AHLAN WA SAHLAN YA IKHWAH...
Sedikit kata untuk kita renungkan bersama...

Selasa, 24 Februari 2015

SYARAH HADITS ARBA'IN AN-NAWAWI, Hadits Ke-12

Hadits Ke-12:


"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya."
(Hadits hasan, Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan lainnya seperti ini).


Makna hadits ini adalah seorang muslim itu meninggalkan hal yang tidak penting baginya dalam urusan agama dan dunia, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Artinya dia harus berusaha keras melakukan hal yang berguna baginya dalam semua itu.


Ibnu Rajab berkata dalam Jami'ul Ulum Wal Hikam [I/288-289]: "Makna hadits ini bahwasanya orang yang baik keislamannya akan meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak berguna dan membatasi diri dengan ucapan dan perbuatan yang berguna. Makna Ya'nihi adalah inayah (perhatian) nya tercurah padanya serta menjadi maksud dan tujuannya. Inayah artinya sangat memperhatikan sesuatu.
Dikatakan:


"Anaahu ya'niihi"


Artinya:


"Dia memperhatikannya dan meninggalkannya."


Maksudnya bukanlah meninggalkan sesuatu yang tidak dia perhatikan dan tidak dia inginkan menurut hawa nafsu. Namun harus menurut hukum Islam dan Islam. Sebab itulah hal ini dijadikan sebagai salah satu bentuk kebaikan Islam seseorang. Jika baik keislaman seseorang maka dia akan meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak berguna baginya dalam Islam. Sesungguhnya Islam menuntut untuk melakukan perkara-perkara wajib sebagaimana telah disebutkan pada penjelasan hadits Jibril 'alaihis salaam. Sesungguhnya termasuk kategori Islam yang sempurna lagi terpuji meninggalkan perkara-perkara haram. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam:


"Seorang muslim adalah kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya."


Jika keislaman seseorang baik artinya dia akan meninggalkan segala hal yang tidak berguna dari setiap perkara haram, syubhat, makruh dan perkara-perkara mubah yang tidak dibutuhkan. Semua perkara ini tidaklah berguna bagi seorang muslim jika sempurna Islamnya mencapai derajat Ihsan. Yaitu dia beribadah kepada Allah Ta'ala seolah dia melihat-Nya, jika dia tidak melihat-Nya sesungguhnya Allah melihatnya. Barangsiapa yang beribadah kepada Allah dengan menghayati bahwa Allah Maha Dekat dan mengawasinya maka Islamnya telah baik. Konsekuensinya dia meninggalkan segala hal yang tidak berguna baginya dalam Islam dan menyibukkan diri dengan hal yang berguna baginya. Dari kedua sikap ini terlahir rasa malu kepada Allah dan meninggalkan segala hal yang dimalukannya tersebut."


Di antara kandungan hadits ini adalah:


1. Seorang insan meninggalkan hal-hal yang tidak berguna baginya dalam perkara agama dan duniawinya.


2. Seorang insan menyibukkan diri dengan apa yang berguna baginya dari perkara agama dan duniawinya.


3. Meninggalkan sesuatu yang tidak berguna akan memberikan ketenangan, memelihara waktu dan menyelamatkan kehormatan.


4. Manusia bertingkat-tingkat dalam Islam.


Sumber:

Kitab “Fathul Qawiyyil Matin fi Syarhil Arba’in wa Tatimmatil Khamsin Lin Nawawi wa Ibni Rajab Rahimahumallah.”, oleh: Syaikh ‘Abdul Muhsin bin Hamd al-‘Abbad al-Badr. (Ulama Ahli Hadits Kota Madinah an-Nabawiyah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar