Ini adalah sebuah kitab yang
berjudul 'Dialog bersama kaum sufi',
kami hadirkan kepada saudara-saudara para penuntut ilmu. Semoga Allah ( memberi
manfaat dan petunjuk dengannya kepada kaum yang telah tersesat dari jalan Allah
(. Dalam buku ini, pengarang membela Syaikh Imam Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah dan membahas tentang
dakwahnya yang bersih –semoga Allah ( membalaskan kebaikan kepadanya.
Pengarang
buku ini adalah salah seorang dai, yaitu saudara kita Syaikh Abu Bakar al-Iraqi
–semoga Allah ( memberi taufik kepadanya untuk yang dicintai dan diridhai-Nya.
Beliau termasuk orang yang berdakwah kepada Allah (, kepada tauhid-Nya, dan
menolak segala bid'ah dan khurafat. Beliau termasuk orang yang mengalami
kebanyakan persoalan kita ini, semoga Allah ( menolongnya di dalam dakwahnya
dan menambah kebaikan dan keteguhan kepadanya. Dia –hafidhahullah- memberikan hadiah satu buah dari kitabnya ini,
ternyata membahas masalah penting, sekalipun singkat, dan aku melihat sangat
perlu untuk dipublikasikan –semoga Allah ( memberi manfaat dengannya.
Lalu
aku mengawasi percetakannya dan mentashhihnya sebatas kemampuan. Aku memohon
kepada Allah ( agar menjauhkan kita dari kekeliruan, mengampuni dosa kita,
memberi taufik kepada pengarang kitab ini, memberi manfaat dengan kepadanya,
memberi manfaat dengannya, meneguhkan kita dan dia, dan memberi manfaat kepada
pembacanya.
Kemudian,
sesungguhnya agama ini adalah nasehat, maka barangsiapa yang menemukan
kesalahan maka hendaklah ia memberi arahan dan nasehat, dan barangsiapa yang
ingin mengirim nasehat atau merevisi atau koreksi, maka semoga Allah ( memberi
balasan kebaikan kepadanya, dan untuknya kami haturkan ucapan terima kasih dan
penghargaan, dan dia diberi pahala –Insya Allah (.
Ditulis oleh
Abu Yazid as-Sabi'i
Semoga Allah ( mengampuninya,
kedua orang tuanya, dan semua kaum muslimin
Dan semoga Allah ( memberi rahmat
kepada hamba yang berkata 'Amin'.
Riyadh, malam Jum'at tanggal
3-5-1410 H.
Alamat: P.O.Box 60517 Riyadh
11555
Pembukaan
Sesungguhnya
pujian hanya bagi Allah (, kita memuji-Nya, memohon pertolongan, petunjuk dan
ampunan serta bertaubat kepada-Nya (. Kita berlindung kepada Allah ( dari
kejahatan diri kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi
petunjuk oleh Allah ( maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barangsiapa
yang disesatkan maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Hanya kepada-Nya
aku bertawakkal dan kembali. Ya Allah, berilah rahmat dan kesejahteraan kepada
nabi dan pilihan-Mu Muhammad (, dan kepada keluarga dan semua sahabatnya. Dan
sesudah itu:
Maka
ini merupakan ringkasan dialog yang terjadi di antara saya dan beberapa
pemimpin kaum sufi di Iraq dalam beberapa majelis dan di beberapa wilayah yang
berbeda sekitar dakwah penuh berkah yang telah dilakukan oleh Syaikh Imam
Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah,
dan beberapa masalah yang digembar gemborkan di sekitarnya dan yang dikatakan
tentangnya. Aku menjawab dalam dialog ini tentang beberapa masalah keraguan
yang dibuat-buat. Aku menjelaskan di dalamnya
kebenaran yang dipegang oleh Imam dan para pengikutnya dan kebatilan
segala tuduhan yang ditujukan kepada beliau dan para pengikutnya. Buku ini saya
beri judul 'Dialog Bersama Kaum Sufi'.
Aku
memohon kepada Allah ( agar memberi taufik kepadaku untuk melayani dakwah dan
mengikuti salafus shalih –semoga Allah ( ridha-Nya kepada mereka semua. Dan
segala puji bagi Allah ( Rabb semesta amal.
Muhibbusy Syaikhain Abu Bakar
al-Iraqi
1 Ramadhan 1409 H.
Nasehat dan harapan sebelum memulai dialog
Nasehatku
kepada setiap muslim yang ingin dan cemburu terhadap agama dan akidahnya agar
membaca buku-buku Syaikhul Islam Imam Muhammad bin Abdul Wahab –rahimahullah-, dan bersambung dengan
murid-murid dakwahnya yang sangat banyak –segala puji bagi Allah (-. Kemudian
setelah itu mengambil keputusan terhadap dakwahnya yang penuh berkah dan para
dai kepadanya.
Saudaraku
seagama, dahulu aku adalah seorang murid di sekolah agama (islam) di kota kami,
dan syaikh di sekolah –dia seorang sufi thariqat (aliran) Qadiriyah- berbicara
kepada kami tentang Syaikh dan dakwahnya yang bertentangan dengan kebenaran dan
hakikat. Dia melarang kami membaca buku-bukunya dan buku-buku Syaikhul Islam
dan muridnya Ibnul Qayyim –rahimahumullah-.
Sehingga dia melukis kepada kami gambaran yang disamarkan bagi dakwah Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab. Dia selalu menggunakan ungkapan 'Wahabi' untuk
membuat orang menjauhkan diri, dan ia berkata bahwa ia adalah mazhab kelima
yang keluar dari mazhab islam.
Sungguh
Allah ( mentaqdirkan saya melanjutkan pendidikan di Jami'ah al-Islamiyah (Islamic
Universiti) di Madinah al-Munawwarah pada fakultas Syari'ah. Maka aku melihat
kebalikan apa apa yang telah kudengar dari guru-guru yang jahat. Aku melihat
para tokoh dakwah tauhid adalah orang-orang yang berilmu, ahli al-Qur`an, orang
yang baik dan berkah, berpegang kepada al-Qur`an dan sunnah rasul-Nya (,
berpegang teguh terhadap ajaran Islam, dan memandang diri mereka sebagai
pelayan Islam dan dakwah tauhid yang penuh berkah.
Dan
setelah aku lulus dari Universitas pada tahun 1397 H, Allah ( menghendaki aku
bertugas sebagai imam, khathib, dan penceramah di salah satu masjid penting di
kota kami. Maka aku melihat bid'ah tersebar di dalam masjid di antara shaf
orang yang shalat, maka aku memulai –dengan meminta pertolongan kepada Allah (-
merubahnya dengan cara yang hikmah dan nasehat yang baik.
Tindakan
ini membuat para ahli bid'ah, ulama jahat dan fitnah berkata: fulan wahabi dan
berdakwah kepada mazhab wahabi, karena dia seorang alumni Saudi…hingga akhir
ucapan mereka yang tidak dimaksudkan kecuali kebatilan. Sebagaimana dikatakan :
'Seringkali kali yang berbahaya itu memberi manfaat' maka aku berjanji kepada
Allah ( untuk menjadi salah seorang pelayan dakwah tauhid dan aku tidak takut
pada Allah ( terhadap celaan orang yang mencela. Aku menekuni kitab-kitab
tauhid, kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, dan Muhammad
bin Abdul Wahab rahimahumullah. Dan aku banyak membaca biografi Imam Ahmad bin
Hanbal (, terutama pendiriannya terhadap fitnah bahwa al-Qur'an al-Karim adalah
makhluk. Maka hal itu sangat memberi pengaruh positif terhadap kehidupanku,
yang mengembalikannya kepada tauhid yang murni dan islam yang bersih. Segala
puji bagi Allah ( Rabb semesta alam.
Dan
setelah itu aku menjadi salah seorang
murid dakwah yang berdakwah kepadanya. Dengan karunia Allah (, masuk di dakwah
ini jumlah yang banyak dari para pemuda, orang tua, wanita, dan laki-laki. Maka
mereka menjadi orang-orang yang mencintai dakwah dan meninggalkan masa lalu
mereka dari persoalan jahiliyah. Segala puji bagi Allah ( yang memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus.
Permulaan dialog
Sufi berkata: engkau adalah wahabi,
pengikut mazhab kelima, kamu tidak mengakui empat mazhab, dan tidak melihat
adanya ijtihad. Bahkan kaum wahabi berdiri di sisi nash dan tidak terkait
dengan mazhab tertentu.
Aku menjawab: pertama-tama aku
mengenalkan kepadamu pengertian wahabi. Wahabi adalah sandaran yang tidak
tepat, karena syaikh Abdul Wahab bapak pembaharu dakwah bukanlah yang
melaksanakan dakwah tauhid. Yang melaksanakannya adalah putranya Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Karena seharusnya dinisbahkan kepadanya, maka dikatakan: dakwah muhammadiyah
sebagai gantian wahabiyah karena itulah nisbah yang benar. Akan tetapi
musuh-musuh dakwah memalingkan kenyataan untuk membuat orang lari, lalu mereka
menyandarkannya kepada bapak, bukan kepada anak, karena adanya tujuan tertentu
dalam jiwa mereka.
Terkadang
dakwah dinisbahkan kepada bapak atau kakek, sebagaimana dikatakan
asy-Syafi'iyah, atau al-Hanbaliyah, dan ini tidak ada celaan padanya dan nisbah
dakwah tauhid kepada Syaikh Abdul Wahab juga seperti itu.
Akan
tetapi apakah makna wahabiyah? Al-Wahhab adalah salah satu dari nama-nama Allah
( yang indah (asma`ul husna) yang artinya adalah: Yang Maha Pemberi, maka ia
adalah pemberian nama yang penuh berkah yang disandarkan kepada salah satu
asma`ul husna (al-Wahhab). Maka al-Wahhabiyah atas pengertian ini berarti
pemberian yang memberi kepada manusia aqidah yang selamat (benar) dan
memberikannya jalan atas dasar al-Qur`an dan as-Sunnah serta perjalanan para
salafus shalih, dan memberi rasa yaitu aman dalam aqidah yang bersih lagi
kosong dari syirik, sihir dan dajal.
Adapun
pernyataan bahwa wahabi adalah mazhab yang kelima, maka ungkapan itu ditolak
oleh realita dan logika, karena sesungguhnya Syaikh (Muhammad bin Abdul Wahab) rahimahullah di dalam ushul dan aqidah
di atas aqidah salafus shalih –radhiyallahu
'anhum ajma'in-, dan di dalam furu' (fiqih) di atas mazhab imam Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal –rahimahullah-
dan dia tidak keluar dari mazhabnya dalam persoalan furu' seperti keluarnya
Syaikhul Islam Ahmad bin Taimiyah –rahimahullah-
sekalipun keduanya sama-sama berijtihad dalam beberapa masalah berbeda dengan
mazhab. Dan hal itu terjadi saat jelas baginya dalil yang berbeda dengan
mazhab, maka ia mengambilnya karena mengikuti kebenaran dan berpegang terhadap
dalil. Kitab-kitab dan risalah-risalahnya menjadi bukti atas semua itu. Dan
sesungguhnya dia mengakui semua mazhab ahlus sunnah seperti Hanafiyah, Malikiyah,
Syafi'iyah, dan Tsauriyah serta mazhab-mazhab lainnya yang dikenal.
Maka
yang berkata 'mazhab kelima' menjelaskan kebodohannya dan sesungguhnya ia tidak
mengenal ilmu dan ulama. Sesungguhnya yang dilaksanakan Imam tidak bisa
dikatakan baginya mazhab kelima, dan ia hanyalah dakwah kepada tauhid yang
murni (Dan mereka tidak diperintah
kecuali untuk menyembah Allah (, memurnikan agama bagi-Nya).
Adapun
yang terjadi dalam ungkapan para ulama dari pernyataan mereka 'mazhab fulan'
atau 'pergi kepadanya fulan', maka sungguh hanya terjadi dalam hukum karena
perbedaan mereka padanya menurut sampainya dalil dan memahaminya. Dan ini tidak
tertentu hanya pada imam yang empat, bahkan semua mazhab ulama sebelum dan
sesudah mereka dalam masalah hukum yang sangat banyak. Sungguh telah terjadi
perbedaan pendapat di antara para sahabat dan para ahli fikih yang tujuh
(fuqaha sab'ah) dari generasi tabi'in dan berbagai masalah yang saling berbeda
pendapat satu sama lain. Dan tujuan dari ucapan si jahil ini 'mazhab kelima'
adalah ungkapan yang rusak, tidak ada maknanya seperti kondisi orang-orang
seperti dia dari golongan yang suka berdebat dan sesat di masa kita.
Kemudian,
sesungguhnya para pengikut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab berpandangan ijtihad
dan sesungguhnya ijtihad tidak diangkat hingga hari kiamat apabila
syarat-syaratnya terpenuhi.
Dan
keadaan kaum wahabi tidak terkait mazhab tertentu, maka ini adalah pendapat
semua fuqaha islam, dan seperti ini pendapat para penganut mazhab yang empat
dan para imamnya:
·
Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata: 'Apabila ada hadits shahih maka ia adalah
mazhabku.' Dan dia berkata: 'Tidak boleh bagi seseorang mengambil ucapan kami
selama ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya. Sesungguhnya kami
adalah manusia, kami mengatakan satu pendapat pada hari ini dan besok harinya
kami menarik kembali (ruju').' Dan dia berkata pula: 'Apabila aku mengatakan
satu ungkapan yang menyalahi al-Qur`an dan hadits Rasulullah ( maka
tinggalkannya pendapatku.'
·
Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata: 'Sesungguhnya aku adalah manusia yang bisa
salah dan benar, maka lihatlah pendapatku, maka segala yang sesuai al-Qur'an
dan as-Sunnah maka ambilah, dan segala yang tidak sesuai al-Qur`an dan
as-Sunnah maka tinggalkanlah.
·
Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi`i rahimahullah berkata: 'Tidak ada
seseorang melainkan dan pergi atasnya sunnah Rasulullah ( dan menjauh darinya.
Maka apabila aku mengatakan satu pendapat atau diriwayatkan dari Rasulullah (
berbeda dari pendapatku, maka pendapat yang benar adalah sabda Rasulullah (,
dan itulah pendapatku.' Dan dia berkata: 'Apabila shahih sebuah hadits maka
itulah mazhabku.' Dan dia berkata: 'Apabila kamu melihatku mengatakan satu
pendapat, dan ada hadits shahih dari Nabi ( yang menyalahinya maka ketahuilah
sesungguhnya akalku telah hilang.' Dan dia berkata: 'Segala yang kuucapkan,
maka ia berbeda dengan sabda Nabi (, maka hadits Nabi ( lebih utama maka janganlah kamu bertaqlid kepadaku.'
·
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata: 'Janganlah kamu bertaqlid kepadaku, jangalah
bertaqlid kepada Malik, Syafi'i, Auza'i, dan jangan pula kepada Tsauri, dan
ambilah dari tempat mereka mengambil.' Dan dia berkata: 'Barangsiapa yang
menolak hadits Rasulullah ( maka ia berada di atas tepi kebinasaan.'
Inilah ungkapan para imam yang
empat, semuanya melarang taqlid tanpa mengetahui dalil. Maka wajib kepada orang
yang sampai kepadanya perkara Rasulullah ( agar mengikutinya dan menjelaskan
kepada umat. Banyak sekali para ulama mazhab yang menyalahi ucapan imam mereka
karena alasan dalil. Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan dua murid imam Abu Abu
Hanifah telah menyalahi pendapat guru mereka dalam masalah mengusap dua kaus
dan selain keduanya.
Wahabi
bukanlah mazhab ke lima dan bukan hanya dia yang keluar dari pendapat para imam
mazhab, dan hal itu saat adanya dalil. Bahkan mereka yang paling banyak
berijtihad dan berdiri tegak di sisi nash-nash yang datang dalam al-Qur`an dan
as-Sunnah berdasarkan firman Allah (:
وما أتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا
"Dan sesuatu yang Rasulullah ( datang kepadamu maka ambillah, dan
sesuatu yang dia melarangmu darinya maka berhentilah."
Dan Allah ( mengetahui segala
tujuannya.
Mengucap shalawat kepada Nabi (
Sufi berkata: 'Kaum Wahabi tidak
mengucap shalawat kepada Nabi ( setelah
azan dan mereka melarang para mu`azzin meninggikan suara membaca shalawat di
antara menara, dan mereka mengatakan sesungguhnya yang biasa dilakukan para
mu`azzin adalah bid'ah, maka bagaimana pendapatmu?
Aku menjawab: 'Sesunggunya para
pengikut Imam Muhammad bin Abdul Wahab adalah orang-orang yang paling banyak
mengucap shalawat kepada Nabi ( dan paling konsisten dengan perintah dan
larangannya, serta taat kepadanya (.
Apakah
Bilal ( dan Ibnu Ummi Maktum ( serta orang yang melaksanakan azan untuk
Rasulullah ( melakukan seperti yang dilakukan sebagian mu`azin di masa sekarang
berupa meninggikan suara membaca shalawat kepada Nabi ( setelah azan? Apakah
pernah dilakukan di masa khilafah rasyidah yang kita disuruh mengikuti sunnah
mereka, demikian pula di masa para imam empat, pengikut para tabi'in, atau
salah satu di antara tiga abad pertama
yang utama? Sekali-sekali tidak pernah. Dan barangsiapa mengatakan berbeda
dengan hal ini berarti dia telah mengada-ngada terhadap islam dan para dainya
yang utama.
Dan
yang dikatakan bahwa hal itu terjadi di masa Shalahudin al-Ayyubi rahimahullah, dan Shalahudin bukanlah
syari'at yang kita diperintah mengikutinya.
Apakah
ditemukan sifat azan dalam kitab fiqih dan hadits yang diperpegangi apa-apa
yang dibuat-buat oleh para muazin berupa mengucap shalawat kepada Nabi ( di
atas menara setelah azan? Sesungguhnya hal itu tidak pernah ada, hingga dalam
kitab-kitab fuqaha yang ditulis belakangan. Ini dari sisi syara'. Adapun dari
sisi yang lain, mereka yang berpendapat mengucap shalawat setelah azan lagi
konsisten baginya, mereka tidak mengucap shalawat saat terputus aliran listrik
atau tidak ada pengeras suara atau di tempat perayaan, dan pada azan magrib dan
Jum'at. Maka bisa jadi ada shalawat di setiap waktu azan, dan jika tidak demikian
maka sesungguhnya ini hanyalah mengikuti hawa nafsu. La haula wa laa quwwata illa billah.
Dan
setiap yang tidak datang dari Nabi (:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ
فَهُوَ رَدٌّ
"Barangsiapa yang membuat-buat dalam perkara kami ini yang bukan
darinya, maka ia ditolak." Muttafaqun 'alaih dari hadits Aisyah
radhiyallahu 'anha.
Dan setiap bid'ah dalam agama
adalah kesesatan di neraka. Inilah yang kita yakini bahwa setiap yang tidak
datang dari Nabi ( dan tidak pula dari para khilafah rasyidah, maka ia ditolak.
Dan tidak ada bid'ah hasanah dan yang
lain sayyi`ah dalam Islam.
Ustadz
Sayyid Sabiq rahimahullah berkata
dalam fiqih sunnah: 'Azan adalah ibadah dan ruang lingkup perintah dalam ibadah
adalah di atas dasar mengikuti. Maka kita tidak boleh menambah atau mengurangi
sedikitpun dalam agama kita. Dan dalam hadits yang shahih: "Barangsiapa yang membuat-buat dalam perkara
kami ini yang bukan darinya, maka ia ditolak." Maksudnya batil.
Dan di sini kami menyinggung
beberapa hal yang tidak disyari'atkan, yang banyak dilakukan sehingga sebagian
orang mengira bahwa ia termasuk bagian dari agama, padahal ia bukan darinya. di
antaranya:
·
Ucapan muazin saat azan atau iqamah 'asyhadu
anna sayyidana Muhammadar rasulullah' al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: 'Sesungguhnya hal itu tidak boleh ditambah
dalam kata-kata yang ma'tsur (yang bersumber dari hadits).'
·
al-Ajluni berkata dalam Kasyful Khafa: 'Mengusap
dua mata dengan batin (bagian dalam) dua telunjuk setelah mengecupnya setelah
mendengar ucapan muazin 'asyhadu anna
muhammadar rasulullah' bersama bacaannya
'asyhadu anna muhammadan 'abduhu warasuluhu, radhitu billah rabba, wa bil
islami dina, wa bimuhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam nabiya'.
Diriwayatkan oleh ad-Dailami dari Abu Bakar (, ia berkata dalam al-Maqashid:
Tidak shahih.
·
Bernyanyi dalam azan dan lahan padanya dengan menambah huruf atau harakah (baris) atau madd
adalah makruh. Maka jika membawa kepada perubahan makna atau menyamarkan yang
dilarang maka hukumnya haram.
·
Membaca tasbih sebelum fajar dan membaca nasyid
serta meninggikan suara dan sebelum Jum'at dan shalawat kepada Nabi ( bukan
bagian dari azan, tidak secara bahasa dan tidak pula secara syara', al-Hafizh
mengatakannya dalam al-Fath.
·
Mengeraskan suara membaca shalawat dan salam
kepada Rasulullah ( setelah azan tidak disyari'atkan, bahkan termasuk bid'ah
yang makruh. Ibnu Hajar berkata dalam 'al-Fatawa al-Kubra': 'Dasarnya sunnah
dan tata caranya bid'ah.' Imam Muhammad Abduh –Mufti Mesir- berkata saat
ditanya tentang hal itu: 'Terdapat dalam al-Khaniyah: sesungguhnya azan terdiri
dari 15 kata dan akhirnya di sisi kami adalah 'laailaaha illallah', dan yang
disebutkan sebelumnya atau sesudahnya semuanya adalah bid'ah yang dibuat-buat
untuk talhin, bukan karena yang lain.
Tidak ada seorang pun yang membolehkan talhin ini dan tidak dianggap orang yang
berkata: 'Sesungguhnya sedikit dari hal itu adalah bid'ah hasanah,' karena
setiap bid'ah dalam ibadah seperti ini adalah sayyiah (buruk), dan barangsiapa
yang mengaku bahwa hal itu tidak mengandung talhin,
maka ia bohong.
·
Dan lebih atas semua itu adalah yang dinamakan
tamjid pada malam jum'at, dan yang terdapat di dalamnya berupa tawassul dan
istighatsah yang tidak disyari'atkan, dan yang dibuat-buat oleh para muazin di
masa sekarang sangat banyak.
Adapun
mengucap shalawat keapda Nabi (, maka kami adalah manusia yang paling
mengenalnya, dan berikut ini sebagian dari keutamaannya dari al-Qur`an dan
sunnah Rasulullah ("
·
Firman Allah (:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
(QS. al-Ahzab:56)
·
Dari Abu al'Aliyah: Shalawat Allah ( kepada
nabi-Nya adalah pujian-Nya kepada beliau ( di sisi para malaikat. (HR.
al-Bukhari).
·
Ibnu Katsir rahimahullah
berkata: Dikumpulkan pujian kepadanya dari penghuni alam semesta, alam atas dan
alam bawah semuanya.
·
Dari Abdullah bin Amr bin Ash (, sesungguhnya ia
mendengar Rasulullah ( bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
بِهَا عَشْرًا
"Barangsiapa yang mengucap shalawat kepadaku, niscaya Allah ( membalas
sepuluh." HR. Muslim.
·
Dari Abdullah bin Mas'ud (, sesungguhnya
Rasulullah ( bersabda:
أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
أَكْثُرُهُمْ عَلَي صَلاَةً
"Manusia yang paling utama denganku di hari kiamat adalah yang paling
banyak mengucap shalawat kepadaku." HR. at-Tirmidzi dan ia berkata:
Hasan shahih.
·
Dari Abu Hurairah (, sesungguhnya Rasulullah (
bersabda:
لاَتَجْعَلُوْا قَبْرِي عِيْدًا وَصَلُّوا
عَلَيَّ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ
"Jangan kamu jadikan kuburnya sebagai hari raya, dan ucapkanlah shalawat
kepadaku, maka sesungguhnya shalawatmu sampai kepadaku di manapun kamu berada."
HR. Abu Daud dan ia berkata: Shahih.
·
Dari Aus al-Anshari (, sesungguhnya Rasulullah (
bersabda:
إَنَّ أَفْضَلَ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ
الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيْهِ
فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ. فَقَالُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ,
كَيْفَ تُعْرَضُ صَلاَتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أرمت؟ قَالَ: إِنَّ اللهَ حَرَّمَ
عَلَى اْلأَرْضِ أَنْ تَأُكُلَ أَجْسَادَ اْلأَنْبِيَاءِ.
"Sesungguhnya harimu yang paling utama adalah hari Jum'at, maka
perbanyaklah mengucap shalawat kepadaku padanya, maka sesungguhnya shalawatmu
disampaikan kepadaku.' Mereka bertanya, 'Bagaimana disampaikan shalawat
kami kepadamu, sedang engkau telah hancur? Beliau ( menjawab:
'Sesungguhnya Allah ( mengharamkan bumi memakan jasad para nabi.'
HR. Abu Daud, an-Nasa`i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, al-Hakim dan
ia menshahihkannya, dan Ahmad.
·
Dari Abu Hurairah (, sesungguhnya Rasulullah ( bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلاَّ
رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ
"Tidak ada seorang muslim yang mengucap salam kepadaku melainkan Allah (
mengembalikan ruhku sehingga aku menjawab salamnya." HR. Abu Daud.
·
Dari Abu Thalhah al-Anshari (, ia berkata, 'Rasulullah
( di pagi hari terlihat senang hati dan kebahagiaan terlihat di wajahnya,
mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, di pagi hari ini engkau senang hati dan
terlihat di wajahmu kebahagiaan.' Beliau ( menjawab:
أَتَانِي آتٍ مِنْ رَبِّي
عَزّ وجل فَقَالَ: مَنْ صَلًَّى عَلَيْكَ مِنْ أُمَّتِكَ صَلاَةً كَتَبَ اللهُ
بِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ وَمَحَا عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ ورَفَعَ لَهُ عَشْرَ
دَرَجَاتٍ وَرَدَّ عَلَيْهَا مِثْلَهَا
'Datang
pembawa berita dari Rabb-ku (, ia berkata, 'Barangsiapa yang mengucap shalawat
kepadamu dari umatmu satu kali shalawat niscaya Allah ( menulis sepuluh
kebaikan dengannya, menghapus sepuluh keburukan darinya, dan mengangkat baginya
sepuluh derajat, dan mengembalikan atasnya semisalnya.' HR. Ahmad,
an-Nasa`i, dan Ibnu Hibban dalam shahihnya.
·
Dari Abu Hurairah (, sesungguhnya Rasulullah (
bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُكَالَ
لَهُ بِاْلمِكْيَالِ اْلأَوْفَى إِذَا صَلَّى عَلَيْنَا أَهْلَ الْبَيْتِ
فَلْيَقُلْ: اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ وَأَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ
الْمُؤْمِنِيْنَ وَذُرِّيَّتِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
"Barangsiapa yang ingin diberi timbangan yang
sempurna, apabila ia mengucap shalawat kepada kami ahli bait, maka hendaklah ia
membaca 'Ya Allah, berilah rahmat kepada nabi Muhammad (, istri-istrinya para
ibu kaum mukminin, keturunannya, dan ahli baitnya, sebagaimana engkau memberi
rahmat kepada Ibrahim (, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia'.'
HR. Abu Daud dan an-Nasa`i.
·
Dari Ubay bin Ka'ab (, ia berkata, 'Aku berkata,
'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku banyak mengucap shalawat kepadamu, maka
berapakah aku jadikan untukmu dari shalawatku? Beliau ( bersabda, 'Apa yang engkau kehendaki.' Aku
berkata, 'Seperempat.' Beliau ( bersabda, 'Apa
yang engkau kehendaki, jika engkau tambah maka ia lebih baik bagimu.' Aku
berkata, 'Setengah.' Beliau bersabda, 'Apa
yang engkau kehendaki, jika engkau tambah niscaya lebih baik bagimu.' Aku
berkata, 'Dua pertiga.' Beliau ( bersabda: 'Apa
yang engkau kehendaki, jika engkau tambah niscaya lebih baik bagimu.' Abu
berkata, ''Aku jadikan shalawatku semuanya.' Beliau ( bersabda, 'Kalau begitu, engkau mencukupkan semangatmu
dan dosamu diampuni." HR. at-Tirmidzi.
Banyak sekali hadits-hadits
shahih dalam keutamaan membaca shalawat kepada Nabi (. Karena inilah mayoritas
fuqaha mewajibkan membaca shalawat setiap kali namanya yang mulia disebutkan
dan menganjurkan menulis shalawat dan salam kepadanya setiap kali namanya
ditulis. Al-Khathib menyebutkannya dari Imam Ahmad rahimahullah. Dan digabungkan di antara shalawat dan salam
kepadanya, disebutkan oleh an-Nawawi rahimahullah.
Dan dianjurkan mengucapkan shalawat kepada para nabi dan malaikat secara
tersendiri.
·
Dari Abu Mas'ud an-Anshari (, dari Basyir bin
Sa'ad (, ia berkata, 'Kami disuruh mengucap shalawat kepadamu, wahai
Rasulullah, bagaimana kami mengucap shalawat kepadamu? Ia berkata, 'Maka
Rasulullah ( diam sehingga kami berangan-angan bahwa ia tidak bertanya
kepadanya. Kemudian Rasulullah ( bersabda:
قُوْلُوْا: اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِى
اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
"Bacalah: 'Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad ( dan keluarga
Muhammad, sebagaimana Engkau memberi rahmat kepada Ibrahim (, dan berilah
berkah kepada Muhammad ( dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau beri
berkah kepada keluarga Ibrahim ( di alam semesta, sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Mulia." HR. Muslim.
Inilah
yang kami imani dan kami beribadah kepada Allah ( dengannya, bukan seperti yang
dikatakan oleh kaum sufi yang hanya terbatas bagi para muazin di atas menara
dan menganggapnya sebagai bagian dari azan dan tidak ada dalil atas ucapan
mereka. wallahul musta'aan.
Buku-buku maulid
Sufi berkata: 'Sesungguhnya kalangan wahabi mengharamkan membaca kitab 'Dalail
al-Khairaat', demikian pula 'Raudh ar-Rayyahin' dan buku-buku maulid lainnya,
mereka mengharamkan membacanya padahal di dalamnya mengandung pujian kepada
Rasulullah (.
Aku menjawab: Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab dan para pengikutnya tidak mengharamkan membaca buku-buku ini, beliau
hanya melarang disibukkan dengannya dan meninggalkan Kitabullah dan sunnah
rasul-Nya (.
Baik,
Syaikh rahimahullah telah melakukan,
sungguh kamu –wahai kaum sufi- telah mengganti
bacaan 'dalailul khairat' dengan meninggalkan membaca Kitabullah. Dan di
dalam 'Dalailul khairat' terhadap iftiraa
(yang dibuat-buat) dan kebohongan di atas lisan Rasulullah ( dan salafus
shalih, dan sungguh telah dipenuhi dengan hadits-hadits maudhu' dan bohong.
Demikian
pula yang dinamakan 'Raudhu ar-Rayyahiin' dan lebih pantas dinamakan raudhu
asy-syayathin dan melebihi atasnya
'Mujarrabat ad-diyarbi' yang lebih mereka utamakan atas kitab 'ath-Thibb
an-Nabawi' karya Ibnul Qayyim. Dan 'ar-Raudh al-Fa`iq, Majalis al-'Ara`is,
Maulid Ibnu Hajar, Mawaj Ibnu Abbas (. Mayoritas kaum sufi merasa cukup dengan
buku-buku berbahaya ini, yang dikumpulkan di antara yang keji, maudhu', bid'ah,
dan mendorong atasnya dengan memalsukan hadits-hadits baginya. Dan mereka
meninggalkan buku-buku hadits yang dijadikan pegangan seperti ash-Shahihain, Sunan,
al-Muwaththa`, al-Musnad, dan yang lainnya dari kitab-kitab hadits yang penuh dengan
hadits-hadits yang bersinar dengan sunnah Rasulullah (.
Berikut
ini adalah sebagian contoh dari kitab-kitab mereka yang telah disebutkan:
Pengarang
buku 'Majalis al-'Arais' menyebutkan sesungguhnya Allah ( menciptakan bumi di
atas tanduk sapi dan sesungguhnya melebarnya lautan dan pulau-pulaunya
disebabkan nafas sapi, dan sesungguhnya Allah ( menciptakan arsy di atas air,
lalu bergerak, lalu Dia ( menciptakan ular, maka ia menoleh di sekitar arsy,
lalu ia diam.
Adakah
kebohongan lagi setelah kebohongan ini, wahai kaum sufi, apakah kamu tidak
berakal?
Adapun
pengarang ar-Raudhu al-Fa`iq yang dinamakan 'Huraifisy', ia menyebutkan segala
yang gharib (aneh), ajib (luar biasa),
dan khurafat yang melebihi pengarang al-Majalis. Huraifisy berkata,
'Dari Abu Said al-Maghribi imam masjid al-Khasysyabain di Bashrah, sesungguhnya
ia pergi menunaikan ibadah haji, sedang dia tetap melaksanakan shalat lima
waktu di masjidnya, tidak terputus darinya sedikitpun. Dan ia menyebutkan
hikayat yang panjang dalam kisah ini. Apakah orang ini berpikir, yang mempunyai
akal dan agama, bagaimana mungkin ia berhaji dan dia tetap melaksanakan shalat
di masjidnya di Bashrah. Apakah terjadi keanehan yang bohong ini bagi
Rasulullah (.
Dia
menyebutkan pula: sesungguhnya Qadhib al-Ban yang dikubur di Musoul di wilayah
Iraq telah melayani seorang syaikh selama 40 tahun. Lalu syaikh itu mengabarkan
kepadanya tiga hari sebelum wafatnya
bahwa ia akan mati di luar agama islam, padahal dia adalah syaikh yang
disangka. Qadhib al-Ban pembantunya bertanya: Bagaimana engkau mengetahui hal
itu? Ia menjawab: 'Aku telah melihat di lauhul mahfuzh, maka aku mendapatkan
hal itu. Dan dia menyebutkan cerita yang panjang. Maka inilah sebagian hikayat
Huraifisy.
Buku-buku
maulid tidak kalah beraninya terhadap Rasulullah (. Disebutkan dalam salah satu
buku ini, dari Abu Bakar (, dari Rasulullah (, beliau bersabda: Barangsiapa
yang berinfak satu dirham pada maulid, maka ia seolah-olah berhaji 70 kali
haji. Apakah ungkapan batil ini pernah diucapkan Rasulullah (? Apakah maulid
sudah dikenal di masa kenabian dan khilafah rasyidah serta di abad yang utama?
Demi Allah, tidak. Bahkan ia merupakan bid'ah-bid'ah bani Fathimiyah.
Hati-hatilah,
wahai saudaraku seagama dari membaca buku-buku beracun ini atau membelinya.
Berpeganglah dengan Kitabullah dan sunnah rasul-Nya (, ambillah dari sumbernya
yang diperpegangi dari kitab-kitab hadits yang masyhur seperti Shahihain,
Sunan, Masanid, Mushannafaat, Muwaththaath dan kitab-kitab hadits lainnya yang
mu'tabar. Sesungguhnya buku-buku itu sudah cukup bagimu daripada buku-buku
beracun.
Di
antara buku-buku yang bermanfaat dalam bab ini adalah 'Jala`ul afhaam fi ash-shalati wa
as-salami 'ala khairil anam' karya Ibnu al-Qayyim, 'al-Azkaar' dan 'Riyadh
ash-Shalihin' karya an-Nawawi, 'asy-Syifa bi ta'rif huquq al-Mushthafa'
karya Qadhi 'Iyadh, dan 'al-Kalim ath-Thayyib' karya Ibnu
Taimiyah. Semoga Allah ( memberi rahmat kepada mereka semua.
Maulid Nabi (
Sufi berkata: Kenapa kaum Wahabi
mengatakan bahwa merayakan maulid nabi hukumnya bid'ah? Padahal perayaan maulid
merupakan salah satu bentuk merealisasikan kecintaan kepadanya (.
Aku menjawab: Kaum Wahabi selalu
menjaga perintah Rasulullah ( dan larangannya. Karena itulah kami bertanya
kepada kaum sufi, apakah Nabi ( pernah merayakan maulidnya, atau menyuruh
dengannya, atau mendorong atasnya, atau berwasiat kepada orang yang sesudahnya
dengan merayakan malam maulidnya. Apakah para khilafah rasyidah merayakan yang
kita disuruh berpanutan kepada mereka semua, di mana Rasulullah ( bersabda:
عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِيْنَ مِنْ بَعْدِي عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
"Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin
yang diberi petunjuk sesudahku, gigitlah atasnya dengan gigi geraham."
HR. ahlus sunan.
Dan
apakah tiga generasi utama juga merayakannya, yang Nabi ( bersabda tentang tiga
abad tersebut:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ
الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
"Manusia yang terbaik adalah yang ada di abadku, kemudian yang mengikuti
mereka, kemudian yang mengikuti mereka." Muttafaqun 'alaih.
Sesungguhnya
mereka semua tidak pernah melaksanakan peringatan malam maulid, sedangkan
mereka adalah orang-orang yang memiliki iman yang benar dan aqidah yang bersih.
Dan
sesungguhnya bid'ah yang buruk ini yaitu bid'ah merayakan maulid dibuat-buat
oleh bani Fathimiyah yang syi'ah, seperti maulid imam Ali bin Abi Thalib (,
maulid az-Zahra`, Imam al-Qa`im, dan di antaranya adalah maulid Rasulullah (.
Dan sesungguhnya perayaan ini pada malam dua belas Rabiul Awal adalah permulaan
bid'ah yang tidak ada dasarnya dari al-Qur`an atau sunnah atau perbuatan salah
seorang salafus shalih, dan sesungguhnya ia terjadi belakangan.
Imam
al-Fakihani berkata: Berulang kali pertanyaan
jama'ah tentang berkumpul yang dilakukan sebagian orang di bulan Rabiul
Awal dan mereka menamakannya maulid, apakah ada dasarnya di dalam agama? Mereka
mencari jawaban atas hal itu. Maka aku berkata: semoga Allah ( memberi taufik:
aku tidak mengetahui bagi maulid ini dasar dari al-Qur`an dan sunnah, serta
tidak diriwayatkan melaksanakan dari seorang ulama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar