AHLAN WA SAHLAN YA IKHWAH...
Sedikit kata untuk kita renungkan bersama...

Minggu, 29 Mei 2011

"UMMU SYUHADA"


Cinta Sejati Seorang Ibu Terhadap Anaknya                  

Wanita itu sudah tua, namun semangat perjuangannya tetap menyala seperti wanita yang masih muda. Setiap tutur kata yang dikeluarkannya selalu menjadi pendorong dan cerita orang disekitarnya. Maklumlah, ia memang seorang penyair dua zaman, maka tidak kurang pula bertuturkata dalam bentuk syair. Al-Khansa bin Amru, demikianlah nama wanita itu. Dia merupakan wanita yang terkenal cantik dan pandai di kalangan orang Arab saat itu. Dia pernah bersyair mengenang kematian saudaranya yang bernama Sakhr:

"Setiap mega terbit, dia mengingatkan aku pada Sakhr, malang. Aku pula masih teringatkan dia setiap mega hilang di ufuk barat Kalaulah tidak karena terlalu ramai orang menangis di sampingku ke atas mayat-mayat mereka, niscaya aku bunuh diriku."

Setelah Khansa memeluk Islam, keberanian dan kepandaiannya bersyair telah digunakan untuk menyemarakkan semangat para pejuang Islam. Ia mempunyai empat orang putera yang kesemuanya diajari ilmu bersyair dan dididik berjuang dengan berani. Kemudian puteranya itu telah diserahkan untuk berjuang demi kemenangan dan kepentingan Islam. Khansa telah mengajari anaknya sejak kecil agar jangan takut menghadapi peperangan dan cobaan.

Pada saat itu, Khalifah Umar bin Khattab menyediakan satu pasukan tempur untuk menentang Farsi/ Persia. Semua umat Islam dari berbagai kabilah telah dikerahkan untuk menuju ke medan perang, maka terkumpullah sebesar 41.000 orang tentara. Khansa telah mengerahkan keempat puteranya agar ikut mengangkat senjata dalam perang suci itu. Khansa sendiri juga ikut ke medan perang dalam kumpulan pasukan wanita yang bertugas merawat dan menaikkan semangat pejuang tentara Islam.

Dengarlah nasihat Khansa kepada putera-puteranya yang sebentar lagi akan ke medan perang, "Wahai anak-anakku! Kamu telah memilih Islam dengan rela hati. Kemudian kamu berhijrah dengan sukarela pula. Demi Allah, yang tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya kamu sekalian adalah putera-putera dari seorang lelaki dan seorang wanita. Aku tidak pernah mengkhianati ayahmu, aku tidak pernah memburuk-burukkan saudara-saudaramu, aku tidak pernah merendahkan keturunan kamu, dan aku tidak pernah mengubah hubungan kamu. Kamu telah tahu pahala yang disediakan oleh Allah kepada kaum muslimin dalam memerangi kaum kafir itu. Ketahuilah bahawasaya kampung yang kekal itu lebih baik daripada kampung yang binasa."

Kemudian Khansa membacakan satu ayat dari surah Ali Imran yang artinya, "Wahai orang yang beriman! Sabarlah, dan sempurnakanlah kesabaran itu, dan teguhkanlah kedudukan kamu, dan patuhlah kepada Allah, semoga kamu menjadi orang yang beruntung." Putera-putera Khansa tertunduk khusyuk mendengar nasihat ibunda yang disayanginya.

Seterusnya Khansa berkata, "Jika kalian bangun esok pagi, insya Allah dalam keadaan selamat, maka keluarlah untuk berperang dengan musuh kamu. Gunakanlah semua pengalamanmu dan mohonlah pertolongan dari Allah. Jika kamu melihat api pertempuran semakin hebat dan kamu dikelilingi oleh api peperangan yang sedang bergejolak, masuklah kamu ke dalamnya, semoga kamu akan berjaya mendapat balasan di kampung yang abadi, dan tempat tinggal yang kekal."

Subuh esoknya semua tentara Islam sudah berada di tikar sembahyang masing-masing untuk mengerjakan perintah Allah yaitu shalat Subuh, kemudian berdoa smoga Allah Ta’ala memberikan mereka kemenangan atau syurga. Kemudian Saad bin Abu Waqas panglima besar Islam telah memberikan arahan agar bersiap sebaik-baiknya, semboyan perang berbunyi. Perang satu lawan satu pun bermula dua hari. Pada hari ketiga bermulalah pertempuran besar-besaran. 41,000 orang tentera Islam melawan tentera Farsi yang berjumlah 200,000 orang. Pasukan Islam mendapat tentangan hebat, namun mereka tetap yakin akan pertolongan Allah .

Putera-putera Khansa maju untuk merebut peluang memasuki syurga. Berkat dorongan dan nasihat dari bundanya, mereka tidak sedikit pun merasa takut. Sambil mengibas-ngibaskan pedang, salah seorang dari mereka bersyair,

"Hai saudara-saudaraku! Ibu kita yang banyak pengalaman itu, telah memanggil kita semalam dan membekalkan nasihat. Semua mutiara yang keluar dari mulutnya bermanfaat dan berguna. Insya Allah akan kita buktikan sedikit waktu lagi."

Kemudian ia maju menentang setiap musuh yang datang. Seterusnya disusul pula oleh anak kedua maju dan menentang setiap musuh yang datang. Dengan semangat yang berapi-api ia bersyair,

"Demi Allah! Kami tidak akan melanggar nasihat dari ibu kami, nasihatnya wajib ditaati dengan ikhlas dan rela hati Segeralah bertempur, segeralah bertarung dan menggempur mush-musuh bersama-sama Sehingga kau lihat keluarga Kaisar musnah."

Anak Khansa yang ketiga pun segera melompat dengan beraninya dan bersyair,

"Sungguh ibu kami kuat keazamannya, tetap tegas tidak goncang Beliau telah menggalakkan kita agar bertindak tepat dan berakal cemerlang Itulah nasihat seorang ibu  yang mengambil berat terhadap anak-anaknya sendiri, Mari! Segera memasuki medan tempur dan segeralah untuk mempertahankan diri Dapatkan kemenangan yang bakal membawa kegembiraan di dalam hati, atau tempuhlah kematian yang bakal mewarisi kehidupan yang abadi."

Yang terakhir, anak keempat menghunus pedang dan melompat menyusul kakak-kakaknya. Untuk menaikkan semangatnya ia pun bersyair,

"Bukanlah aku putera Khansa', bukanlah aku anak jantan, dan bukanlah pula karena 'Amru yang pujiannya sudah lama terkenal, jika aku tidak bisa membuat tentara asing yang berkelompok-kelompok itu terjugkal ke jurang kematian, dan musnah dimangsa oleh senjataku."

Bertempurlah keempat putera Khansa dengan tekad bulat untuk mendapatkan syurga diiringi oleh doa munajat bundanya yang berada di garis belakang. Pertempuran terus berlangsung. Tentara Islam pada mulanya kebingungan dan kacau balau karena tentara Farsi menggunakan tentara bergajah di barisan depan, sementara tentara berjalan kaki berlindung di belakang binatang berkulit tebal itu. Namun tentara Islam dapat mencederakan gajah-gajah itu dengan memanah mata dan bagian-bagian lainnya. Gajah yang cedera itu marah dengan menghempaskan tuannya yang menungganginya, menginjak-nginjak tentara Farsi yang lainnya. Kesempatan ini digunakan dengan baik oleh pihak Islam untuk memusnahkan mereka. Panglima perang bermahkota Farsi dapat dipenggal kepalanya, akhirnya mereka lari lintang-pukang menyeberangi sungai dan dipanah oleh pasukan Islam hingga air sungai menjadi merah. Pasukan Farsi kalah telak, dari 200,000 tentaranya hanya sebagian kecil saja yang dapat menyelamatkan diri.

Umat Islam lega. Kini mereka mengumpulkan dan menghitung tentara Islam yang gugur. Ternyata yang beruntung menemui syahid di medan Kadisia itu berjumlah lebih kurang 7.000 orang. Dan diantara 7.000 orang syuhada itu terbujur empat orang putra-putra Khansa. Seketika itu juga ramailah tentara Islam yang datang menemui Khansa memberitahukan bahwa keempat anaknya telah menjadi syahid. Al-Khansa menerima berita itu dengan tenang, tidak sedih dan hati tidak bergoncang. Al-Khansa terus memuji Allah dengan ucapan,

"Segala puji bagi Allah, yang telah memuliakanku dengan mensyahidkan mereka, dan aku mengharapkan dari Tuhanku, agar Dia mengumpulkan aku dengan mereka di tempat tinggal yang kekal dengan rahmat-Nya!"

Al-Khansa kembali ke Madinah bersama para perajurit yang masih hidup dengan meninggalkan mayat-mayat puteranya di medan pertempuran Kadisia. Dari peristiwa peperangan itu pula wanita penyair ini mendapat gelaran kehormatan 'Ummu syuhada yang artinya ibu dari orang-orang yang mati syahid."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar