AHLAN WA SAHLAN YA IKHWAH...
Sedikit kata untuk kita renungkan bersama...

Selasa, 12 Januari 2016

KITAB RIYADHUSH SHALIHIN, Bab Penegasan Larangan Praktik Sihir

Bismillaahir rahmaanir rahiim
Assalamu'alaykum wa rahmatullaah wa barakaatuh.


"Innal hamdalillaah nahmaduhu wanasta'iinuhu wanastaghfiruhu wana'uzdubillaahi minsyururi anfusinaa waminsayyi aati 'amaalinaa mayyahdihillaahu falaa mudhillalah wamayyudlil falaa hadiyalah."


"Asyhadu alaa ilaha illallaah wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu warasuuluh laa nabiy ya ba'da."


"Segala puji hanya milik Allah 'Aza wa Jalla, kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan kepada-Nya, kita memohon ampun kepada-Nya, dan kita berlindung kepada-Nya dari kejelekan-kejelekan diri kita dan kejelekan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah 'Aza wa Jalla maka tidak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah 'Aza wa Jalla maka tidak seorangpun yang dapat memberi hidayah kepadanya."


"Aku bersaksi bahwa tidak ada yang patut disembah dengan haq (benar) kecuali Allah 'Aza wa Jalla saja, dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Dan tidak ada Nabi setelahnya"


Qola Ta'ala fii Kitabul Karim: "Yaa ayyuhal ladziina aamanu taqullaaha haqqo tuqootih walaa tamuutunna illaa wa antum muslimun."


Allah Ta'ala berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam."
(QS. Ali Imran: 102).


Wa qola Ta'ala: "Yaa ayyuhan naasuttaquu robbakumul ladzii kholaqokum min nafsi wa hidah wa kholaqo minhaa dzaujaha wa batstsa minhuma rijaalan katsiiran wanisaa a wattaqullaah alladzii tasaa aluunabihi wal arhaama innallaaha kaana 'alaikum roqiibaa."


Dan AllahTa'ala berfirman: "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, daripadanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan nama-Nya) kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian."
(QS. An Nisaa: 1).


Wa qola Ta'ala: "Yaa ayyuha lladziina aamanut taqullaah waquuluu qaulan sadiida yushlih lakum a'maalakum wa yaghfir lakum dzunuubakum wamayyuti 'illaah wa rasullahuu waqod faaza fauzan 'adzhiima."


Dan Allah Ta'ala berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan katakanlah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagi kalian amal-amal kalian dan mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."
(QS. Al Ahzab: 70-71).


Amma ba'du, "Fa inna ashdaqol hadiitsi kitaabullaah wa khairal hadi hadi muhammadin shallallaahu 'alaihi wasallam wasyarril umuuri muhdatsaa tuhaa wakulla muhdatsa tin bid'ah wakulla bid'atin dholaalah wakulla dholaalatin fiinnar."


Amma ba'du: "Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan ada di neraka."


"Pembahasan KITAB RIYADHUSH SHALIHIN"


362. Bab Penegasan Larangan Praktik Sihir.


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia."
(QS. Al-Baqarah: 102).


Al-Bukhari rahimahullah menyebutkan bab sihir dan firman Allah 'Aza wa Jalla, "Tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia." (QS. Al-Baqarah: 102).


Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, "Ar-Raghib dan lainnya menjelaskan, sihir memiliki beberapa makna:

Sihir yang lembut dan samar. 'Sahartu ash-shabiyya' artinya aku menipu dan memanfaatkan anak kecil.

Sihir yang dilakukan dengan tipuan dan ilusi yang tidak nyata, seperti yang dilakukan tukang sulap dengan mengalihkan perhatian dari apa yang ia lakukan dengan tangannya secara rahasia. Inilah yang diisyaratkan oleh firman Allah 'Aza wa Jalla, 'Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ia merayap cepat, karena sihir mereka.' (QS. Thaha: 66)

Sihir yang dilakukan dengan bantuan setan dengan mendekatkan diri kepada mereka, seperti diisyaratkan firman Allah 'Aza wa Jalla, "Tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia.' (QS. Al-Baqarah: 102)

Sihir yang dilakukan melalui ramalan bintang dan pemanggilan ruh seperti yang mereka kira."


Nyata tidaknya sihir diperdebatkan. Sebagian ulama mengatakan, "Sihir hanyalah ilusi belaka, tidak nyata."


Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, "Yang benar, sihir itu nyata. Inilah yang diputuskan jumhur dan disetujui oleh seluruh ulama."


Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, "Ayat ini menjelaskan asal-usul sihir yang dipraktikan kaum Yahudi; kepalsuan yang dibuat-buat para setan terhadap Sulaiman bin Dawud; dan apa yang diturunkan kepada malaikat Harut dan Marut di bumi Babilonia. Ayat ini dijadikan dalil bahwa sihir adalah kekufuran dan yang mempelajarinya kafir. Kekufuran ini sangat jelas di beberapa jenis sihir, yaitu penyembahan terhadap setan atau bintang. Sedangkan jenis lain yang termasuk kategori sulap, orang yang mempelajari sulap sama sekali tidak kafir."


Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, "Mempraktikkan sihir haram hukumnya, dan termasuk salah satu dosa besar berdasarkan ijmak. Jika dalam praktik sihir terdapat kata-kata atau tindakan yang menyebabkan kafir, berarti sihir tersebut merupakan kekufuran. Jika tidak mengandung hal-hal yang menyebabkan kafir, berarti bukan kekufuran. Belajar dan mengajarkan ilmu sihir hukumnya haram. Jika mengandung muatan yang menyebabkan kafir, pelakunya kafir dan diminta bertaubat, ia harus dibunuh. Jika bertaubat, taubatnya diterima. Namun, jika tidak mengandung muatan yang menyebabkan kafir, pelakunya dihukum dengan hukuman ta'zir."


Diriwayatkan dari Malik, "Penyihir itu kafir, harus dibunuh tanpa diminta untuk bertaubat, bahkan harus dibunuh seperti orang zindiq."


Iyadh berkata, "Imam Ahmad rahimahullah, sejumlah shahabat, dan tabi'in juga memiliki pendapat yang sama dengan pendapat Imam Malik."


Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Dengan menyebut ayat ini, Al-Bukhari mengisyaratkan memilih memvonis kafir terhadap penyihir berdasarkan firman Allah 'Aza wa Jalla, 'Tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia.' (QS. Al-Baqarah: 102). Sebab, secara tekstual ayat ini menunjukkan setan kafir karena sihir. Tidaklah seseorang menjadi kafir karena mengajarkan sesuatu, melainkan karena sesuatu itu kafir.

Begitu juga dengan firman Allah 'Aza wa Jalla melalui lisan dua malaikat dalam ayat yang sama, 'Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.' (QS. Al-Baqarah: 102). Ayat ini mengisyaratkan, mempelajari sihir adalah perbuatan kufur. Dengan demikian, mempraktikkan sihir adalah kekufuran. Ini semua jelas seperti yang telah saya sampaikan terkait praktik beberapa jenis-jenis sihir."
Demikian penjelasan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah secara singkat.


1/1793.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Jauhilah tujuh hal yang membinasakan!" Mereka (para shahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, apa saja?" Beliau menjawab, "Menyekutukan Allah, melakukan sihir, membunuh nyawa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri saat perang, dan menuduh zina wanita-wanita yang baik, beriman, dan lalai (dari kemaksiatan)."
[Muttafaqun 'alaih].
[Shahih: Al-Bukhari (2766) dan Muslim (89)].


Kosakata asing:


(Al-Mubiqat): Sesuatu yang membinasakan.


Penjelasan hadits:


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Sesungguhnya, barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka, dan tak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu."
(QS. Al-Ma'idah: 72).


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, 'Sesungguhnya, kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.' Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka, dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu."
(QS. Al-Baqarah: 102).


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Dan barang siapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya."
(QS. An-Nisaa: 93).


Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barang siapa membunuh mu'ahid (orang kafir yang mengadakan perjanjian damai dengan orang-orang Islam), maka ia tidak akan mencium aroma surga."


Allah 'Aza wa Jalla berfirman:


"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Rabbnya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."
(QS. Al-Baqarah: 275).


"Sesungguhnya, orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)."
(QS. An-Nisaa: 10).


"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur) dan barang siapa mundur pada waktu itu, kecuali bebelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahanam, seburuk-buruk tempat kembali."
(QS.Al-Anfal: 15-16).


"Sungguh, orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan baik dan beriman (dengan tuduhan berzina), mereka dilaknat di dunia dan di akhirat, dan mereka akan mendapat azab yang besar."
(QS. An-Nur: 23).


Wallahu Ta'ala a'lam.
Wassalamu'alaykum wa rahmatullah wa barakatuh.


Sumber:

Kitab 'RIYADHUSH SHALIHIN' - Imam An-Nawawi.
Syarah: Syaikh Faishal Alu Mubarak.
Takrij: Syaikh Nasiruddin Al-Albani.
Alih bahasa: Tim Penterjemah UMMUL QURA.

Penerbit: Ummul Qura - Jkt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar