AHLAN WA SAHLAN YA IKHWAH...
Sedikit kata untuk kita renungkan bersama...

Selasa, 25 November 2014

KITAB RIYADHUS SHALIHIN, Penjelasan Tentang Menjaga Rahasia.

PEMBAHASAN KITAB RIYADHUS SHALIHIN, Penjelasan Tentang Menjaga Rahasia.
Assalamu'alaikum wa Rahmatullaah wa Barakaatuh..


85. Bab Menjaga Rahasia



Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:



"Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya."
(QS. Al-Isra': 34).



Ayat ini disebutkan dalam pembahasan menjaga rahasia dikarenakan ia termasuk perkara yang biasa diadakan perjanjian untuk merahasiakannya baik secara lafal ataupun isyarat yang menunjukkan maksud suatu keadaan.



1/685.
Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat ialah seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya, kemudian suami menyebarkan rahasia istrinya.
(HR. Muslim)
[Shahih Muslim (1437)].



Penjelasan:



Hadits ini sebagai ancaman keras bagi orang yang menceritakan detail-detail aktivitas yang terjadi antara dirinya dan istrinya pada saat bersetubuh.



2/686.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu'anhu, ketika Hafshah menjanda, Umar radhiyallahu'anhu berkata, "Aku menemui Utsman bin Affan dan aku tawarkan Hafshah kepadanya. Kukatakan, 'Kalau engkau mau, akan aku nikahkan engkau dengan Hafshah binti Umar.' Utsman menjawab, 'Aku akan mempertimbangkan urusanku dulu.' Aku pun menunggu beberapa malam, kemudian ia menemuiku dan berkata, 'Sepertinya aku belum akan menikah pada masa sekarang ini'. "Umar berkata, "Lalu aku menemui Abu Bakar dan kukatakan kepadanya, 'Kalau engkau mau, akan aku nikahkan engkau dengan Hafshah binti Umar.' Abu Bakar diam dan tidak memberi suatu jawaban pun kepadaku. Kemarahanku kepadanya jauh lebih memuncak daripada kepada Utsman. Aku pun menunggu beberapa malam, hingga kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam meminangnya.



Maka aku pun menikahkan Hafshah dengan beliau Shallallahu 'alaihi wasallam. Setelah itu, Abu Bakar menemuiku dan berkata, 'Sepertinya engkau marah kepadaku pada saat engkau menawarkan Hafshah kepadaku namun aku tidak memberi suatu jawaban apapun.' Aku menjawab, 'Benar.' Abu Bakar berkata, 'Sebenarnya tidak ada yang menghalangiku untuk memberi jawaban kepadamu mengenai apa yang engkau tawarkan kepadaku, hanya saja aku telah mengetahui bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sering menyebut-nyebut Hafshah, dan aku tidak ingin menyebarkan rahasia Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Seandainya beliau Shallallahu 'alaihi wasallam meninggalkannya, pasti aku akan menerima tawaranmu'."
(HR. Al-Bukhari).
[Shahih: Al-Bukhari (4005, 5122, 5129, 5145)].



Penjelasan:



1. Bolehnya seseorang menawarkan/mengenalkan anak perempuannya kepada orang yang memiliki kebaikan.



2. Anjuran untuk menyembunyikan rahasia dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menyembunyikannya.



3/687.
Dari Aisyah radhiyallahu'anha, ia berkata, "Suatu saat, semua istri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sedang berada di sisi beliau. Lalu datanglah Fatimah dengan berjalan kaki yang mana cara jalannya tidak berbeda sedikitpun dengan cara jalannya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Tatkala melihatnya, beliau pun menyambutnya dengan mengucapkan, 'Selamat datang wahai putriku!' sesudah itu, beliau mempersilahkannya duduk di sebelah kanan atau di sebelah kiri beliau. Kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wasallam membisikkan sesuatu kepada Fatimah hingga ia menangis tersedu-sedu. Tatkala melihat kesedihan Fatimah, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pun membisikkan sesuatu lagi kepadanya hingga ia tertawa. Lalu aku (Aisyah) bertanya kepada Fatimah, 'Wahai Fatimah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memberikan keistimewaan kepadamu di hadapan para istri beliau dengan membisikkan suatu rahasia, kemudian kamu menangis.'
Sesudah Rasulullah bangkit berlalu, aku pun bertanya kepada Fatimah, 'Apa yang dikatakan Rasulullah kepadamu?' Fatimah menjawab, 'Aku tidak ingin menyebarkan rahasia Rasulullah.' Sesudah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam wafat, aku berkata, 'Aku hanya bermaksud menanyakan rahasia yang ada padamu saat dulu kamu tidak mau menceritakan kepadaku apa yang disampaikan Rasulullah.' Fatimah menjawab, 'Kalau sekarang aku akan memberitahukannya. Dulu, pada saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membisikkan sesuatu kepadaku, yang pertama kali beliau membisikkan bahwa Jibril dan beliau biasanya bertadarus Al-Qur'an satu atau dua kali dalam setiap tahun, dan sekarang beliau bertadarus kepada Jibril sebanyak dua kali. 'Sungguh, aku (Rasulullah) diperlihatkan bahwa ajalku telah dekat. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah. Sebab sebaik-baik pendahulumu adalah aku'. Hingga karenanya aku pun menangis, seperti yang kamu lihat dulu. Tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam melihat kesedihanku, maka beliau pun membisikku lagi, 'Hai Fatimah, maukah engkau bila menjadi pemimpin para istri orang-orang Mukmin atau pemimpin para wanita umat ini? Maka saya pun tertawa seperti yang dulu kamu lihat."
(Muttafaq Alaih, dan lafal ini milik Muslim).
[Shahih: Al-Bukhari (3623, 3624, 3625, 3715, 4433, 6285) dan Muslim (2450)].



Penjelasan:



1. Mendahulukan sikap ramah sebelum memberitahukan sebuah perkara.



2. Pahala kesabaran itu sesuai dengan kadar besarnya musibah.



3. Lemah lembut Allah Subhanahu wa Ta'ala berupa mengganti yang pecah dengan yang kuat, kesedihan dengan kegembiraan, dan kesulitan dengan kemudahan.



4. Kewajiban menjaga rahasia.



4/688.
Dari Tsabit, dari Anas radhiyallahu'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendatangiku ketika aku sedang bermain dengan beberapa anak muda. Lalu beliau mengucapkan salam kepada kami dan menyuruhku untuk suatu keperluan, hingga aku terlambat pulang ke rumah ibuku. Setibanya aku di rumah, ibuku bertanya, 'Apa yang menahanmu (hingga terlambat)? Aku pun menjawab, Tadi Rasulullah menyuruhku untuk suatu keperluan.' Ibuku bertanya, 'Apa keperluan beliau?' Aku menjawab, 'Itu rahasia.' ibuku berkata, 'Kalau begitu, jangan kamu beritahukan rahasia Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam itu kepada seorangpun'." Anas berkata, "Demi Allah, kalau aku boleh memberitahukan rahasia tersebut kepada seseorang, pasti aku pun akan memberitahukannya pula kepadamu, wahai Tsabit!"
(HR Muslim, dan Al-Bukhari meriwayatkan sebagiannya secara ringkas).
[Shahih: Muslim (2482), Al-Bukhari (6289) dengan lafal yang berbeda namun semakna)].



Penjelasan:



1. Bagusnya akhlak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.



2. Menjaga rahasia itu hukumnya berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kondisi. Adakalanya, ia boleh diberitahukan sesudah wafatnya orang yang memberikan rahasia itu, sebagaimana dalam hadits 'Aisyah dan Fatimah, namun adakalanya tidak boleh diberitahukan.



Adapun lafal Al-Bukhari yang diriwayatkan dari Anas ialah, "Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pernah membisikkan suatu rahasia kepadaku, lalu aku tidak memberitahukannya kepada seorang pun sepeninggal beliau Shallallahu 'alaihi wasallam. Ibuku, Ummu Sulaim, pun pernah menanyakan rahasia tersebut kepadaku, namun aku tidak memberitahukannya."





Sumber:
‘KITAB RIYADHUS SHALIHIN’, Imam An-Nawawi.
Syarah: Syaikh Faishal Alu Mubarak.
Takhrij: Syaikh Nashiruddin Al-Albani.
Alih bahasa: Tim Penterjemah UMMUL QURA.
Penerbit: UMMUL QURA; Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar