radhiyallahu
'anhu, ia berkata, "Orang-orang Yahudi pernah sengaja
bersin di dekat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan mereka berharap
beliau mendo'akan mereka dengan ucapan, 'Yarhamukallah,' tetapi beliau justru
mengucapkan, Yahdikumullah wa yushlihu balakum'."
(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan ia
mengatakan,"Hadits hasan shahih.").
[Shahih: Abu Dawud (5038); At-Tirmidzi (2740). Dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih At-Tirmidzi (2201)].
Penjelasan hadits:
Orang-orang Yahudi mengetahui kenabian dan risalah Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dalam batin
mereka, meskipun secara lahir mereka mengingkarinya karena dengki dan
membangkang.
Allah 'Aza wa Jalla
berfirman:
"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab
(Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya
sendiri."
(Al-Baqarah: 146).
Hadits ini menjelaskan bahwa orang kafir tidak perlu di
do'akan 'Yarhamukallah', namun di
do'akan 'Yahdikumullah wa yushlihu
balakum'.
6/884.
Dari Sa'id Al-Kudri radhiyallahu
'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, "Jika salah seorang dari kalian menguap
hendaklah menutup mulutnya dengan tangannya, sebab setan akan masuk."
(HR. Muslim).
[Shahih: Muslim (2995); Abu Dawud (5026)].
Penjelasan hadits:
Intisari dari hadits ini adalah sunnah menutupkan tangan
pada mulut ketika menguap, karena setan akan masuk mulut ketika seseorang
menguap.
Sumber:
Kitab 'RIYADHUSH SHALIHIN' - Imam
An-Nawawi.
Syarah: Syaikh Faishal Alu
Mubarak.
Takrij: Syaikh Nasiruddin
Al-Albani.
Alih bahasa: Tim Penterjemah
UMMUL QURA.
Penerbit: Ummul Qura - Jkt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar