PEMBAHASAN KITAB RIYADHUS SHALIHIN, Penjelasan Tentang Menjaga Rahasia.
Assalamu'alaikum wa Rahmatullaah wa Barakaatuh..
85. Bab Menjaga Rahasia
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti
diminta pertanggungan jawabnya."
(QS. Al-Isra': 34).
Ayat ini disebutkan dalam pembahasan menjaga rahasia dikarenakan
ia termasuk perkara yang biasa diadakan perjanjian untuk merahasiakannya baik
secara lafal ataupun isyarat yang menunjukkan maksud suatu keadaan.
1/685.
Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu'anhu, ia berkata,
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Sesungguhnya manusia
yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat ialah seorang
laki-laki yang menyetubuhi istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya,
kemudian suami menyebarkan rahasia istrinya.
(HR. Muslim)
[Shahih Muslim (1437)].
Penjelasan:
Hadits ini sebagai ancaman keras bagi orang yang
menceritakan detail-detail aktivitas yang terjadi antara dirinya dan istrinya
pada saat bersetubuh.
2/686.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu'anhu, ketika Hafshah
menjanda, Umar radhiyallahu'anhu berkata, "Aku menemui Utsman bin Affan
dan aku tawarkan Hafshah kepadanya. Kukatakan, 'Kalau engkau mau, akan aku
nikahkan engkau dengan Hafshah binti Umar.' Utsman menjawab, 'Aku akan
mempertimbangkan urusanku dulu.' Aku pun menunggu beberapa malam, kemudian ia
menemuiku dan berkata, 'Sepertinya aku belum akan menikah pada masa sekarang
ini'. "Umar berkata, "Lalu aku menemui Abu Bakar dan kukatakan
kepadanya, 'Kalau engkau mau, akan aku nikahkan engkau dengan Hafshah binti
Umar.' Abu Bakar diam dan tidak memberi suatu jawaban pun kepadaku. Kemarahanku
kepadanya jauh lebih memuncak daripada kepada Utsman. Aku pun menunggu beberapa
malam, hingga kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam meminangnya.
Maka aku pun menikahkan Hafshah dengan beliau Shallallahu
'alaihi wasallam. Setelah itu, Abu Bakar menemuiku dan berkata, 'Sepertinya
engkau marah kepadaku pada saat engkau menawarkan Hafshah kepadaku namun aku
tidak memberi suatu jawaban apapun.' Aku menjawab, 'Benar.' Abu Bakar berkata,
'Sebenarnya tidak ada yang menghalangiku untuk memberi jawaban kepadamu
mengenai apa yang engkau tawarkan kepadaku, hanya saja aku telah mengetahui
bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sering menyebut-nyebut Hafshah,
dan aku tidak ingin menyebarkan rahasia Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam. Seandainya beliau Shallallahu 'alaihi wasallam meninggalkannya, pasti
aku akan menerima tawaranmu'."
(HR. Al-Bukhari).
[Shahih: Al-Bukhari (4005, 5122, 5129, 5145)].
Penjelasan:
1. Bolehnya seseorang menawarkan/mengenalkan anak
perempuannya kepada orang yang memiliki kebaikan.
2. Anjuran untuk menyembunyikan rahasia dan berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk menyembunyikannya.
3/687.
Dari Aisyah radhiyallahu'anha, ia berkata, "Suatu saat,
semua istri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sedang berada di sisi
beliau. Lalu datanglah Fatimah dengan berjalan kaki yang mana cara jalannya
tidak berbeda sedikitpun dengan cara jalannya Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam. Tatkala melihatnya, beliau pun menyambutnya dengan mengucapkan,
'Selamat datang wahai putriku!' sesudah itu, beliau mempersilahkannya duduk di
sebelah kanan atau di sebelah kiri beliau. Kemudian beliau Shallallahu 'alaihi
wasallam membisikkan sesuatu kepada Fatimah hingga ia menangis tersedu-sedu.
Tatkala melihat kesedihan Fatimah, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
pun membisikkan sesuatu lagi kepadanya hingga ia tertawa. Lalu aku (Aisyah)
bertanya kepada Fatimah, 'Wahai Fatimah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
memberikan keistimewaan kepadamu di hadapan para istri beliau dengan
membisikkan suatu rahasia, kemudian kamu menangis.'
Sesudah Rasulullah bangkit berlalu, aku pun bertanya kepada
Fatimah, 'Apa yang dikatakan Rasulullah kepadamu?' Fatimah menjawab, 'Aku tidak
ingin menyebarkan rahasia Rasulullah.' Sesudah Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam wafat, aku berkata, 'Aku hanya bermaksud menanyakan rahasia yang ada
padamu saat dulu kamu tidak mau menceritakan kepadaku apa yang disampaikan
Rasulullah.' Fatimah menjawab, 'Kalau sekarang aku akan memberitahukannya.
Dulu, pada saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membisikkan sesuatu
kepadaku, yang pertama kali beliau membisikkan bahwa Jibril dan beliau biasanya
bertadarus Al-Qur'an satu atau dua kali dalam setiap tahun, dan sekarang beliau
bertadarus kepada Jibril sebanyak dua kali. 'Sungguh, aku (Rasulullah)
diperlihatkan bahwa ajalku telah dekat. Karena itu, bertakwalah kepada Allah
dan bersabarlah. Sebab sebaik-baik pendahulumu adalah aku'. Hingga karenanya
aku pun menangis, seperti yang kamu lihat dulu. Tatkala Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam melihat kesedihanku, maka beliau pun membisikku lagi, 'Hai
Fatimah, maukah engkau bila menjadi pemimpin para istri orang-orang Mukmin atau
pemimpin para wanita umat ini? Maka saya pun tertawa seperti yang dulu kamu
lihat."
(Muttafaq Alaih, dan lafal ini milik Muslim).
[Shahih: Al-Bukhari (3623, 3624, 3625, 3715, 4433, 6285) dan
Muslim (2450)].
Penjelasan:
1. Mendahulukan sikap ramah sebelum memberitahukan sebuah
perkara.
2. Pahala kesabaran itu sesuai dengan kadar besarnya
musibah.
3. Lemah lembut Allah Subhanahu wa Ta'ala berupa mengganti
yang pecah dengan yang kuat, kesedihan dengan kegembiraan, dan kesulitan dengan
kemudahan.
4. Kewajiban menjaga rahasia.
4/688.
Dari Tsabit, dari Anas radhiyallahu'anhu, ia berkata,
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendatangiku ketika aku
sedang bermain dengan beberapa anak muda. Lalu beliau mengucapkan salam kepada
kami dan menyuruhku untuk suatu keperluan, hingga aku terlambat pulang ke rumah
ibuku. Setibanya aku di rumah, ibuku bertanya, 'Apa yang menahanmu (hingga
terlambat)? Aku pun menjawab, Tadi Rasulullah menyuruhku untuk suatu
keperluan.' Ibuku bertanya, 'Apa keperluan beliau?' Aku menjawab, 'Itu
rahasia.' ibuku berkata, 'Kalau begitu, jangan kamu beritahukan rahasia
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam itu kepada seorangpun'." Anas
berkata, "Demi Allah, kalau aku boleh memberitahukan rahasia tersebut
kepada seseorang, pasti aku pun akan memberitahukannya pula kepadamu, wahai
Tsabit!"
(HR Muslim, dan Al-Bukhari meriwayatkan sebagiannya secara
ringkas).
[Shahih: Muslim (2482), Al-Bukhari (6289) dengan lafal yang
berbeda namun semakna)].
Penjelasan:
1. Bagusnya akhlak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.
2. Menjaga rahasia itu hukumnya berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan kondisi. Adakalanya, ia boleh diberitahukan sesudah wafatnya orang
yang memberikan rahasia itu, sebagaimana dalam hadits 'Aisyah dan Fatimah,
namun adakalanya tidak boleh diberitahukan.
Sumber:
‘KITAB RIYADHUS SHALIHIN’, Imam An-Nawawi.
Syarah: Syaikh Faishal Alu Mubarak.
Takhrij: Syaikh Nashiruddin Al-Albani.
Alih bahasa: Tim Penterjemah UMMUL QURA.
Penerbit: UMMUL QURA; Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar